20.lampu merah

98.6K 15.3K 2.1K
                                    

Setelah Mozza membersihkan ruang makan, cewek itu kembali keruang tamu melihat kelima cowok yang sedang berkutat dengan ponsel mereka masing-masing.

"Mozza bakal ngasih materi baru lagi sama kalian tapi dikerjain ya." ujar Mozza dan menatap mereka yang sedang sibuk pada ponselnya.

Mozza merampas ponsel mereka satu-persatu dan mengumpulkannya di meja, 5 cowok itu hanya menghembuskan nafasnya kesal.

"Denger apa kata Mozza tadi?" Mozza menatap mereka.

"Iya denger," sahut mereka serempak dan menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Yaudah ini bukunya nanti di kerjain dan jangan lupa bilangin sama Ziedan dia juga harus ngerjain. Besok Mozza bakal lihat buku kalian masing masing," tegas Mozza memberikan bukunya lagi pada mereka.

"Oh ya besok kalian harus masuk ke kelas gak ada lagi bolos." 5 cowok itu hanya mengangguk pasrah.

"Yaudah Mozza pamit dulu." pamit Mozza pada mereka.

"Mau kemana?" tanya Zellan pada Mozza yang memakai tas ranselnya.

"Pulang," jawab Mozza dan membetulkan tali tasnya.

"Gue anter," sahut Sakhi dan mengambil kunci motornya.

"Eh enggak usah," tolak Mozza.

"Kalian belajar aja." ujar Mozza lagi.

"Yaudah kalo gitu gue pesenin taksi aja mau gak?" tanya Zellan lagi pada Mozza dan diangguki Mozza.

"Ayo gue antar sampai teras," ajak Zellan dan diikuti Mozza.

Taksi akhirnya sudah sampai di tempat basecamp mereka dan Zellan membuka pintu mobil.

"Naik." ujar Zellan dan Mozza langsung naik dan membuka jendela mobil.

Ringga keluar mendekati taksi dan melihat Mozza telah masuk kedalamnya.
"Pak jangan ngebut soalnya nanti kalo nona keju lecet pabrik keju bangkrut. Harus hati-hati dan pelan-pelan pak! bapak bawa pewaris pabrik keju."

Ringga memberi amanah pada pak taksi, Mozza yang mendengarnya langsung mencubit lengan Ringga.

"Apaansih kamu aneh deh." ujar Mozza dan Ringga hanya tertawa.

"Yaudah, pak kita jalan." Mozza memberi perintah pada sopir taksi.

Mobil pun berjalan meninggalkan pekarangan basecamp, Mozza melambaikan tangannya pada 2 cowok itu.

"Dadah... jangan lupa tugasnya dikerjakan!"

"Iya... bawel lo," sahut mereka berdua.

Dan benar saja mobil berjalan begitu sangat pelan seperti yang dikatakan Ringga pada sopir taksi.

Mozza membiarkan kaca mobil terbuka dan membuat angin masuk kedalam mobil membuat rambutnya yang dikuncir dua berantakan.

Mobil berhenti secara tiba-tiba dan Mozza menatap ke depan ternyata sedang lampu merah.

Ia menatap ke sekeliling di sekitar trotoar dan ada sebuah warung yang penuh dengan anak cowok yang sedang berkumpul.

Mozza tidak menghiraukannya dan memilih menatap taman yang penuh dengan anak-anak yang sedang bermain.

Tiba-tiba ada seseorang yang memainkan rambutnya, cewek itu seketika terkejut dan menjauhkan dirinya dari orang tersebut.

"Heh, kamu ngapain disini?" Mozza menatap orang didepannya dengan bingung.

Ternyata cowok itu yang ia jumpai di gang sepi didekat sekolah, cowok yang menggunakan bandana dan membawa kapaknya yang hampir mengenai dirinya.

Mozza kira orang gila mana yang berani menyentuh rambutnya, dan ternyata orang satu ini melebihi orang gila pada umumnya.

"Ketemu lagi kita," gumamnya sambil menatap Mozza dan menopang dagunya di kaca jendela mobil yang terbuka lebar.

"Apaansih, kamu siapa?" Mozza memperbaiki tatanan rambut nya yang disentuh cowok itu.

"Dih, sok gak kenal," sahut cowok itu sambil terkekeh.

"Emang gak kenal," Mozza melipatkan tangannya didada dan memasang wajah songong.

"Gaya lo itu," cowok itu menghusap wajah Mozza dengan kasar membuat cewek itu menjerit.

"Kenalin gue Adhlino Mehran nama lo?" tanya Adhlino sambil memberikan telapak tangannya agar dijabat oleh Mozza.

Tetapi Mozza tidak menghiraukan ucapan cowok itu dan menutup jendela mobil membuat tangan cowok itu terjepit.

"Argh... Aisshhh kasar banget sih jadi cewek!" Adhlino langsung berteriak membuat Mozza spontan langsung membuka kembali jendela yang membatasi mereka tadi.

"Maaf aku gak tau," sahut Mozza dan meraih tangan cowok itu lalu meniupnya.

"Sengaja kan lo jahat banget jadi cewek," dumel Adhlino melihat tangannya yang ditiup Mozza.

"Iiiihhh... gak percaya banget jadi cowok," kesal Mozza dan tetap meniup tangan Adhlino.

"Iya deh gue percaya." ujar Adhlino tersenyum kecil menatap perlakuan Mozza pada tangannya.

"Gimana, masih sakit gak?" tanya Mozza menatap Adhlino dan masih memegang tangan.

"Udah gak sih, kan udah diobatin pakai cinta." Adhlino tersenyum kecil membuat Mozza yang mendengarnya langsung melepaskan tangan Adhlino.

"Udah sana bentar lagi lampu hijau nanti kamu ketabrak,"Mozza mendorong tubuh Adhlino agar menjauh dari taksi yang dinaiki Mozza.

"Cieeee... Ada yang perhatian nih sama bos." ujar satu cowok dan merangkul Adhlino.

"Apaansih, udah sana kalian bentar lagi mau lampu hijau." Mozza mengusir dua cowok yang masih setia berdiri ditempatnya.

"Kenapa kalian masih disini?" tanya Mozza pada mereka.

"Guekan berdiri ditrotoar, taksinya juga disamping trotoar jadi aman," jelas teman Adhlino.

"Eh, udah lampu hijau ayo pak jalan!" seru Mozza dan taksi berjalan meninggalkan dua cowok yang berdiri di tepi trotoar.

"Gimana bos dah tau nama tuh cewek?" tanya temannya tadi.

Adhlino menatap cowok itu dengan geram.
"Gara-gara kedatangan lo gue gak sempat nanya namanya," Adhlino langsung memukul badan anak buahnya dengan brutal.

"Ampun bos... Ampun bos... Tadi gue lihat namanya dari name tagnya." Adhlino langsung menghentikan pukulannya pada anak buahnya.

"Siapa kasih tau gue. " ujar Adhlino memegang kerah baju anak buahnya.

"Namanya Mozzarella, bos." Adhlino langsung tersenyum mendengar ucapan anak buahnya.

"Bagus gak sia-sia gue merekrut lo, sekarang beli apa mau lo di basecamp kita," Adhlino menunjuk basecamp mereka yang penuh dengan anak cowok sedang berkumpul.

"Serius bos." ujar anak buahnya itu dengan wajah berbinar, Adhlino menganggukkan kepalanya.

"Yuhuu... Gue ditraktir bos... Gue ditraktir bos!!!" teriak anak buahnya membuat seisi basecamp gaduh.

"Kita enggak bos?" tanya salah satu anak buahnya.

"Yaudah kalian boleh ambil juga," balasnya membuat seisi basecamp gaduh.

Adhlino menatap anak buahnya tersenyum dan menatap Bu Ayu yang sedang kewalahan melayani anak buahnya.

"Hey, Mozzarella gue pastikan kita bakal bertemu lagi," gumam Adhlino dan pergi menghampiri anak buahnya.

***
****
*****
******

Jangan lupa votementnya yah, Readers tercinta❤️.

•naylechy

Sab, 3 okt 2020.

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now