35. Mina X Nayeon

203 15 0
                                    

Title: Cintaku tak harus
-----------

Dengan tatapan kagum, Nayeon hanya fokus memandangi Mina yang kini tengah memutar - mutar tubuhnya dengan apik di tengah gedung olahraga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan tatapan kagum, Nayeon hanya fokus memandangi Mina yang kini tengah memutar - mutar tubuhnya dengan apik di tengah gedung olahraga. Faktanya memang gadis Jepang itu sangat berbakat prihal menari -utamanya balet-.

Ini bukan kali pertama Nayeon menemani Mina melakukan hobbynya itu. Bahkan Nayeon hampir selalu membuntuti Mina saat gadis itu akan latihan. Menemaninya sampai selesai berlatih balet.

Saat musik berhenti, saat itu juga Mina menghentikan gerakannya. Membuat Nayeon dengan sigap berdiri, kemudian melangkah ke arah Mina dengan kedua tangan memegang handuk dan sebotol minuman.

"Kau menakjubkan, seperti biasanya." Celetuk gadis dengan gigi kelinci itu.

Sebagai respon, Mina hanya tersenyum kemudian meneguk minuman yang tadi sempat dibawakan oleh Nayeon. Setelahnya menyeka keringat yang mengucur di sekitar lehernya.

Bagi sebagian orang mungkin itu kegiatan yang biasa saja, tetapi tidak untuk Nayeon. Gerakan sederhana dari Mina barusan justru membuat jantungnya berdegub tidak teratur. Hampir semua orang tahu bahwa Nayeon memiliki rasa yang lebih dari seorang teman pada Mina. Tetapi sepertinya Mina adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak menyadarinya. Salahkan Nayeon sendiri kenapa tidak dengan lantang mengungkapkan isi hatinya itu. Toh kan Mina bukan pembaca pikiran atau tahu isi hati, jadi wajar saja dia tidak tahu soal perasaan Nayeon. Atau lebih tepatnya sih dia tidak peka.

"Setelah ini kau mau ke mana?" Kali ini Mina yang membuka suaranya, mendongak. Menatap Nayeon karena memang posisinya sekarang ia tengah duduk untuk mengganti sepatu baletnya dengan sneakers.

Nayeon menggeleng, meluruskan rok yang tengah ia kenakan walau sejujurnya tidak kusut sedikitpun. Dia hanya sedikit salah tingkah ditatap oleh orang yang disukainya. "Tidak ada, memang kenapa?"

Hening sejenak, karena Mina tengah memasukkan barang barangnya ke dalam tas. Dan Nayeon dengan setia masih memandangi setiap gerak - gerik Mina.

"Temani aku ke air mancur mau?"

Sebenarnya tanpa bertanya pun Mina tahu jawabannya, karena Nayeon akan selalu berkata iya pada setiap permintaannya.

"Boleh juga, kita langsung saja?"

Anggukan Mina berikan sebagai jawaban, kemudian dua sejoli itu berjalan beriringan dari gedung olahraga menuju taman air mancur yang memang letaknya tidak begitu jauh. Mungkin hanya sekitar 5 menit dengan berjalan kaki.

"Memang ada perlu apa kau mau ke air mancur?" Nayeon membuka obrolan di antara mereka saat dalam perjalanan.

Mina terkekeh kecil, entah apanya yang lucu. Kemudian gadis itu mengalihkan tatapannya pada langit jingga di sisi kirinya. "Aku ada janji dengan Chaeyoung."

Nayeon hanya membulatkan mulutnya mengerti, sembari memasukan kedua tangannya ke saku jaket denim yang tengah ia kenalan. Gadis berkebangsaan Korea itu tahu betul bahwa nama yang baru saja disebut oleh Mina itu merupakan kekasihnya. Dan hal tersebut berhasil membuat mood Nayeon sedikit buruk karena suasana hati yang tiba tiba seperti diterjang angin topan. Hancur, berantakan, porak poranda.

"Mina." Tak berapa lama dari itu, Nayeon bersuara lagi. Namun kini suaranya sedikit rendah, membuat Mina langsung menolehkan kepala pada Nayeon. Merasa ada yang tidak beres dengan temannya itu.

"Kau sakit?" Bagaimanapun juga Mina tetap khawatir dengan perubahan mood Nayeon yang tiba - tiba itu. Ia kira gadis bergigi kelinci itu sedang tidak enak badan.

Namun nyatanya tidak, dibuktikan dengan gelengan yang Nayeon berikan. Ingin rasanya ia berteriak "hatiku yang sakit bodoh."

Pun begitu Nayeon masih cukup waras, tidak mau kehilangan Mina sebagai teman. Maka dari itu ia tak mengatakannya. Justru kalimat kebohongan lain yang meluncur dari bibir manis gadis itu. "Chaeyoung datang jam berapa?"

"Harusnya tidak lama lagi." Sahut Mina sembari memeriksa arlojinya setelah sebelumnya dua gadis itu mendudukkan diri di hadapan taman air mancur yang menjadi tujuan mereka juga tempat Mina dan kekasihnya membuat janji.

Setelahnya tidak ada lagi obrolan di antara dua gadis itu. Mina yang fokusnya tengah tertuju pada air mancur yang lampu - lampu di sekitarnya mulai menyala. Dan Nayeon yang sangat fokus memandangi wajah samping Mina, seperti tiada hari esok untuk menatapnya lagi.

Sampai tidak lama dari itu, keheningan mereka dipecah orang suara seorang gadis yang berdiri tepat di hadapan Mina.

"Hai." Ucap Chaeyoung sembari melempar senyum ke arah Mina, dan saat melihat Nayeon gadis mingil itu juga sedikit mengangguk seperti memberi salam.

"Hai, kita langsung saja ya?" Ujar Mina sembari menegakkan tubuhnya, berdiri bersebelahan dengan Chaeyoung, kemudian menatap Nayeon yang sedari tadi masih memperhatikan setiap jengkal wajah Mina.

"Kau mau ikut kami?"

Konyol memang pertanyaan Mina itu, sudah pasti Nayeon akan menolaknya mentah - mentah. "Tidak, aku langsung pulang saja."

Mina mengangguk mengerti mendengar jawaban temannya itu, sedangkan Chaeyoung kini melempar senyum tulus pada Nayeon sebari menautkan jemarinya pada Mina. "Terima kasih sudah menjaga Mina, kami duluan ya."

Tak sanggup menyahuti, Nayeon hanya melempar senyum pada Chaeyoung. Sembari memperhatikan sepasang kekasih yang tampak bahagia itu menjauh dari pandangannya.

"Yah memang benar mencintai tak harus memiliki, tapi manusiawi bukan aku sakit hati saat melihatmu dimiliki orang lain?" Monolog Nayeon sembari mendongakkan kepalanya, menjaga agar air matanya tidak jatuh -lagi-.

"Jika begitu bukankan memang seharusnya mencintai harus memiliki? Demi menjaga hati agar tidak tersakiti." Lanjut gadis itu, kemudian terkekeh geli dengan pemikirannya sendiri.

Namun tetap saja, di ujung hari ini atau di ujung ujung hari berikutnya Nayeon tidak akan pernah bisa memiliki Mina. Karena Mina sudah memberikan sepenuh hatinya pada orang lain. Dan Nayeon, biarlah gadis itu menikmati perihnya rasa sakit hati karena cinta yang ia miliki tidaklah bertuan.

Only One ShotWhere stories live. Discover now