Part 32

2.1K 251 145
                                    

Upss mulmed triggering...
Vommeng yawwhh gaess...

***

Setelah yakin bersih, Taehyung membuang kapas terakhirnya ke tempat sampah. Berkali-kali ia meminta tambahan pembersih atas wajahnya yang tak biasa terkena make-up. Lelaki itu teringat Naya yang kadang kala memakaikan bedak tipis pada wajahnya saat mereka beberapa kali harus datang ke acara resmi. Itu saja Taehyung sudah protes besar-besaran.

"Langsung balik Jakarta?" tanya Taehyung.

Pria yang bertugas sebagai asisten Taehyung khusus proyek iklan terbaru itu menoleh padanya. "Nggak lah, gila aja ini udah jam 1 pagi. Nginep di Four Points semalem baru pada cabut."

"Oh hotelnya deket kampus gue. Lo mau bareng gue apa gimana, Bang?" tawar Taehyung.

"Hm boleh deh gue nebeng mobil lo, males gue ikut wrap party. Lagi nggak pengin kobam," responnya. "Eh emangnya lo nggak mau join Om Darwis? Lumayan kan Tae buat dapetin spotlight? Siapa tau habis ini lo diangkut project dia yang lainnya?"

Taehyung tertawa tipis sebisa mungkin tak menunjukkan kemalasannya. "Nggak, Bang. Besok gue kuliah jam 7 pagi, dosennya killer. Sambil jalan ke depan yuk, Bang?"

"Bolos sekali dua kali nggak masalah, Tae. Jangan lurus-lurus lo kuliah. Lulus sarjana mau jadi apa sih lo, paling kerja kantoran? Gaji UMR gitu?" sinisnya dibungkus candaan.

Bola mata Taehyung pun memutar kesal bukan tanpa sebab. Sejak semester 1 bahkan dia sudah terlalu banyak membolos karena basket. Tapi toh dia tak bisa menyalahkan pria yang belum mengenalnya dekat. Keinginan Taehyung tak sederhana seperti halnya rakus tergiur mengambil pekerjaan. Khususnya apapun yang berkonsep serial.

Sebanyak dua kali ia sudah menolak film berseri dalam bulan ini. Berkat iklan pertama yang dibintanginya itu meledak, ia dianggap menjadi karbitan yang tak bisa memanfaatkan kesempatan. Terserah apa kata orang, lelaki itu benar-benar tak ingin peduli.

"Kim Taehyung! Lo nggak ikut?" seru Jisoo mendatangi lelaki itu sudah akan masuk ke mobil pribadinya.

"Lo bisa nggak, back to normal? Gue nggak suka lo berlagak seolah kita emang sohiban di depan om Darwis kayak tadi, huh?!"

Jisso mengangkat bahunya singkat lalu berucap, "Atas dasar apa? We're partner now. Mungkin untuk project-project seterusnya kita juga bakal ketemu, terus lo masih pengin childish? Gue aja amazed sama kak Upi yang suruh gue mentorin lo. Gue pikir dia bercanda masukin lo ke manajemen, tapi gue bisa apa selain ngelakuin yang dia minta?"

"Wah, udah gila nih cewek," sinis Taehyung kesal. "Gue nggak butuh mentor, apalagi itu lo."

"Wow, easy big boy. Percaya sama gue, lebih baik lo bisa beradaptasi. Itu juga demi kelangsungan karir lo yang lagi hype sekarang. Masalah Jennie sama lo, itu nggak akan mempengaruhi profesionalitas gue." Jisso menepuk lengannya satu kali. "Tenang aja, ini ranah pekerjaan. Beruntung lo masuknya ke Hit Ent bukan yang lain."

"Whatsoever." Taehyung meninggalkan gadis itu sebelum dirinya meledak di tempat. Cukup heran atas kelakuan gadis itu yang berbeda 180 derajat. Memang dia siapa sampai Taehyung harus belajar banyak padanya?

Lelaki itu sempat lupa, jam terbang Jisoo jauh lebih tinggi ketimbang dirinya. Hati kecilnya pun mengakui jika selama sesi pembuatan iklan tadi, Jisoo lumayan banyak membantunya saat harus memahami instruksi Darwis. Setelah iklan ponsel kelas atas itu nanti beredar, bisa dipastikan nama Taehyung lebih meroket dari sebelumnya.

***

"Proficiat, Kak. Jangan lupa bawa Rojo Lele siapa tau di U.K. Lo susah cari nasi." Naya menjabat tangan pria yang terakhir kali sempat mengampu mata kuliah di semester sebelumnya sebagai asisten dosen.

🌸 Just Don't Go (✔)Where stories live. Discover now