Kaki Jin-Woo terluka, Pak Song dan Ju-Hee berniat mendekat tetapi ditahan oleh (Name). "Jangan ke sana. Kalian bisa mati." Ucapnya pelan yang langsung dituruti oleh mereka berdua. Pemuda berambut gelap itu menggunakan hadiah Quest Harian nya lagi, membuat mereka bertiga terkejut.

'Lagi. Salah satu emosiku telah padam.'

"Bahkan amarah pun sia-sia untuk orang sepertimu." Komentar Jin-Woo seraya menggerakkan belatinya ke arah Tae-Shik tanpa ragu, meskipun pria dengan luka dimatanya itu berhasil menghindar.

"Tidak ada keraguan ketika kau mengincar leherku, dia juga.. Aku mengerti. Aku akhirnya tahu perbedaan kalian dengan mereka." Ekspresinya berubah menjadi senyum mengerikan lagi.

"Kalian berdua.. Kalian pernah membunuh sebelumnya bukan? Haha, kita dari jenis yang sama rupanya?" Tae-Shik kembali mengoceh tentang hal yang menurut (Name) tidak layak untuk didengar.

"Aku memang pernah membunuh orang.. Tapi kalau disamakan denganmu, siapa yang sudi?" Komentar (Name) terlihat tidak berminat. Tae-Shik kembali menyerang berkali-kali, dan Jin-Woo berkali-kali berhasil menahan serangannya.

"Yah.. Baiklah kalau begitu. Sekarang biarkan aku membantumu, Jin-Woo." (Name) tersenyum kecil, ia mengaktifkan skill seraya Jin-Woo mengaktifkan 'Bloodlust'.

['Earth Control'(Lvl. 3) telah aktif]
['Aura'(Lvl. 2) telah aktif]

Tae-Shik tidak bisa bergerak. Tubuhnya seperti tenggelam di kolam berlumpur, hanya bagian kepala yang terlihat. Ketika mendongak, ia melihat berbagai warna cahaya di hadapannya. Warna merah, biru, kuning, hijau, abu-abu, putih dan hitam. Walaupun warna yang paling mendominasi adalah warna hitam pekat, sedangkan warna lainnya menutupi siluet kedua mata(?) itu.

Jin-Woo tidak membuang kesempatan, ia langsung mengarahkan Belati Rasaka ke jantung Tae-Shik. (Name) juga menggunakan waktu itu untuk memotong sebelah kaki si pria dengan sihir tanahnya.

"Itu untuk kaki Jin-Woo tadi." Gumamnya seraya membatalkan semua skill nya. (Name) menghela napas, mendekati Jin-Woo pelan.

Gadis bermanik (E/c) itu tidak merespon perkataan mereka yang sibuk berbincang. Ia menoleh ke arah salah satu mayat, kemudian menoleh kembali pada Tae-Shik.

"Katakan saja kalau kami adalah hunter yang bisa terus bertambah kuat setiap waktu. Menurutmu kami akan menjadi seberapa kuat?" Tanya Jin-Woo sambil menepuk kepala (Name) sekali.

"Bayanganmu.. Terhubung dengan kegelapan. Sedangkan kamu.. Punya banyak sekali warna."

"Kau akan menjadi sekuat bayanganmu yang jauh tenggelam di dalam kegelapan.. Kamu akan menjadi kuat tergantung seberapa banyak kau bisa mengendalikan warna.." Dan Tae-Shik pun mati.

[Quest darurat - Extermination telah selesai]
[Hadiah Quest telah diterima
Stat points : +5]

[Hadiah Quest telah diterima
Skill points : +10]

'Mungkin kalau kita mengerjakan Quest bersama, hadiahnya juga akan dibagi?' Batin mereka serempak. Jin-Woo memasang hoodienya, sementara gadis berambut (H/c) itu memperbaiki posisi sarung pedangnya.

"Jin-Woo.. (Name).. Terimakasih." Ucap Ju-Hee dengan senyum.

"Terimakasih Tuan Sung, Nona (Last Name). Kami akan mati jika kalian tidak ada disini. Sekarang.. Apa yang harus kita lakukan?"

"Bukankah kita harus keluar dan melaporkan ini ke Guild?" Usul Ju-Hee.

"Kita harus menutup Gate Dungeon lebih dulu." Ucap (Name).

Awalnya Pak Song terkejut, tapi karena telah melihat Skillnya, ia tidak bisa membantah. Jin-Woo mencabut belatinya, menemukan rune berisi skill milik Tae-Shik.

[Rune : Stealth
Type : Rune

Sebuah skill yang bisa didapat dengan menghancurkan rune. Skill ini bisa dibagi ke sesama protagonist]

Jin-Woo mengerjap sekali. Oke, semakin lama sistem semakin aneh, pikirnya. (Name) hanya ber'oh' ria. Ketika Ju-Hee dan Pak Song pamit keluar, (Name) melangkah cepat menuju salah satu mayat dan menendang tubuhnya pelan.

"Bangun, kau sialan. Apa tanah Dungeon terlalu nyaman untukmu tidur huh?" Titahnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kenapa kau malah pura-pura mati? Apa kau mencoba kabur diam-diam? Ah, kau tidak bisa bicara. Gang Tae-Shik sungguh brutal.."

"Oh, pita suaranya terpotong ya. Seperti ketika aku kemotong pita suara Dong-suk. Mungkin dia kakan membunuhmu dengan cara yang paling menyakitkan setelah membuatmu tidak bisa berteriak." Komentar (Name).

"Kalau terus begini, kau bisa mati kehabisan darah. Mungkin jika meminta nona Ju-Hee sekarang, kau bisa selamat." Jin-Woo menarik kerah pakaiannya dan menyeret pria itu. Awalnya pria itu lega karena ia bisa selamat, namun itu tidak bertahan lama karena ia dibawa ke ruangan bos.

Jin-Woo berdiri di depan pintu, dihadapan mereka terdapat ratusan goblin dan bossnya--Hobgoblin. (Name) berdiri di depan Jin-Woo, bersandar di dada bidangnya sekaligus mengalungkan sebelah tangan si pemuda ke lehernya. "Apa kau ingat semua wajah korbanmu?" Tanya Jin-Woo.

"Kau pikir kami akan membawa monster sepertimu keluar? Hah, sampah yang lebih buruk dari Tae-Shik lebih baik disini saja." (Name) menatapnya dingin dan tanpa ekspresi. Mereka membiarkan pria itu diserang oleh Hobgoblin dan antek-anteknya, syukurlah untuk mengalahkan boss itu cukup dilakukan oleh Jin-Woo.

1294 kata

Bersambung..

A/N : ... Ini brutal banget gak sih? Rei ngerasa agak.. Campur aduk gitu. Baiklah, seperti biasa ini gaje, banyak typo, bahasa non baku, bahasa kasar, dll. Jangan lupa vote dan ramaikan comment, nantikan chapter selanjutnya~

The Regressor (Solo Leveling × Reader)Where stories live. Discover now