[Bagian 43] Hukuman Tara

Start from the beginning
                                    

"Ngapa dah? Panik amat si Tara," celetuk Ivon.

Kemal memilih keluar rumah untuk menghampiri Arga. "Ga, tadi si Tara---" Ucapan Kemal terpotong saat Arga menyelanya.

"Tara mana?" tanya Arga dengan wajah datar, mata pria itu menatap beberapa motor besar yang terpakir di depan halaman rumah.

"Lu jangan marah-marah dulu sama---"

"Gue tanya, Tara mana?" tanya Arga dengan tajam membuat Kemal menghela nafasnya.

"Di kamar---" Kemal tak melanjutkan ucapannya karena Arga langsung masuk ke dalam rumah.

"Anjir, bener-bener nih anak," gerutu Kemal lalu ikut masuk ke dalam.

Arga masuk ke dalam rumah Kemal, terdengar suara segerombolan laki-laki yang sedang tertawa, namun mereka semua terdiam saat melihat kehadiran Arga. Mereka menatap Arga dengan tatapan heran, karena pria itu menampilkan wajah super datar.

Arga melirik sekilas ke arah segerombolan laki-laki itu yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Ivon tersenyum ramah seraya menyapa Arga, tetapi pria itu malah membalas dengan tatapan tajam dan langsung naik ke tangga menuju kamar Tara.

"Anjir, dingin amat tuh cowok," celetuk Leven.

"Tapi ganteng, njir!"

"Najis, homo lu?"

"Goblok kagalah, nyet!" semprot Reykal.

"Sabar banget gue di kacangin anying!" gerutu Ivon membuat yang lainnya tertawa terbahak-bahak.

"Eh, itu kok cowoknya nyelonong masuk ke kamarnya Tara sih, anjir?"

"Udah halal ini, bebas!" ceplos Kemal.

"OH..." Yang lainnya hanya ber-oh ria namun sedetik kemudian mereka semua tersadar dan langsung terdiam. Matanya melotot kaget.

"Wait! Apaan tadi?" tanya Ivon cepat.

"Mereka udah halal, kunyuk!" ulang Kemal sekali lagi.

Ivon diam sejenak lalu mendesah kecewa di ikuti yang lainnya. "Yaah, anjir. Gue kira baru pacaran, udah niat pengen nikung tuh gue," celetuk Ivon tanpa dosa.

Kemal menggeplak kepala pria itu. "Ye si anjir. Lo mau ngerusak rumah tangga adek gue?"

"Kan tadinya gue nggak tau njir kalo mereka udah nikah, ah elah. Nggak ada harapan lagi dah gue, sad banget anjing."

Kemal dan teman-temannya itu tertawa terbahak-bahak. Aduh, kasian sekali sad boy!

Di lain tempat, Tara tengah panik mengobrak-abrik lemari pakaiannya mencoba menemukan celana panjang atau hoodie apapun itu yang bisa menutupi pakaiannya yang kekurangan bahan.

Ceklek!

Suara pintu kamar terbuka membuat Tara membalikkan tubuhnya, kaget. Ia menyengir kala melihat seorang pria yang tengah menatapnya dengan wajah datar.

"E-eh, Arga? U-dah sampe?" tanya Tara gugup.

Arga tidak menjawab, pria itu malah menatap istrinya dari atas sampai bawah membuat Tara semakin gugup dan salah tingkah. "Maksudnya apa kayak gini?" tanya Arga dingin.

Demi apapun, lebih baik Tara mendengarkan omelan Arga sepanjang hari daripada ditatap oleh Arga dengan tatapan dingin dan mematikannya itu.

"A-- um, apanya?" Tara berpura-pura tidak mengerti.

Arga mengelus puncak kepala Tara, sontak gadis itu menghindar membuat Arga mengerutkan keningnya. "Kenapa sayang?"

Tara menatap Arga takut-takut. "K-kamu--- nggak marah?"

ARGATARA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now