Eighteenth : Dust

5.7K 345 21
                                    

Hello! Senang bisa bertemu lagi! Kita awali cerita kali ini dengan 'beda waktu' hahahaha! Maksudnya adalah ini beda waktu sama scene terakhir di chapter sebelumnya. Scene awal chapter ini berada sebelum scene akhir di chapter sebelumnya :3

---
*Nadine's POV*

"Kau berjanji akan memberiku berita lagi, Levis."

Gadis berkacamata ini benar-benar membuatku kesal. Aku paling tidak suka didesak oleh orang.

"Aku akan memberimu jika memang ada, Cecile. Aku tidak punya waktu jika kau minta aku hanya fokus kepada koranmu itu!"kataku.

Aku duduk di salah satu tempat di studio, di sebelah Sheila.

"Kau'kan punya sederet adik-adik kelasmu yang manis dan penurut untuk mencari berita, kenapa kau harus merongrong Nadine, sih?"kata Joey ketus.

"Karena adik-adikku itu, yang kebetulan seangkatan dengan kalian, tidak seleluasa kalian. Kalian pikir aku mau meminta-minta dari sekelompok anak sombong seperti kalian jika tidak begitu?"balas Cecile.

Ciri khas anak kalangan B. Jika bukan penjilat, mereka pasti bermulut bisa. Kata-kata andalan mereka untuk menghina kami, kalangan A, selalu dilontarkan di setiap kesempatan.

"Koranmu yang tidak berharga itu dibaca sekarang, kami berbuat banyak untuk klub sialmu, Cecile."kataku.

Dia mendengus. Astaga, aku tidak pernah suka dengan gadis kutubuku ini. Selain lidahnya yang tajam, aku mau tidak mau harus mengakui kecerdikannya. Dia pandai mencari berita sebenarnya, itu kuketahui dari skandal teman ibu Ryan dulu yang berhasil diketahui duluan oleh kutubuku ini sebelum paparazi manapun.

Dia bahkan berhasil mengelak dari masalah ketika kemudian korannya itu membuat Ruthede menjadi incaran media yang menyebabkan dewan sekolah marah besar.

Cecile berhati dingin, dia tidak peduli teman-teman satu klubnya kena masalah jika hal itu mendongkrak popularitas koran susunannya. Satu-satunya alasan kenapa Ryan tidak turut menjadi korban walau sebenarnya dia termasuk 'peran utama' berita itu hanya karena Cecile tertarik padanya.

Aku harus berhati-hati agar gadis ini tidak tahu yang sebenarnya.

"Hei, kau tidak bisa membawa tasmu ke dalam studio! Aku sudah memberikan kunci loker studio ini padamu pagi tadi, simpan tasmu disana!"seru Joey ketika ia melihat tas yang dibawa Cecile.

Rutheders beberapa kali kehilangan lagu ciptaan mereka karena adanya orang-orang yang mencuri rekaman mereka yang disimpan di ruang studio ini. Kasus pencurian itu sering terjadi saat wawancara dengan Ruthimes sehingga Joey sangat berhati-hati dengan kehadiran Cecile di studio.

Maraknya kasus pencurian itu menyebabkan Rutheders menerapkan peraturan bagi pihak luar untuk menyimpan tas mereka di loker studio.

Cecile menunjukkan ekspresi tidak suka, tapi kemudian ia menuruti kata-kata Joey. Dia membongkar tasnya, mencari-cari kunci yang dimaksud Joey.

Cecile sepertinya kesulitan menemukannya, karena dia membongkar seluruh tasnya. Ia kemudian mengambil sebuah kunci dari tasnya yang diikuti dengan bunyi benda terjatuh.

Ia mengambil benda terjatuh yang berwarna hitam itu. Ukurannya kecil sekali, berbentuk kotak.

Mukanya langsung berubah, kilatan matanya membuatku sejenak takut. Dia membanting benda itu dan menginjaknya.

"Apa itu?"tanya Joey.

"Penyadap,"jawab Cecile singkat.

"Hah? Kenapa ada penyadap di tasmu?"tanyaku heran.

I Lived With My Own Way (Boy x Boy)Where stories live. Discover now