1

80 8 0
                                    

25 tahun kemudian...

Disalah satu sisi meja, Nyonya Jang seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik namun sederhana duduk berdampingan dengan Yukhei, putra semata wayangnya yang berusia pertengahan dua puluh tahun. Sementara disisi seberang meja duduk seorang pria berusia paruh baya juga dengan penampilan sangat rapi mengenakan setelan jas hitam. Diantara mereka terhampar meja makan panjang yang diatasnya hanya ada tiga buah gelas berisi air putih.

"Yukhei-ya, apa kau sudah lapar? Mau pesan makanan sekarang?" Tanya Tuan Jung pada Yukhei yang hanya duduk tertunduk sejak Yukhei dan ibunya tiba di restoran sushi itu, sekitar lima belas menit yang lalu.

"Oh, tidak. Nanti saja, Direktur." Jawab Yukhei yang hanya melirik Tuan Jung dan masih dengan kepala tertunduk.

"Ah, aku sudah bilang kalau kau boleh memanggilku ahjussi. Aku dan ibumu adalah teman saat masih sekolah dulu." Kata Tuan Jung sambil tersenyum pada Yukhei yang masih tertunduk.

"Memanggilku dengan sebutan Direktur dari anak seorang teman terdengar tidak nyaman." Lanjutnya lagi.

"Ah, ya... Ahjussi..." Kata Yukhei masih dengan kepala yang tertunduk.

"Lihatlah keluar sana, kau bisa melihat seluruh kota." Tuan Jung menunjuk pada jendela dibelakang Yukhei. "Semuanya tampak sangat kecil!" Senyum Tuan Jung kembali mengembang, kali ini lebih lebar.

"Sana, lihatlah." Kata ibunya lalu melihat pada jendela dibelakang mereka.

Yukhei lalu berdiri dari duduknya dan menghampiri jendela itu. Langit malam kota Seoul terlihat sangat serasi berdampingan dengan cahaya lampu-lampu kota. Benar kata Tuan Jung, dari jendela restoran Jepang di lantai 38 itu seluruh Seoul terlihat sangat kecil. Yukhei sedikit takjub atas apa yang sedang dilihatnya sekarang. Sebelumnya dia tidak pernah sekalipun berada di gedung pencakar langit seperti ini.

 Sebelumnya dia tidak pernah sekalipun berada di gedung pencakar langit seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pemandangan yang bagus, kan?" Tanya Tuan Jung memastikan.

"Ya." Jawab Yukhei dengan tersenyum sembari mengalihkan pandangannya dari jendela itu, melihat kepada Tuan Jung.

"Oh!" Air wajah Tuan Jung berubah kaget. "Kau baik-baik saja, Yukhei-ya?" Tanya Tuan Jung agak panik saat melihat lebam kebiruan disudut kiri bibir Yukhei.

"Ah, ya... Ini tidak apa-apa." Kemudian Yukhei mengelus lebam disudut bibirnya. "Aku kan laki-laki." Canda Yukhei dengan bibir tersenyum tipis diantara jemarinya.

"Ya, benar. Bukan lelaki namanya kalau wajahnya tidak pernah lebam." Tuan Jung menyambut candaan Yukhei kemudian tertawa.

Yukhei masih tersenyum tipis lalu memalingkan wajahnya pada jendela disisinya, kembali menatap pemandangan malam indah kota Seoul.

T W O  M O O N STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang