Chapter 6

655 85 3
                                    

Beta Pad pun pulang ke rumah untuk memberitahukan pada Kana kalo ibunya masih hidup. Tapi Kana belum sampai di rumah setelah jualannya habis. Beta Pad menunggu sampai sore menjelang malam barulah Kana pulang membeli makanan yang banyak.

"Kana, sudah pulang nak? Waahh makanannya banyak sekali nak. Apa hari ini jualanmu laku?" Tanya Beta Pad

"Iya paman. Tadi seorang wanita cantik naik kereta kuda membeli semua bakso yang Kana buat, paman. setelah dia mencoba 1 tusuk, katanya itu kesukaan dia dan suaminya dulu. Jadi dia membeli semuanya. Uang yang dia kasih juga lebih-lebih, paman. Sepertinya cukup untuk kita makan selama 1-2 minggu kedepan" cerita Kana dengan penuh semangat.

"Syukurlah. Terima kasih dewa. Sekarang kamu pergilah membersihkan diri. Biar paman yang memasak" ujar Beta Pad yang diangguki Kana.

"Sing, kamu mencium bau harum daging?" Tanya Tul yang hendak jalan pulang ke rumah.

"Hmm ... iya. Siapa yang masak ya? Gak mungkin pho kan yang masak? Mau darimana uang untuk beli daging" jawab Sing.

"Iya juga sih. Mungkin orang lain yang masak" ujar Tul.

Sing dan Tul pun berjalan pulang ke rumah dan harumnya masakan tersebut seakan menarik mereka untuk semakin mempercepat langkah mereka untuk sampai ke rumah yang sudah ditunggu Beta Pad dan Kana untuk makan bersama.

"Waahhh ... makanannya banyak sekali. Tul, ternyata harum daging yang tadi kita cium tadi berasal dari rumah" ujar Tul yang langsung duduk.

"Iya nih" jawab Sing.

"Kalian ... cuci tangan dulu sebelum makan" pinta Beta Pad dengan tatapan tajam pada kedua anaknya.

"Iya pho" jawab mereka bersamaan.

"Kana, setelah makan nanti paman mau bicara padamu. Ini menyangkut ibumu" ujar Beta Pad yang membuat mata Kana membulat.

"Ibu masih hidup, paman? Dimana ibu sekarang?" Tanya Kana.

"Nanti akan paman jelaskan. Tadi paman bertemu dengan ibumu di kuil. Dia tetap seperti dulu sederhana dan cantik. wajahnya tidak dimakan usia" ujar Beta Pad.

"Kana tidak pernah melihat bagaimana rupa wajah ibu yang sebenarnya. Tapi kalo boleh Kana tahu kenapa ibu meninggalkan Kana dan ayah?" Tanya Kana sambil meminum air putihnya.

"Nak, jangan berpikir seperti itu. Tidak mungkin ibumu berpikir untuk meninggalkanmu. Setelah kamu bertemu ibumu, tanyakanlah padanya" jawab beta Pad yang diangguki Kana.

"Kana selamat ya sudah akan bertemu dengan bibi" ujar Tul.

"Iya. Jangan lupakan kami ya. Kana harus tetap kunjungi kami" ujar Sing.

"Kana tidak akan pernah melupakan jasa p' Tul, p' Sing dan paman yang sudah membesarkan Kana. Kalo rumah yang ditinggali ibu Kana besar, Kana akan mengajak kalian untuk tinggal bersama. Apa kalian mau?" Tanya Kana.

"Mau // Tidak" ujar Tul dan Sing yang merasa heran saat Beta Pad mengatakan kalo dia tidak mau ikut tinggal dengan Kana.

"Pho, kenapa tidak mau ikut tinggal dengan Kana?" Tanya Sing.

"Baiklah. Paman akan mengatakan padamu kalo ibumu adalah permaisuri Black King yang terkenal kejam itu" ujar Beta Pad yang membuat mata ketiga orang itu membulat.

"Per-permaisuri Black King? Tapi kenapa ibuku bisa menjadi permaisuri orang lain, paman? Apa yang terjadi?" Tanya Kana.

"Paman juga tidak tahu bagaimana ceritanya. Setelah bertahun-tahun paman bekerja sebagai penyapu kuil, baru kali ini paman berjumpa dengan ibumu. Paman sempat tanyakan pada seorang biksuni soal ibumu dan biksuni tersebut bercerita kalo selama ini ibumu selalu datang ke kuil memohon pada dewa untuk dipertemukan dengan anaknya yang hilang dalam kebakaran tersebut. Walaupun sudah mati, tapi dia harus tetap menemukan mayatnya" cerita Beta Pad sambil menangis.

"Yang kudengar kalo Black King itu jika sudah menyukai seorang wanita, pasti dia akan menjadikan wanita itu sebagai selirnya. Apa dengan bibi Zee, Black King juga begitu?" Tanya Tul yang langsung digeplak Sing dan menyuruhnya diam.

"Hari ini ulang tahun Black King. Bisa jadi ini kesempatanmu untuk bertemu dengan ibumu nak. Pergilah ke istana dan bawa kado ini untuk Black King" pinta Beta Pad.

"Boleh kami ikut papa?" Tanya Sing.

"Pergilah. Berhati-hatilah saat pergi dan pulang nanti. Jaga Kana baik-baik" ujar Beta Pad yang diangguki kedua anaknya.

Selesai makan, ketiganya langsung pamit pada Beta Pad menuju istana Black King. Dalam perjalanan kesana, banyak sekali orang sehingga harus berdesak-desakan. Belum lagi jika sudah dekat istana, para rakyat tidak boleh dekat dengan raja dan permaisuri. Mereka harus menjaga jarak sampai 3 meter.

Kana yang duduk di punggung Tul pun tidak bisa melihat langsung raja dan permaisuri. Lalu Tul menyuruh Kana untuk berdiri di punggungnya. Kana pun melakukannya, walau dengan berat hati. Saat Kana berdiri di punggung Tul, terlihatlah seorang wanita yang dikenal Kana. Dialah yang membeli semua bakso yang dijual Kana. Seluruh tubuh Kana jadi lunglai dan Kana terjatuh dari punggung Tul.

"Astaga Kana ... ada apa ini? Katakan pada kakak sayang. Jangan menakuti kami" tanya Sing dengan nada yang begitu mengkhawatirkan.

"P' Tul, p' Sing ... permaisuri Black King itu yang membeli semua bakso yang Kana jual di pasar tadi pagi dan uang yang lebih itu tadi Kana gunakan untuk beli daging" cerita Kana.

"Kalo begitu kamu sudah bertemu dengan ibumu, Kana. Sekarang pergilah pada bibi Zee dan katakan kalo kamu ini anaknya" ujar Tul.

"Tidak semudah itu Tul. Apa kamu gak lihat kalo penjagaan begitu ketat dan lagipula kita tidak ada bukti yang menunjukkan kalo Kana anaknya permaisuri Black King" jawab Sing.

"Jadi kita harus bagaimana Sing?" Tanya Tul yang terus memegangi Kana yang menangis tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Pho ... hanya pho yang bisa bantu kita. Bukankah pho mengenal bibi Zee? Menurutku untuk saat ini hanya pho yang bisa mengenalkan Kana sebagai anaknya bibi Zee yang masih hidup" ujar Sing.

"Bagus juga idemu. Kana, sekarang kita pulang ya" ujar Tul membawa Kana kembali ke punggungnya.

"Kalo kita pergi, bagaimana dengan kado yang sudah disiapkan paman?" Tanya Kana yang membuat mereka memukul kening mereka.

"Benar juga. Mungkin di sekitar sini ada tempat untuk meletakkan kado" ujar Tul mencari-cari.

"Disana p'." Tunjuk Kana pada sebuah pintu samping yang dijaga pengawal dan hanya memperbolehkan orang yang membawa kado saja yang boleh masuk.

"Kana, kamu masuk saja. Kakak tunggu diluar" ujar Tul.

"Kenapa Kana yang masuk kak? Kana kan masih kecil. Nanti kalo ditanya orang tua, Kana harus jawab apa?" Tanya Kana yang menyadarkan Tul dan Sing.

"Tul, kamu masuk saja bareng Kana. Kamu kan anak pertama" ujar Sing yang diangguki Tul.

Mereka pun masuk ke dalam. Pengawal mengambil kado mereka dan memberikan nomor untuk tempat duduk pada mereka. Untuk melihat permaisuri bagi Kana itu sangat susah karena tempat yang didudukin oleh mereka sangat jauh. Kana dan Tul hanya sebentar disana langsung pulang karena berdesak-desakan.

Tiba saat pengundian hadiah, nama Kana keluar sebagai pemenang menerima hadiah tusuk konde giok yang diberikan oleh permaisuri. Tapi Kana sudah pergi dari sana dan permaisuri putuskan akan membawa langsung tusuk konde itu pada Kana besok di pasar.

"Permaisuri, sepertinya kamu sangat mengenal nama Kana" tanya Black King.

"Iya. Tadi pagi sewaktu aku ke kuil berjumpa dengannya dan aku membeli semua bakso yang dia buat. Rasanya sesuai dengan seleraku" jawab permaisuri.

"Oh..berapa umurnya?" Tanya Black King.

"10 tahun. Kalo anakku ditemukan, pasti umurnya juga seumuran dengannya" jawab permaisuri yang membuat amarah Black King naik, tapi dia berusaha untuk menahannya.

My SunflowerWhere stories live. Discover now