Bab 6: Syaman Muda Dari Nanjiang

227 41 8
                                    

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .

Penulis: Priest

Penerjemah Bhs Inggris: Chichi

. ⋅ ˚̣- : ✧ : – ⭒ ⊹ ⭒ – : ✧ : -˚̣⋅ .


Ketika kereta kuda memasuki gerbang ibu kota, Wu Xi tidak dapat menahan diri untuk diam-diam mengangkat tirai kereta tersebut.

Keseluruhan perjalanan dari Nanjiang ke Dataran Tengah membutuhkan waktu beberapa bulan. Barulah dia tahu bahwa tempat legendaris ini ternyata merupakan kawasan yang sangat luas, dengan begitu banyak orang di dalamnya.

Tembok kotanya semua saling berhubungan, lalu lintasnya tak berkesudahan, dan jalannya sangat panjang seakan-akan ujungnya tak akan pernah bisa dicapai seumur hidup.

Hutan Nanjiang diliputi oleh kabut dan miasma, tanpa adanya cahaya matahari yang terlihat sepanjang tahun, serta benteng yang dikurung di dalam sebuah gunung besar, tampak sangat remeh—dan bahkan sedikit buruk—di hadapan sungai-sungai yang besar dan pegunungan yang membentang bersambung-sambung sepanjang li [1] yang tak terhingga. Lantas, kawasan apa yang menarik tentara orang Dataran Tengah, sampai mereka bersikeras menyerang klan mereka?

[1]: Satuan pengukuran panjang di zaman kekaisaran Cina, 1 li = 500 m.

Wu Xi telah menanyakannya ke Syaman Agung, sebab dia adalah orang yang paling kuat dan paling bijak di suku mereka, dan kata-kata yang dia ucapkan merupakan perwakilan dari kehendak Dewa Gazh. Wu Xi juga akan menjadi Syaman Agung di masa depan, namun dia masih anak-anak, dan masih banyak hal yang tidak dia pahami.

"Ini adalah ujian dari Gazh," Syaman Agung memberitahunya. "Gazh ada di mana-mana, melihat semua hal yang dilakukan oleh semua orang dari alam yang lain. Alasan untuk itu hari ini masih terkubur, namun buahnya akan dipanen di masa yang akan datang. Hanya saja, kehidupan makhluk hidup terlalu pendek, dan oleh sebab itu, seperti halnya serangga kecil yang mati segera setelah mereka keluar dari tanah, mereka tidak punya akal, dan tidak memahami kehendak Dewa. Ketika kau dewasa... ketika kau bertemu dengan banyak, banyak orang, dan mengetahui banyak, banyak hal, barulah kau bisa samar-samar memahami beberapa hal itu."

Selagi Syaman Agung mengatakan ini, kerutan di sudut matanya naik, sorot matanya tenang sembari dia memandang ke pegunungan yang berkabut di kejauhan, serta hitam pekat, seakan-akan matanya merupakan kolam air yang tenang dan tak bergerak.

Wu Xi menatap matanya, kemudian tiba-tiba merasa sangat sedih. Syaman Agung menepuk-nepuk kepalanya. "Kau sudah berumur sepuluh tahun, dan mulai memiliki pikiran serta opinimu sendiri. Ada banyak hal yang, jika aku mengajarkannya kepadamu, kau pasti tidak akan mengingatnya, dan sudah waktunya aku memintamu keluar serta melihatnya sendiri."

Wu Xi meraih dan mencengkeram jubah panjang Syaman Agung erat-erat, bibirnya terkatup rapat sembari tak mengatakan apa-apa. Syaman Agung menghela napas. "Dataran Tengah adalah kawasan yang seperti jerat, memiliki kehidupan dan kekayaan yang tak dapat kau bayangkan, orang-orang yang paling elok, dan benda-benda yang paling indah. Kau juga mungkin berpikir bahwa, dibandingkan dengan Dataran Tengah, Nanjiang adalah tempat terbelakang yang payah, yang terputus dari dunia oleh pegunungan. Kau akan enggan meninggalkannya, dan akan melupakan siapa dirimu."

"Aku tidak akan begitu." Wu Xi mendongakkan kepalanya untuk menatap Syaman agung, mengangkat satu tangan kecil yang berkulit putih dengan penuh kesungguhan. "Aku bersumpah kepada dewa bahwa aku pasti akan kembali, dan tidak akan pernah melupakan anggota klanku di sepanjang hidupku. Aku akan membawa orang-orangku untuk memberi serangan balasan, aku akan mengingat mereka yang menindas kita, dan aku akan membuat mereka semua mati mengenaskan!"

Qi Ye | Lord Seventh  (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang