03.malu-maluin

153K 22.2K 3.3K
                                    

Bagi Mozza hari pertama dia sekolah tidak ada yang menarik. hanya ada masalah sepele, mungkin dia akan berbohong sedikit kepada ibunya.

Mozza juga sama sekali tidak memiliki teman, dan dia juga belum paham dengan lingkungan sekolah. Huh, sungguh membosankan kalau begini masa sekolahnya tanpa teman.

Ia yang ingin sekali melihat luasnya sekolah diurungkannya karna tidak tau menahu tentang seluk beluk sekolah ini. dan dia juga tidak kekantin, alhasil selama pelajaran dia menahan lapar hingga pulang sekolah.

Dan disini lah ia menunggu angkot sambil berdiri didekat halte, melihat kiri dan kanan tetapi tidak ada satupun angkot yang bakal mengantarnya sampai ketempat tujuan.

Mozza menghela nafasnya dan terpaksa berjalan kaki kerumah, kakinya menuju gang disamping sekolah SMA Medani, dia berjalan sambil bernyanyi melihat sekitar gang kecil tersebut yang tampak sepi.

Ia mendengar suara berisik yang terdapat di gang  sebelah, mengintip sedikit agar dia tau apa yang terjadi disana, matanya melotot sekujur tubuhnya lemas menyaksikan pemandangan didepan matanya.

Mozza ingin berlari tetapi tasnya tersangkut di ranting pohon membuatnya panik.
"Astaga!" paniknya ketika melihat cowok-cowok yang sedang mempersiapkan diri untuk tawuran.

"Aduh, gimana nih!" Mozza menarik tasnya dan sudah mulai ingin menangis, ketika sekumpulan anak sekolah lain melihatnya.

"Astaga, kenapa harus nyangkut sih!!!" kesalnya dan berkali-kali berusaha menarik tasnya.

Srakkk

Mozza sedikit oleng ketika kapak yang dipegang cowok didepannya, mengenai ranting pohon membuat tasnya terlepas.
Mozza mengambil ancang-ancang untuk berlari, tetapi sebuah ancaman membuat ia mengurungkan niatnya.

"Jangan kabur atau kapak ini melayang di kepala lo!" ancam cowok memakai bandana tersebut membuat Mozza menundukkan kepalanya.

"Nggak, aku gak kabur kok." ujar Mozza sambil menggelengkan kepalanya.

"Bohong." ujar cowok tersebut dan mengarahkan kapaknya keleher Mozza.

"Eh, enggak aku gak bohong, mungkin perasaan kamu aja kali." ujar Mozza dan pelan-pelan menurunkan tangan cowok tersebut yang memegang kapak kearah lehernya.

"Lo ngapain kesini?" tanya cowok itu masih mengarahkan kapaknya keleher Mozza.

"Lo mata-mata Medani kan!" tuduh cowok itu dan digelengi oleh Mozza.

"Enggak kok, yaudah aku mau pulang, bye," saat Mozza baru melangkahkan kakinya, sebuah kapak melayang dan hampir mengenainya, untung saja dia refleks berjongkok dan kapak itu tertancap dipohon.

"Ibu!" gumam Mozza dan menatap kearah sekumpulan cowok tadi yang masih menatap dirinya.

"Gue belum nyuruh lo pergi, udah gue bilangkan jangan kabur!" seru cowok itu.

"Kesini lo," suruh cowok tersebut membuat Mozza menurutinya.

"Benarkan lo mata-mata Medani?" tanya cowok tersebut.

"Enggak!" jawab Mozza sambil menggelengkan kepalanya.

"Bohong."

"Beneran aku gak bohong."

"Lo cantik tapi sayang lo anak Medani, gue gak suka," bisik cowok itu.

"Aku juga gak suka sama kamu." ujar Mozza membuat cowok didepannya marah.

"Berani lo sama gue, huh!" seru cowok itu dan digelengi oleh Mozza.

"Sebenarnya aku gak takut sama kamu, tapi karna kamu bawa senjata yaudah aku jadi takut sama kamu." ujar Mozza membuat cowok tersebut tersenyum sinis.

"Oh lo gak takut ternyata," cowok tersebut mengepalkan tangannya didepan wajah Mozza.

"Beneran gak takut, oke gue gak main senjata sekarang." cowok itu membunyikan jari jemarinya.

"Eh, aku becanda kok aku takut kok sama kamu, hehe."

"Oh takut, tadi katanya gak takut," tantang cowok itu.

"Eh, gak takut kok." Mozza melipatkan kedua tangannya didepan dada dan kembali menurunkan kedua tangannya ketika tatapan cowok itu seakan membunuhnya.

"Ibu, aku takut." Mozza menundukkan kepalanya, teman-teman cowok tersebut mati-matian untuk tidak tertawa.

"Takutkan lo?" tanya cowok itu.

Mozza menganggukkan kepalanya.

"Jangan beraninya sama cewek dong, malu." Mozza menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat ada Ziedan dan teman-temannya dibelakang.

"Sini lo." ujar cowok berkacamata dan Mozza menuruti perintahnya.

"Lo disini." Mozza ditarik oleh cowok memakai bandana itu.

"Eh, lo siapa?" Ziedan menarik kerah baju cowok itu.

"Lo siapa nya dia!" cowok itu tidak mau kalah dan menarik kerah baju Ziedan.

"Dia murid disekolahan gue dan lo gak ada hak buat ngatur." Ziedan melepaskan tangan cowok itu dari kerah bajunya.

"Lah, lo siapanya dia bukan emak atau bapaknya kan?"

"Lo kok nyolot!"

"Lah lo yang duluan, ngapain lo disini!"

"Terserah gue lah, orang ini jalan umum kenapa lo, hah? Gak senang mending lo mati aja!"

Saat asik dengan perkelahian terjadi, terdengar bunyi suara membuat perkelahian itu terhenti sejenak.

Kruyukkk

Mereka semua menatap kearah asal suara itu berasal, dan menatap satu-satunya cewek yang berada di antara mereka.

"Lanjut aja gak papa, gak usah didengar." Mozza menundukkan kepalanya dalam-dalam, malu akan kejadian barusan. aduh perut kamu malu-maluin aja sih.

• • • • •

See you.

19, Mei 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now