Part 35

1.4K 244 198
                                    

***

"PAPA!!!"

Dalam isakan-isakan tangis yang menggaung di pemakaman Lee Eric, Naya berdiri terpaku di belakang ibunya. Netra kecoklatan itu terlindungi oleh sebuah kacamata gelap. Tanpa ada jejak basah di pipi, menyaksikan beberapa orang--- termasuk Taehyung dan Jungkook---turun ke liang lahat yang dipersiapkan sebagai tempat peristirahatan akhir sang arsitek kenamaan ibukota.

Prosesi siang berbalut mendung dan luka itu dimulai. Ketiga wanita di hidup Eric benar-benar kehilangan pijakan utamanya sekarang. Hyori sebagai sulung pun berulang kali menjerit pilu.

Sedangkan si bungsu terus-terusan diam mematung. Sewaktu Naya berniat mendekati kakaknya, beruntung Jin sudah lebih dulu menyambar tubuh Hyori yang hampir jatuh, walau lelaki itu sempat ikut limbung. Hoseok dan juga Suga pun ikut turun tangan menenangkan gadis itu.

Jungkook yang sejak tadi memperhatikan Naya yang sendirian, akhirnya beralih sebentar padanya. "Lo baik-baik aja? Kalo capek mundur aja, gue temenin?"

Gadis itu menoleh sesaat. "Nggak capek kok, lo sama Taehyung capek nggak?"

"Nggak lah. Sorry, Eunha nggak bisa dateng, demamnya agak tinggi pagi tadi."

"Gue tau, nggak masalah."

Kepala Jungkook mengangguk paham. Ia menarik gadis itu membawanya mendekat pada ibu Jeon yang langsung merangkul Naya erat.

Menyadari keberadaan si bontot tepat di belakang, Solar meraih jemarinya. Mengusap-usap di sepanjang lengan Naya, berbisik, "Mama di sini sama adek kakak, nggak boleh sedih biar papa tenang ya Dek."

Samar Naya tersenyum pada wanita paruh baya itu. Padahal, sejak tadi yang histeris menangis hanyalah ibu dan kakaknya.

Tanah basah sudah tertutup sempurna, iringan doa serta bunga juga sudah tercurahkan. Pemakaman berangsur sepi ditinggalkan pelayat. Sementara itu, Solar memapah anak pertamanya yang sudah sangat lemas menuju mobil.

"Ay, minum dulu." Taehyung menyodorkan sebotol air mineral dingin padanya. Lelaki itu mengusap matanya yang terasa sedikit perih.

Bukannya meminum air tadi, Naya menuntun wajah tampan Taehyung yang setengahnya kotor oleh serpihan tanah, akibat sibuk terlibat penguburan sejak awal. Naya membasuhnya berhati-hati menggunakan tangan, menyusuri lekuk tulang pipi hingga rahang Taehyung yang tajam.

Setelahnya, lelaki itu tersenyum manis, lalu menepuk puncak kepala Naya dengan lembut. Ia berpaling menatap lurus ke pusara Lee Eric sembari berucap, "Semalam, bayangan Papa tiba-tiba muncul gitu aja di kepalaku. Cuma itu yang bisa bikin aku berhenti menyentuh kamu. Setengah mati aku nggak mau terseret kebodohanku."

Ikut menatap papan kayu berisi nama ayahnya, Naya lagi-lagi hanya tersenyum tipis nyaris tak terdeteksi.

"Lagian kenapa dari dulu Papa hobi banget mergokin aku sih, Pa?" Taehyung terkekeh merangkul bahu Naya lalu menariknya rapat. "Papa nggak usah cemas, aku sama anak-anak Bangtan di sini bakal jagain Mama sama putri-putri bawelnya Papa."

Tak lama, mereka pun ikut pulang setelah disusul Woobin yang sudah menunggunya. Keluarga besar serta kolega Eric pun tampak sudah undur diri dari sana.

***

Naya memakan butiran cokelat bersalut gulanya, asyik mendengar ocehan-ocehan para lelaki di sekitarnya. Malam itu, acara pengiriman doa hari terakhir baru saja usai. Beberapa anak Bangtan turut datang.

"Besok kita jadi balik ke Bandung?" Taehyung ikut menyomot cokelat milik Naya. Ia mengernyit pusing sebab tak begitu suka rasa manis. "Sebenarnya kita berangkat lusa juga nggak apa-apa, Ay."

🌸 Just Don't Go (✔)Where stories live. Discover now