ISEY || CHAPTER DUA PULUH DELAPAN

Start from the beginning
                                    

"Aku ke dalam dulu, ya. Ngasihin berkas ini ke pengelola." Vian mengangguk.

Setelah menunggu lebih dari satu jam, akhirnya Dila keluar dari ruangan itu. Ia melihat Vian masih duduk disana. Tidak ada yang dilakukan oleh laki-laki itu. Hanya duduk sembari memandang langit yang mulai berubah warna.

"Ayo," ucap Dila saat berdiri di sebelah Vian.

Vian menoleh lalu tersenyum. Ia bangkit lalu berjalan ke arah mobil Vian.

"Gimana?" tanya Vian mulai menghidupkan mobil.

Dila menoleh. "Gimana apanya?" tanya Dila tidak mengerti.

"Ohh ... besok Mama sama Papa bakalan datang ke sini buat ngejemput dia," jelas Dila.

Vian hanya mengangguk.

"Kita mampir ke gramed dulu ya, Kak." Dila menoleh menatap Vian yang tengah mengemudi.

"Nggak bisa. Sekarang aku ada janji sama Cia," jawab Vian jujur.

"Oh, kemana?" tanya Dila kecewa.

"Nonton." Via melirik sekilas.

Dila tersenyum getir lantas menoleh menatap Vian lekat.

"Kenapa ada yang salah?" tanya Vian ketika ia menyadari jika Dila memandangi wajahnya.

Dila menggeleng pelan. "Nonton maksud Kak Vian, 'nonton' beneran kan? Masuk ke studio bioskopnya sampai filmnya kelar?" tanya Dila. Ia tahu betul jika laki-laki itu tidak suka menonton di bioskop.

"Ya ... iyalah. Emangnya gimana lagi?"

Dila menatap Vian heran. "Sejak kapan Kak Vian mau nonton?" tanya Dila lagi.

"Sejak hari ini. Itu pun karena Cia yang mau," jawab Vian.

"Emangnya Kak Vian nggak bisa nolak?" tanya Dila. Vian mengerinyit heran mendengar penuturan Dila barusan.

"Maksudnya?" tanya Vian.

"Kalau sama aku, Kak Vian pasti langsung keluar waktu filmnya baru diputar seperempat jalan. Habis itu Kak Vian nunggu di depan studio. Kita nggak pernah nonton sampai filmnya benar-benar kelar." Dila melirik dari ekor matanya.

Vian terkekeh pelan. Ia menatap Dila sejenak lalu kembali menatap jalanan.

"Kayaknya Kak Vian sayang ya sama Cia?" tutur Dila. Ia juga ragu dengan apa yang barusan ia ucapkan.

"Nggak ada alasan buat nggak sayang sama dia. Dia istri aku sekarang." Vian tersenyum ketika teringat wajah Cia.

Dila mengangguk-angguk. "Iya, dia istri Kak Vian sekarang," ujarnya kecewa. Ia lantas menoleh menatap jalanan dari kaca jendela mobil. Pikirannya menerawang jauh.

"Kalau aku mau kamu jadi milik aku, apa itu salah?" tanya Vian sembari menatap lurus ke depan.

"Dari dulu aku udah jadi milik Kak Vian. Kita kan sahabatan," jawab Dila tanpa beban. Namun sebenarnya jantungnya berdegup cepat. Ia masih berusaha menenangkan dirinya.

Dila menatap Vian dengan tatapan penuh arti. Vian tersenyum lalu menoleh menatap wajah gadis yang berdiri di sebelahnya.

"Aku rasa kamu ngerti maksud ucapan aku barusan."

"Apa?" tanya Dila memperjelas. Ia tidak ingin salah menyakini ucapan yang baru saja Vian lontarkan padanya.

"Aku nggak akan ma--"

"Aku mau pulang!" potong Dila. Ia heran mengapa kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Dila memandangi wajah Vian yang nampak kecewa.

Ah sial.

I SHALL EMBRACE YOUWhere stories live. Discover now