9. Nenek sihir.

21.8K 1.8K 26
                                    

Holla!

I ∟OⅤ∈ Υ〇∪.....φ(。・ω・。 )

Sebelum membaca tekan bintang dulu yukkk. ♡♡♡

Note : Karena ngetiknya cepet plus ngantuk. Kalau ada typo tolong ditandai yah biar langsung di benerin♡
.
.
.
.
.
Dominic membawa Bonnie menaiki sebuah mobil BMW. Balita gembul itu amat antusias saat dibawa jalan-jalan oleh Dominic. Maklum Bonnie selama ini menghabiskan sebagian waktunya di dalam paviliun tanpa bisa keluar menikmati udara segar semenjak usia 6 bulan sang kakak Abel membawanya memasuki kehidupan Alexander.

"Daddy tu apa? Wah tinggi cepelti gunung yang ada di televici dan buku celita!" Bonnie lagi-lagi bertanya ketika melihat sesuatu yang menarik matanya dan membuat balita imut itu penasaran.

Bonnie sepenuhnya menaruh wajah bulatnya ke jendela mobil sampai pipi bulatnya tergencet kaca. Balita itu asik melihat pemandangan!

Dominic tersenyum kecil sebelum menjawab. "Gedung pencakar langit itu namanya."

"Pencakal langit wah namana kelenn!" Dominic masih setia memegangi balita mungil itu.

Bonnie berdiri menghadap jendela mobil dia takut putranya terjatuh karena bersemangat untuk melihat sekitar jadi Dominic berinisiatif memeganginya.

"Daddy kita mau kemana?" Balita itu kemudian duduk setelah lelah berdiri. Bonnie mengeluarkan pacifier dalam tas kodok kecilnya kemudian mengemutnya sambil sesekali melihat keluar.

"Jalan-jalan tentu saja." Dominic menanggapi tangannya sesekali mengelus kepala yang tertutup topi rajut berbentuk beruang itu.

"Apa Bonbon boleh beli pelmen kapac yang lembut." Ah Bonnie ingat kak Elmer pernah membawakan Bonnie permen kapas dan itu lumer dimulut. Bonnie ingin memakan itu sekarang!

"Tentu saja beli apapun yang kau mau!"

"Acikkk telimakacih daddy-- muahhh." Bonnie mencium pipi Dominic bergantian.

Dominic tentu saja semakin ingin memanjakan putra bungsunya itu, tingkahnya benar-benar manis. Tidak seperti anak-anaknya yang memang malas dimanja sedari kecil bahkan Ace yang paling muda pun enggan dimanja sejak masuk sekolah dasar makanya hubungan ayah dan anak di keluarga alexander terasa sedikit hambar.
.
.
.
.
.
Brakk. Pintu mansion mewah itu terbuka secara tidak sopan. Bahkan bodyguards yang ada di depan pun tidak bisa menghalangi masuknya perempuan bersolek tebal itu.

"Dimana Dominic?" ujarnya.

"Master sedang jalan-jalan nyonya." Deon menghampiri perempuan berpakaian ketat itu dan menjelaskan bahwa tuan besarnya sedang tidak ada di rumah

"Jalan-jalan kemana?" Tanyanya dengan sedikit tidak sabaran.

"Mohon maaf saya tidak mengetahui kemana kirannya master pergi."

"Dengan siapa dia pergi?!"

"Master pergi dengan put--."

"Mama!." Anak yang berada disamping wanita itu memotong ucapan Deon.

"Iya sayang?" wanita itu mengelus rambut putrinya dan bertanya apa yang kiranya diinginkan oleh gadis kecil itu.

"Isabel mau makan kue yang ada dimeja itu--." Tunjuknya pada sang ibu.

Wanita itu tersenyum. "Tentu kau boleh makan sepuasmu!"

Deon terlihat ingin melarang namun gadis kecil itu lebih dulu berlari untuk memakan semua kue manis yang ada di meja makan besar itu.
.
.
.
.
.
"Lancang!" suara Dominic bergetar dan terdengar sangat dingin kala ia melihat kue yang sengaja ia khususkan untuk putranya telah dimakan oleh gadis kecil yang bahkan terlihat menjijikan dimatanya saat ini.

BONNIEOnde histórias criam vida. Descubra agora