Bab 16. Kelopak Bunga Mawar Basah [SPECIAL BAB]

17.9K 1.5K 259
                                    

Didedikasikan untuk UmmuAlfarizky

Didedikasikan untuk UmmuAlfarizky

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Btw ... Readers 'Permaisuriku~', Imajinasi nya sudah berkelana sampai mana yaa😅 (kepo mode onwkwkw)

•••

Ganggu bentar,

Alhamdulillah, congratulations for 1k komentar:D

Setelah sekian lama, gak nyangka😊

Semua ini karena Allah dan partisipasi kalian pada cerita 'Permaisuriku~'. Makasih banyakkkkkkk:v (Terharu aku tuh:D)

Ps: 3k lebih. Mantul gak tuh? Hihihi

Kalian senang?
Semoga senang dan semakin senang:D

Peluk onlen buat readers tercinta ^^

***

"Jika merasa bahagia karena nikmat dari Tuhan, ucapkanlah syukur. Jika orang lain berbuat baik padamu, ucapkanlah terimakasih. Dan ... Jika kau berbuat salah, ucapkanlah maaf. Sesederhana itu, tetapi ... Banyak orang yang melupakan nya~"

- BeautifulSea25



Paviliun Melati, Anye's Bedroom, Pangeran Leonard's Hareem---Alaska's Kingdom, Alaska

Nafas nya tersenggal tak beraturan. Sekujur tubuh nya kecuali wajah nya tampak membiru. Aliran darah berwarna ungu kehitaman tampak pekat terlihat. Tubuh nya panas luar biasa---seperti terbakar. Kulit tubuh nya tampak terkelupas dan melepuh. Bahkan aroma tak sedap begitu menyengat memenuhi ruang kamar tersebut.

Selir Anye kejang-kejang dengan keadaan nya yang tampak sangat mengenaskan. Entah sudah berapa banyak ia menangis dalam diam. Ini benar-benar menyakitkan, pikir Selir Anye dengan raut wajah penuh kesakitan.

Ia sangat menyesal...

Jika ia tahu, ini yang akan ia dapatkan---ia tak, 'kan pernah berani memprovokasi Pangeran Leonard...

Kenyataan nya ... Penyesalan selalu berada di akhir.

Beberapa pelayan bahkan bergidik jijik melihat nya namun pura-pura menjadi pelayan yang baik. Mereka berdiri cukup jauh kecuali Tabib Luhan---seolah siap melakukan apa yang di titahkan.

Pria tua itu tampak sabar mengobati Sang Selir. Ia meletakan kain yang telah di rendam dengan air dingin dengan harapan, panas di tubuh Selir Anye dapat sedikit berkurang. Manik nya menoleh pada jendela kamar yang sengaja di biarkan terbuka---agar bau busuk di ruangan tersebut tak terlalu menyengat---matahari akan segera terbenam sebentar lagi. Tabib Luhan tampak cemas. Sangat cemas.

Permaisuriku~Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu