07.patah semangat

123K 17.2K 868
                                    

Semua murid tengah fokus dengan satu objek yang ada didepan, yang tak lain tak bukan adalah guru yang sedang menerangkan pelajaran kepada mereka.

Terlihat dari kedua mata mereka sedang menahan kantuk, dan bosen. Bu Liza sedari tadi yang sibuk menjelaskan materi-materi yang sedang mereka pelajari.

"Sudah paham sampai disini?" tanya Bu Liza pada anak muridnya.

"Sudah Bu!"teriak mereka tidak bersemangat, padahal mereka sama sekali tidak memahami materi yang dijelaskan Bu Liza. Tapi apa mau buat kalau dibilang tidak paham pasti akan dijelaskan lagi soal materi yang tetap tidak akan menempel diotak mereka dan akan membuang waktu membuat mereka semakin enek dengan pelajarannya, alasan mereka untuk tidak mengatakan ' tidak paham' kepada guru mereka.

Berbeda dengan cewek yang sedari tadi mencatat pelajaran yang penting didalam bukunya, Mozza sedari tadi memperhatikan Bu Liza dengan fokus agar dapat memahami materi yang disampaikan oleh gurunya.

Dan berbanding terbalik dengan teman sebangkunya yang sedari tadi mengoceh sambil berpura-pura membaca buku, agar tidak ketahuan sedang mengobrol saat pelajaran.

"Lo paham gak, Za?" tanya Sakya pada Mozza yang sedari tadi sibuk dengan buku tulisnya.

"Paham, kalo kamu?" tanya Mozza balik pada temannya.

"Jangan tanya deh gue enek sama pelajarannya." dengus Sakya.

"Yaudah nanti aku ajarin kamu." ujar Mozza sambil tersenyum.

"Gak perlu mau dijelasin berapa kali juga otak gue gak bakal nempel sama tuh pelajaran."kesal Sakya.

"Mana masih lama lagi pulang." Sakya melihat jam tangannya membuat Mozza menggelengkan kepalanya.

"Makanya kamu jangan benci sama materinya, kalo kamu tanemin didalam otak kamu kalo benci sama materinya maka kamu gak bakal bisa mahami materi itu, kalo kamu suka sama pelajarannya kan enak kamu jadi ketagihan belajar." nasihat Mozza tetap sibuk dengan tulisannya.

"Auh dah yang otaknya encer." sindir Sakya sambil merotasikan matanya.

"Enaknya ada kejadian seru nih supaya pelajarannya cepat usai," ucap Sakya mulai berfikir yang tidak-tidak.

"Kamu gak boleh bilang begitu kalo misalnya beneran ada kejadian yang aneh-aneh gimana." ujar Mozza sambil menyikut lengan Sakya.

"Iya deh." Sakya mulai membenamkan kepalanya dilipatan tangannya bersiap ingin tidur.

Mozza menggelengkan kepala melihat temannya itu, saat ingin menuliskan materi lagi pulpennya tanpa sengaja terjatuh kebelakang.

Mozza berjongkok kebawah kolong meja Ziedan untuk mengambil pulpennya, Untung saja yang punya meja tidak ada orangnya dan dia bisa berjongkok tanpa berdiri. kalau tidak, bisa ditegur gurunya karna berjalan saat pelajaran sedang berlangsung.

Brukkkk

Terdengar suara yang cukup keras dari luar kelas, membuat semua orang yang ada dikelas berjengit kaget akan suara itu.

Sakya yang sudah terlelap dalam mimpinya terbangun akan suara itu, dan celingak-celinguk mencari asal suara dari jendela.

Guru mereka keluar kelas untuk mengetahui suara apa itu, seluruh orang yang ada dikelas pun juga keluar.

Mozza langsung berdiri setelah menggapai pulpennya, tangannya sudah ditarik oleh Sakya agar keluar kelas menyaksikan apa yang terjadi diluar kelas.

"BERANI BANGET LO BANGSATTT!!!!" teriak Zellan sambil menendang perut cowok yang sudah terkapar di tanah.

"PENGECUT LO SEMUA BERANINYA, MAIN KEROYOKAN!!!" cowok itu tidak mau kalah dan berteriak didepan muka Zellan.

"BANGSAT!!!" Zellan mengambil bangku yang tergeletak naas dilantai, dan melemparnya kearah cowok itu.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu langsung berteriak, cowok itu dipastikan sudah pingsan.

Ziedan maju dan mulai memotret wajah cowok itu.

"Pose yang bagus." ujarnya.

"Cuman segitu aja nyali lo, huh!" Azaleel menendang kaki cowok itu yang sudah lemas.

"Woy bangun, tadi lo nantangin." Alhesa menjitak kepala cowok itu.

"Ah, lo pura-pura mati ya njing." Ringga membenturkan kepala cowok itu kelantai.

Sakhi menampar pipi cowok itu.
"Udah K.O dia." ujar Sakhi dan bangkit dari duduknya.

"Apa-apaan kalian ini!" teriak kepala sekolah sambil berlari mendekati mereka.

"Dia bisa mati kalo terus kalian pukulin." ujar kepala sekolah lagi.

"Dia pantas dapet itu." ujar Zellan sambil menendang kaki cowok itu.

"Diam kamu dan kalian panggil orang tua sekarang. Saya tunggu di ruangan saya." ujar bapak itu dan pergi meninggalkan mereka.

Tidak lama datang orang-orang  menggotong badan cowok itu, dan pergi meninggalkan lapangan sekolah.

Ziedan dan teman-temannya pergi dari lapangan sekolah, semua orang yang melihat dari lantai dasar maupun lantai atas mulai berhamburan.

Mozza masih menatap lapangan tersebut dengan tatapan kosong, badannya sudah bergetar dan wajahnya pucat pasi.

Sakya menarik tubuh Mozza agar masuk kekelas.

"Lo liat enggak tadi? Permintaan gue terwujud dong." ujar Sakya dengan sombong.

"Gimana ini?" tanya Mozza pada Sakya.

"Gimana kenapa?" tanya balik Sakya pada Mozza.

"Mereka udah buat keributan." ujar Mozza menatap Sakya dengan khawatir.

"Ya terus?" tanya Sakya lagi.

"Aku bakal jadi jaminan." ujar Mozza membuat Sakya terkejut dan memelototkan matanya.

"Yaampun, kenapa gue lupa." rutuk Sakya.

"Sekarang lo tenang, anggap aja itu cuman omong kosong belaka." ujar Sakya menenangkan Mozza.

"Kalo itu beneran gimana Kya." ujar Mozza.

"Lo akan berada di naungan mereka, semangat ya Mozza." ujar Sakya membuat Mozza down.

Bagaimana dia bisa semangat untuk menjalani hidup,  jika selalu dibayang-bayangi dengan kehidupan yang buruk akan menantinya.

"Yaudah, ini udah mau pulang biar lo gak badmood lagi gimana kalo kita jalan-jalan?" ajak Sakya.

"Kita mau kemana? Aku gak ada uang, Kya." ujar Mozza.

"Yaudah gue bakal traktir lo gimana." tawar Sakya pada Mozza.

"Tapi-."

"Gue gak terima penolakan ya keju Mozzarella." jengkel Sakya.

• • • • •

Jangan lupa tinggalkan jejak anda jika sudah selesai membaca, terima kasih.

13 Agustus 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now