3. Wendy X Irene

1.6K 85 1
                                    

Title : Hujan malam itu
-----------

Irene POV

Hujan, entahlah aku sangat benci hujan saat sebagian orang sangat menyukai hadirnya. Katanya hujan membuat kenangan indah kembali bangkit, tapi tidak denganku. Hujan bagiku hanyalah membangkitkan kesakitan, duka yang sudah aku kubur dalam - dalam akan muncul ke permukaan saat hujan turun.

Bicara soal pesakitan, entah mengapa setiap hujan turun saat itu juga rasa sakit akan aku rasakan. Maka dari itu aku sangat membenci hujan, juga takut padanya. Takut saat rintiknya turun maka sesuatu yang buruk akan menimpa diriku.

Seperti saat ini, aku sangat gelisah karena di luar sana sedang turun hujan yang sangat deras. Kuhela nafasku pelan, memperhatikan rintik - rintik hujan yang membasahi kaca di hadapanku lalu menetes turun.

"Apa lagi yang akan terjadi?" Aku bergumam lalu mengalihkan pandanganku pada secangkir kopi yang mulai dingin di hadapanku.

Saat ini aku tengah berada di salah satu cafe di dekat kampus. Duduk termenung seorang diri menanti hujan yang tak kunjung reda. Lama bergulat dengan pikiranku sendiri akhirnya perhatianku teralihkan pada pintu masuk yang mengeluarkan suara dentingan, pertanda bahwa seseorang baru saja membuka pintu tersebut. Di sana berdiri seorang gadis dengan pakaian basah kuyup tetapi senyum tak pernah hilang dari wajahnya. Aku hanya menatap acuh padanya lalu kembali menyelam dalam pikiranku. Namun sayup - sayup kudengar obrolan dari arah pintu tadi.

"Jadi kau habis tercebur di mana sampai pakaianmu basah kuyup seperti itu?"

Gelak tawa terdengar menyusul pertanyaan itu. "Aku tidak habis tercebur di selokan atau apapun itu. Aku hanya menikmati hujan, kau tahu mandi hujan itu sangat menyenangkan."

Aku mendesis pelan mendengarkan percakapan singkat mereka. "Dasar gadis bodoh, apanya yang menyenangkan dari berdiri di tengah - tengah guyuran hujan itu."

"Kebebasan." Sahut seseorang yang ternyata adalah gadis yang bajunya basah kuyup tadi.

Aku hanya mengerutkan keningku saat gadis itu berlalu dari hadapanku masih dengan tersenyum. Memangnya dia tadi mendengar kata - kataku ya?

Tak mau memikirkan kata - kata gadis aneh itu lebih jauh, aku segera beranjak menuju kasir karena hujan sudah mulai reda.

"Maafkan Wendy tadi ya." Ujar petugas kasir kepadaku.

Kukerutkan keningku bingung, "Wendy siapa?"

Petugas kasir di hadapanku tersenyum ramah, "gadis tadi, yang tiba - tiba menyahuti ucapanmu. Dia terlalu tergila - gila pada hujan."

Kuanggukan kepalaku mengerti, "tak masalah."

Setelah membayar secangkir kopi yang tadi sempat kunikmati, kini aku segera melangkah menuju halte bus karena tujuanku selanjutnya adalah perpustakaan. Namu karena di luar ternyata masih gerimis maka aku menutupi kepalaku dengan tas karena aku tidak membawa payung.

Wendy POV

Aku menyukai hujan, lebih dari menyukai apapun. Menurutku hujan membawa sensasi tersendiri. Apalagi bau air hujan saat bertemu dengan tanah, itu dapat memberi ketenangan bagiku. Seperti saat ini, aku berdiri di bawah guyuran air hujan sambil merentangkan kedua tanganku. Aku merasa bebas saat berdiri di bawah guyurannya.

Setelah cukup aku segera berlari menuju café di depanku, kebetulan café itu milikku. Walaupun aku menyukai hujan aku tak mau berlama - lama bermain dengannya. Bagaimanapun juga aku masih cukup sadar dengan tidak mau jatuh sakit hanya karena bermain hujan.

Seperti biasa, saat aku datang maka akan ada beberapa pekerja di cafè ku yang akan menyambut. Menanyaiku tentang aku yang basah kuyup pastinya.

Setelah sedikit berbincang dengan salah satu dari mereka, aku segera beranjak menuju ruanganku untuk mandi. Tapi saat aku melewati sebuah meja aku mendengar seorang gadis berucap bahwa aku bodoh karena sudah bermain dengan air hujan.

Only One ShotWhere stories live. Discover now