16. Seungwoo X Seungyoun (Special bxb)

440 13 5
                                    

Title : Waktu yang Salah
-----------
3rd Person POV

Sepasang Wiper mobil bergerak naik turun seirama menyapu air hujan yang mengguyur kaca depan sebuah mobil, atau bahkan seluruh body mobil tersebut sudah basah oleh tangisan sang angkasa.

Di dalam mobil itu dua anak adam tengah berdiam diri dengan raut wajah yang saling bertolak belakang. Seungyoun yang tengah menatap kosong ke arah rintik hujan di kaca jendela sedangkan Seungwoo, air muka lelaki itu memancarkan kekecewaan.

Dan sepertinya dua orang itu tidak sedang dalam keadaan baik - baik saja, terlihat dari tangan Seungwoo yang tengah menggenggam stir mobil dengan erat. Bahkan sampai buku - buku jarinya memutih.

"Kau serius?" Lelaki yang berada di posisi kemudi berucap dengan suara tertahan, bahkan suaranya terdenger seperti cicitan bagi siapapun yang mendengarnya.

Seungyoun mengangguk lemah masih dengan pandangannya yang kosong.

Helaan nafas kasar berhasil lolos dari bibir Seungwoo, "apakah mengakhiri lebih mudah dari pada memperjuangkan?"

Hening sesaat, Seungyoun masih membisu namun tatapan matanya begitu tajam terarah pada lawan bicaranya itu. "Jika diberi pilihan aku akan lebih memilih untuk memperjuangkan dari pada mengakhiri apa yang sudah kumiliki."

Seungwoo tersenyum sinis setelah mendengarkan jawaban Seungyoun, "Begitukah?"

Seungyoun menganggukan kepalanya kaku, kemudian membuang pandangnya ke arah air hujan yang masih betah menetes dari langit. Menemani dua insan yang tengah berada dalam kebimbangan hubungan, antara melepaskan atau mempertahankan.

"Lalu mengapa kau memilih mengakhirinya? Atau karena itu aku?"

Lagi - lagi Seungyoun menggeleng, menolak pertanyaan berbau pernyataan dari lelaki yang masih memiliki status sebagi tunanganya itu.

"Bukan karena kau, ini semua karena waktu. Waktu yang kurang tepat mempertemukan kita, waktu yang salah telah menjatuhkan hati kita antara satu dengan yang lain. Dan waktu pula yang tak merestui kebersamaan kita, Seungwoo. Mengertilah." Jelas Seungyoun sarat akan emosi pada suaranya.

Sedangkan Seungwoo hanya mampu diam mematung, tak tahu lagi harus menyangkal bagaimana karena ia tahu semua yang diucapkan kekasih hatinya itu memang benar. Ia sendiri saja yang terlalu egois tak mau menerima semua kenyataan yang ada. Dan ya, lelaki tampan itu terlalu memaksakan keinginanya untuk mempertahankan hubungan.

"Mengertilah Seungwoo, bukan aku tak ingin bersamamu lagi. Tetapi aku harus mempertimbangkan berbagai hal, utamanya tentang masa depan kita. Juga orang tuaku."

Seungwoo memutar tubuhnya menghadap pada Seungyoun, "hei, apakah kau tidak yakin kepadaku? Masa depan kita akan baik - baik saja, percayalah padaku. Dan orang tuamu, kita pasti akan meluluhkan hati mereka seiring dengan waktu."

"Tidak sesederhana itu Seungwoo, aku sudah dijodohkan dengan seorang gadis oleh orang tuaku. Dan aku tidak bisa menolaknya karena aku tidak mau mereka kecewa."

Seungwoo membuka mulutnya lalu menutupnya kembali, kemudian membukanya lagi sekedar untuk mengeluarkan desahan kekecewaan.

"Jika saja kau bertemu denganku lebih cepat dari pada orang tuaku bertemu dengan gadis itu Seungwoo."

Seketika Seungwoo mengangkat kepalanya yang tadi ia tundukan dalam - dalam, "jadi aku terlambat ya?"

Seungyoun hanya diam saja lagi - lagi tak merespon, karena baginya tidak pernah ada kata terlambat untuk apapun itu.

"Baiklah aku mengerti Seungyoun, aku tak bisa memaksamu untuk tetap bersamaku. Aku juga mengerti bahwasanya kau ingin membahagiakan orang tuamu, terlebih mereka hanya memilikimu. Jadi," Seungwoo menggantungkan kalimatnya, tenggorokanya terasa tercekat, tak dapat melanjutkan kata - kata yang sudah terangkai dengan rapih di kepalanya.

Seungyoun pun hanya diam saja, seakan menungu kelanjutan kalimat dari lawan bicaranya itu.

"Jadi mari kuantakan kau pulang dan setelah itu semoga kau bahagia dengan pilihan orang tuamu." Akhirnya setelah cukup lama hening, Seungwoo dapat menyelesaikan kalimatnya. Ya walau dia sendiri merasa seperti dicabik saat mengucapkanya.

Seungyoun menahan lengan Seungwoo yang sudah bersiap untuk memindahkan gigi mobil. "Tidak, cukup turunkan saja aku di sini. Aku akan pulang sendiri."

Seungwoo tampak mengernyitkan keningnya bingung, kemudian lelaki dengan senyum manis itu tampak melongokan kepalanya untuk menatap pada langit yang masi setia menurunkan hujanya.

"Aku tak bisa membiarkanmu kehujanan Seungyoun, setidaknya jika aku tak bisa mengantarkanmu pulang sebagai kekasih. Biarkan aku mengantarmu sebagai teman, keberatan?"

Seungyoun menggelengkan kepalanya sembari tersenyum, hari ini lelaki ceria itu terlihat sedikit bicara. Mungkin karena suasana hatinya yang sedang muram. "Aku tidak keberatan, namun tidak perlu. Karena aku ingin semuanya berakhir di sini Seungwoo."

Seungyoun kembali melemparkan senyumnya kepada Seungwoo sebelum keluar dari dalam mobil, "terima kasih untuk sedikit kenanganya selama kita bersama Seungwoo, aku masih tetap menyayangimu sebagai teman."

Sedangkan Seungwoo masih diam mematung dalam posisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Dan saat sudah tersadar ia sudah tak mendapati Seungyoun di dalam mobilnya, bahkan dari pandanganya. Leaki itu menghela nafas lelah kemudian melajukan mobilnya secara perlahan, "selamat tinggal Seungyoun."

Lain halnya dengan Seungyoun yang masih berdiri mematung tidak jauh dari posisi mobil Seungwoo tadi terparkir. Ditelan oleh guruyan hujan yang semakin deras, lelaki itu memperhatikan mobil yang sedari tadi menaunginya pergi menjauh, membawa serta pemilik hatinya.

Seungyoun melambaikan tanganya memberi salam perpisahan begitu mobil yang dikendarai Seungwoo berbelok kemudian hilang dari netranya.

Dirasa cukup dan memang karena tubuhnya sudah mulai mati rasa, Seungyoun segera melangkahkan kakinya untuk pulang.

Di bawah guyuran air hujan itu, sang anak adam telah mengambil keputusan besar untuk kelangsungan hidup mereka.

Tak ada yang perlu disalahkan atau dipersalahkan dalam hal ini, pun dengan waktu. Ia tak salah telah mempertemukan Seungyoun dan Seungwoo hingga membuat mereka saling memiliki rasa. Hanya saja hati mereka belum tepat untuk dijatuhkan antara satu dengan yang lain. Semua itu merupakan takdir yan telah dituliskan Tuhan dan mereka berdua hanya dapat menerimanya.

Perpisahan bukan akhir dari semuanyakan? Hidup akan terus berjalan dan waktu akan selalu berputar. Perpisahan harusnya menguatkan bukan malah sebaliknya.

"Aku bersyukur pernah mengenalmu Seungwoo, dan aku juga bersyukur karena kita berpisah. Karena dengan begitu aku dapat memantapkan diriku bahwa hanya kaulah satu - satunya pemilik hatiku. Bukankan kau akan merasa sesuatu sangat berhaga jika sudah kehilanganya? Ya dan aku merasakanya, kau sangat berharga untuku." - Suara dari dalam hati Seungyoun.

"Mencintai tidak pernah salah, dan jika mencintaimu adalah suatu kesalahan maka aku tak ingin menjadi benar Seungyoun. Terima kasih sudah mencuri hatiku lalu membawanya pergi, aku tak akan pernah marah karena kau yang melakukanya. " - Seungwoo dalam keheningan malam.

 " - Seungwoo dalam keheningan malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Only One ShotWhere stories live. Discover now