30. Perlahan terungkap

13.7K 1.7K 117
                                    

Holaaaaa!

Sebelum membaca tekan bintang dulu♡

Terimakasih♡

Typo tandai!
.
.
.
.
.
Elmer masuk ke ruangan sang ayah sembari melemparkan sebuah map. Pria itu memutuskan pergi ke markas untuk memberi tahu daddynya sesuatu...

"Kau sudah pulang rupanya."

"Bukalah. Ada sesuatu menarik disana.."

Dominic pun lantas membuka document itu matanya seketika terbelalak karena terkejut. "Ini..."

Elmer mengangguk."Benar! itu adalah daftar orang-orang yang memberontak. Ternyata ia juga menaruhnya di jaringan kita yang berada di eropa. Bedanya di sana para pemberontak itu mengakui perbuatan mereka karena bisa lebih leluasa untuk kabur, mungkin karena mereka berada di luar negara."

"Jadi kau membiarkan mereka kabur dan menjauh setelah mereka mengakui perbuatannya?"

"Tentu saja tidak! daddy lebih tau diriku, mana mungkin aku membiarkan mereka kabur. Membunuhnya perlahan dengan cara mengambil organ dari mereka satu persatu dan menikmati jeritan mereka itulah yang aku lakukan," Elmer berujar enteng seolah-olah itu adalah aktifitas biasa yang ia lakukan. "Dan daddy tau siapa dalangnya?"

"Siapa itu?"

"Seperti yang kita curigai selama ini. Bolehkah aku membunuhnya sekarang?" Elmer meminta ijin.

"Kau tidak tau moto hidup kita?" Dominic melemparkan pertanyaan kepada putra pertamanya itu.

"Alexander tunduk pada jasa..." Elmer berujar malas.

"Benar! kurasa aku sudah bisa pensiun dan menyerahkan semuanya padamu sekarang..." Dominic setengah bergurau.

"Omong kosong! Apa daddy mau mati? awww!"

Dominic memukul kepala putranya dengan keras. "Apa kau mendoakan daddymu ini mati?!"

"Aku hanya bercanda..." Elmer tersenyum jenaka ke arah Dominic. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Tentu saja mengumpulkan bukti lebih banyak lagi, sehingga daddy bisa membunuhnya dengan tangan daddy sendiri. Karena jika kita bisa mengumpulkan lebih banyak lagi maka jasanya tidak akan lebih besar dari kejahatan yang ia lakukan." Dominic menerawang memandang ke depan pikirannya seketika itu juga berada ditempat lain...

"Jika dia berani menaruh mata-mata di luar negri tidak menutup kemungkinan ia menaruh mata-mata juga di dalam negri."

"Kau benar. Ngomong-ngomong daddy punya rencana biarlah yang disini. Daddy ingin tau sejauh mana mareka bertindak dan daddy ingin tau apa motifnya."
.
.
.
.
.
"Onty Maliaaa!Puding buah Bonbon mana?" Balita itu menghampiri pengasuhnya yang sedang sibuk di dapur dia lelah karena berjoget seharian waktunya makan camilan!

"Eh bukannya sudah saya siapkan di meja makan tuan muda?"

Bonnie menggeleng. "Tapi meja makanna kocong." Keningnya mengkerut. Kemana kiranya puding lezatnya itu pergi?

"Benarkah tapi saya memang sudah menaruhnya di meja?" Maria bertanya dengan kebingungan, pasalnya ia memang menaruh puding tuan muda kecilnya disana kenapa bisa hilang?

"Yacudah buatkan lagi caja Bonbon tunggu!"

"Baiklah saya akan membuatkan yang baru untuk anda."

"Tapi Bonbon pelgi cebental nanti balik lagi kecini." Bonnie meminta izin dan Maria mengangguk, mengijikan Bonnie pergi.

Balita gembul itu pun memutuskan untuk pergi dari sana, dia akan kembali ke dapur nanti jika puding buahnya telah jadi.

Kaki gembulnya yang berbalut kaos kaki mungil pun melangkah, namun saat sampai di ruangan tengah fokusnya malah teralihkan melihat puding buahnya yang tergeletak disana dan sedang dimakan oleh Isabel. Bonnie tidak mungkin salah mengenali, karena itu adalah puding dengan campuran buah melon yang biasa ia makan.

BONNIEWhere stories live. Discover now