Bab 5. Sebuah Keputusan

23K 2.3K 62
                                    

"Kau cantik---aura kecantikanmu menguar menciptakan keindahan saat ku pandang. Aku merasakan kenyamanan, tetapi---apakah kecantikanmu ini nyata atau ... Hanya ilusi semata?"

- Laksya Fioze



Flowers Garden, Kasturi Village---Borealis's Castle

Suara hentakan kuda terdengar jelas membuatnya menjadi pusat perhatian rakyat setiap kali mereka melalui jalan. Di atas tubuh Kuda jantan berwarna hitam mengkilap itu Pangeran Laksya menarik tali Kuda---memegang kendali atas Kuda tersebut dengan Putri Ambar yang duduk tenang di depan---membelakangi Pangeran Laksya.

Tanpa sepengetahuan Pangeran Laksya---Putri Ambar mengusung senyum bahagia. Ia melirik ke bawah---di mana tangan kiri pria itu memeluk perutnya yang tak tertutupi pakaian dengan erat.

Oh Dewa...

Sepertinya ... Aku benar-benar menyukai Pangeran Lahore...

Ia tak menyadari, jika seluruh mata memperhatikannya kecantikannya dengan takjub.

Kuda yang mereka tunggangi berhenti di sebuah kebun bunga yang sangat luas dan indah. Pangeran Laksya turun lebih dulu lalu membantu Putri Ambar untuk turun dari Kuda.

"Kebun bunga ini sangat indah," puji Pangeran Laksya takjub.

Mereka berjalan bersama sembari menatap hamparan berbagai jenis bunga di sekeliling mereka.

Putri Ambar tersenyum simpul. "Kebun bunga milik Kerajaan kami tak seindah kebun bunga milik Kerajaan Alaska, Pangeran,"

"Jika tak seindah itu---kebun bunga Kerajaan Borealis tak, 'kan pernah menjadi kebun bunga terindah kedua di tanah tersohor ini, Putri,"

Putri Ambar tersenyum simpul. "Ya, kau benar, Pangeran."

Pangeran Laksya berhenti. Ia menoleh---menatap Putri Ambar yang berdiri di samping kirinya dengan lekat. Merasa di perhatikan, Putri Ambar menoleh---menatap Pangeran Laksya bingung.

"Ada apa, Pangeran? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Putri Ambar bercanda.

Pangeran Laksya bergeming. Ia berjalan---mendekati Putri Ambar dan mengulurkan punggung tangannya---mengusap lembut pipi Putri Ambar.

Putri Ambar tersentak kaget---degup jantungnya menggila. Ia menatap Pangeran Laksya panik. "Apa ada sesuatu di wajahku?! Apa wajahku---"

"Kau cantik,"

Manik coklat Putri Ambar membola. Ia merasa pipinya memanas. Ia menunduk malu---menyembunyikan rona dan senyum bahagia di wajah cantiknya.

"Kau sangat cantik, Putri," puji Pangeran Laksya terpesona. Ia bicara seperti orang yang terhipnotis. "Kecantikanmu membuatku nyaman. Kau sangat indah di pandang," tambahnya mengangkat dagu Putri Ambar dengan telunjuknya.

Ia menatap wajah cantik di hadapannya dengan tatapan memuja dan menelanjangi. Sedangkan Putri Ambar hanya tersenyum tipis tanpa menatapnya.

"Dari mana kecantikanmu berasal, Putri?"

Putri Ambar tersenyum malu.

"Apakah kecantikanmu ini nyata atau ... Hanya ilusi semata?"

Sontak, Putri Ambar menatap pria itu kesal. Ia menepis tangan Pangeran Laksya dari wajahnya. "Apa maksudmu, Pangeran?! Apa kau pikir aku meminta kaum Penyihir untuk merubahku menjadi cantik?! Begitu?!"

Permaisuriku~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang