Crossroad

320 63 15
                                    

"Kalian cukup ngobrol seasik mungkin, ngobrol apa aja bebas, kita cuma ambil gambar aja, tema pasangan jadi usahakan jangan canggung" ucap director mengarahkan.
Aku mengangguk mengiyakan, mataku melirik wanita yang duduk di kursi passenger, matanya fokus mendengarkan arahan, mencoba tenang, tapi gerak tubuhnya mengatakan aku tidak nyaman secara jelas.
"Kita mulai ya, Rio sudah oke ya?"
"Aman pak" jawabku
"Yuk gimana?"
"Tenang pak, saya mah udah biasa" jawabnya tersenyum.
***
Untuk beberapa saat suasana mobil ini hening, beberapa kali suara director terdengar dari HT untuk mengingatkan kami agara lebih rileks.

"Ini canggung banget sih" suaranya terdengar diikuti dengan tawa renyah yang aku rindukan.

" gak cencel kontraknya? Aku pikir kamu bakal cencel kontrak ini?" Tanyaku

"Ini rezeki aku mas, aku tanda tangan kontrak duluan, kalau kamu gak suka kamu dong yang cencel" jawabnya sedikit ketus, aku hanya tersenyum mendengar jawabannya.

"Makan sama aku abis ini mau gak?"

"Ih random banget deh" Nada bicaranya sedikit kaget, dia tau aku mencoba mencairkan suasana karna ucapannya diakhiri dengan senyuman yang kurindukan.

"Kalau aku gak random kaya gini, kita bakal terus diem-dieman dan shootingnya gak bakalan selesai" jelasku, yuki gak tau gimana susahnya aku mengontrol emosiku saat ini.

" kamu keliatan lebih santai sekarang" suaranya datar, ada rasa tidak percaya terlukis di nada bicaranya.

"Kamu keliatan lebih kaku sekarang" jawabku

"Hmm?"

" iya, dari awal kamu ketemu aku disini, kamu terus-terusan megang rambut, cara duduk kamu, cara kamu ragu-ragu buat liat ke arah aku, apa segitu gak nyamannya kamu deket aku sekarang"

" hatiku yang gak nyaman mas" jawabnya singkat, spontan aku menginjak pedal rem, ada rasa tidak percaya, apa aku salah mendengar.

"Srttttt....srtttttt... Yuki Rio gimana kalian oke?" Suara dari HT memecah keheningan.

"Ulangi" pintaku aku mencoba mengabaikan Suara Director yang terus terdengar dari HT.

"Apa? Cepet jawab HT nya mereka khawatir tuh" ucapnya

"Kamu ngomong apa tadi?" Aku tidak peduli dengan apapun, aku hanya ingin memastikan apa yang aku dengar tidak salah.

"Buat apa sih, jawab dulu HTnya itu" ucapnya kemudian mencoba meraih HT yang terdapat didasbor kanan, aku meraihnya dengan cepat menyembunyikannya dibalik tubuhku.

"Mas, jangan bercanda, kita lagi kerja loh ini" ucapnya panik

"Kita baik-baik aja" aku menjawab panggilan  dari HT, mataku tetap mengarah pada gadis cantik yang dulu pernah mengisi hatiku "tapi yuki sedikit syok, kita butuh waktu sebentar" lanjutku, mata yuki sedikit membesar mendengar apa yang aku bicarakan

"Oke-oke kita break 10 menit, perlu medis gak, saya kirim kesana" terdengar suara dari HT sedikit khawatir
"Gak perlu pak, Yuki cuma butuh beberapa menit biar sedikit tenang aja" jawabku, aku butuh waktu untuk berbicara dengan Yuki.

"Oke than 10 menit lagi kita lanjut shootingnya" Suara dari ujung HT mengiyakan, Setalah itu aku mematikan kamera di sudut kanan dan kiri dasbor mobil.

Aku mendengar tarikan nafas dalam dari yuki "kamu kenapa sih?"

"Aku mau kamu jelasin maksudnya apa"

"Percuma buat apa? Hatiku urusanku mas, gak ada hubungannya sama kamu" nada bicaranya sedikit meninggi dari biasanya.

" itu jelas ada hubungannya sama aku" entah kenapa suaraku ikut meninggi.

" kalaupun itu ada hubangannya sama kamu, udah gak ada yang bisa aku atau kamu lakukan, kamu punya seseorang sekarang, dan aku gak mungkin melangkahi garis itu" perkataannya seperti petir ditelingaku, aku lupa ada Nadia sekarang.

are we meant to be? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang