Twenty-Second : Thanksgiving (1)

1.1K 51 6
                                    

Halo! Di part kali ini kita akan melihat apa yang terjadi waktu Thanksgiving. What is Thanksgiving? Buat yang gatau, itu kayak semacam event yg biasa dilakuin orang-orang di barat beberapa waktu sebelum Natal (lupa brp lama sebelumnya), biasanya pada makan bareng keluarga gitu...

Anyway di part ini kita akan banyak melihat peristiwa dari sudut pandang si Jerome. Walaupun kayaknya ga perlu diperingatkan sih kalo cerita ini udah jelas ada hubungannya sama pandangan beberapa masyarakat terhadap homoseksualitas, jadi gausah kaget kalo akan banyak menyinggung isu itu yah!

Stay safe in this pandemic guys!

---

*Jerome's POV*

"Apakah kau yakin akan menceritakan ini pada keluargamu, Jerome?"tanya Kimberley padaku beberapa hari sebelum Thanksgiving. "Kau tahu kalau mereka tidak perlu tahu soal ini langsung darimu'kan? Maksudku, aku tidak keberatan memutus hubungan dengan keluargamu yang menyebalkan itu."

Aku tertawa. Kimberley memang begitu, dia selalu bicara apapun yang ada di pikirannya. Satu-satunya dia tidak jujur dengan dirinya sendiri adalah ketika menikahiku. Well, bahkan seorang yang selalu blak-blakan sepertinya pun kadang masih bingung dengan perasaannya sendiri.

"Kurasa akan lebih baik jika mereka tahu dari mulutku sendiri."jawabku pada Kimberley. Aku menghela napas ketika mengingat sosok keluarga besarku.

Kimberley tidak salah, keluargaku memang menyebalkan. Kau bisa membayangkan seseorang yang munafik, selalu baik di depan umum – seolah peduli dengan kehidupan orang lain – tapi ternyata mereka hanya ingin tahu tentangmu, menertawakan kesedihanmu atau cemburu dengan keberhasilanmu. Tipe seperti itulah yang mengisi keluargaku.

Oh, dan tidak hanya itu, mereka juga seorang yang sangat percaya dengan stigma negatif dari semua hal yang bisa kau bayangkan. Seorang yang berperilaku tertentu karena rasnya atau orientasi seksualnya. Yeah, orang-orang seperti itu.

"Oh, tapi kau tak perlu datang. Aku tidak berani membayangkan apa yang akan kau lakukan jika nanti keluargaku berkata yang tidak-tidak padamu, Kimmy."

Kimberley tertawa. Kurasa dia mengingat kejadian Thanksgiving beberapa tahun lalu, tepat saat kami baru menikah. Seorang dari keluarga besarku memutuskan untuk membagikan pandangannya terhadap seorang perempuan yang tidak bisa memasak. Kimberley – yang memang tidak bisa memasak – mendengarnya dan memutuskan untuk membagikan pendapatnya juga mengenai itu.

Tapi, Kimberley dibesarkan di lingkungan yang mengajarkannya bahwa mengutarakan pendapatmu dengan suara lantang itu tidak masalah. Tapi, di keluargaku, seorang perempuan tidak pantas melakukan itu. Yah, aku tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun, namun pandangan seperti itu memang dipengaruhi karena keluargaku masih memiliki kepercayaan bahwa seorang perempuan tidak pantas mengutarakan pendapatnya di hadapan laki-laki.

Bisa dibayangkan bagaimana akhirnya, bukan?

Aku selalu berterima kasih pada Kimberley ketika tahun itu aku hanya perlu menghabiskan beberapa menit saja bersama keluargaku.

Kimberley kemudian memelukku. Aku membalas pelukannya.

"Kupikir kau benar bahwa menikahimu dulu adalah sebuah penyesalan yang tidak biasanya kulakukan,"kata Kimberley, "tapi ternyata aku lagi-lagi benar, satu-satunya kebodohanku adalah percaya pada kata-katamu waktu itu!"

Kimberley melepaskan pelukannya dan memandang wajahku.

"Kau benar-benar bodoh, karena pikiranmu yang sangat negatif itu, aku jadi ikut menyalahkanmu. Menikahimu bukanlah sesuatu yang pantas kusesali!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Lived With My Own Way (Boy x Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang