Part 30

1.9K 286 204
                                    

Jgn lupa vomment yes...
Lumayan byk, semoga tidak bosan.
Seperti biasa, typo kasih tau ya. Ga sempet edit lg.

***

"Aaakkh... Sakit...." erang Naya yang refleks memalingkan wajah pada sebuah lengan keras milik lelaki di sampingnya.

Lelaki itu ikut meringis saat mendengar rintihan penuh kesakitan Naya. Hanya bisa berusaha meredakan nyeri di kaki yang sedang diterapi itu dengan mengelus-elus kepala gadisnya. "Semangat, Ay. Kamu pasti bisa," bisiknya. Sederhana tapi Naya jelas sangat butuh itu.

Terapis Rumah Sakit Sadikin pun meminta Naya kembali duduk di kursi, lalu ia meraih tumit kaki pasiennya. Sementara itu, lelaki yang sejak tadi menemani Naya terlihat sibuk berulang kali melihat ponselnya. Taehyung terpaksa menolak satu panggilan lalu memasukkan ponsel ke dalam saku celana kargonya. Namun dering panggilan itu terdengar kembali.

"Ck... Teleponnya angkat aja kenapa sih?" omel Naya setengah berbisik yang ditanggapi gelengan kepala. "Dari siapa, Tae?"

Lelaki itu mengusap belakang lehernya sekilas ada raut tertekan pada wajah tampannya. "Nggak penting, Ay."

"Itu bolak-balik telpon kamu dari tadi lho, serius nggak penting? Gih, angkat di luar aja," bujuk Naya yang memang terganggu di tengah sesi fisioterapi.

Akhirnya lelaki itu menurut saja. Padahal ia sudah berniat mematikan ponsel, tapi Naya telanjur mengusirnya.

"Ya, Kak?"

Seseorang di ujung sana berucap lega, "Thank God akhirnya lo angkat juga. Gue butuh keputusan lo segera buat isi e-sign document, Taehyung. Lo jadi ikut project ini kan?"

"Boleh besok aja nggak, Kak?"

"Sebenernya ada masalah apa lagi, Tae? Mungkin gue bisa bantu?"

Taehyung mengeraskan rahangnya, berusaha menjaga sopan santun pada orang yang berusia lebih tua. "Lo tau gue sama Naya pacaran, terus gue tetep harus penuhin syarat konyol itu? Please lah serius Kak, gue nggak mungkin putus sama Naya gitu aja."

"Astaga masih itu, Kim Taehyung?! Sebenernya simpel aja kalo lo bisa kooperatif."

"Gue butuh waktu untuk ngomong sama Naya," tuntutnya.

"Lo udah gue kasih 2 bulan lebih, setelah gue reject the bigger project ya. Gini deh, gue kasih waktu sampai jam 12 malam. Kalau gue belum dapet notifikasi, berarti tawaran gue expired. Deal it or not, gue tau lo udah dewasa, Tae."

Lelaki itu mengembus napas berat saat panggilan diputus sepihak. Kesabaran orang ada batasnya, ia pun paham. Begitu menoleh ke arah pintu, jantungnya serasa anjlok dari ketinggian 40 ribu kaki. Naya sudah keluar dari ruangan khusus fisioterapi.

"Pu-pulang?"

"Nggak jadi ke One Eighty? Kita udah janjian sama Jungkook kan?"

Tanpa berkata-kata, lelaki itu mengambil tangan Naya dan menaruh jemari itu di lengannya supaya Naya lebih mudah bergerak. Gadis itu terlihat menekuk wajahnya selama di mobil. Anehnya lagi, ia bahkan menaikkan volume suara pemutar musik hingga Taehyung terpaksa mematikannya.

"Kamu denger aku telpon barusan?"

"Maksud kamu, aku nguping gitu?"

Satu bulan lamanya ia memendam perkara. Sore hari itu juga Naya menemukan alasan lain yang sukses memantik emosinya. Sempat awalnya mengira Taehyung akan terbuka tentang apa yang disembunyikan lelaki itu. Tapi kenyataan hanyalah berbuah pahit. Lagi-lagi Naya malah mendapati sebuah fakta baru.

🌸 Just Don't Go (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang