37.buku

86.7K 13.1K 961
                                    

Mozza berjalan di lorong koridor yang sepi, Ia berjalan menuju perpustakaan menikmati  buku sambil merefresh otaknya dari keenam cowok yang tidak pernah absen dari kata nyebelin.

Tangannya mengetuk pintu perpustakaan dan memutar knop pintu.
"Permisi." sepi, satu kata menggambarkan keadaan perpustakaan hari ini.

"Sepi banget kaya hati tapi didalam sinikan ada teman-temannya. Misalnya pankreas, ginjal, jadi gak sepi deh." gumam Mozza dan menunjuk dadanya sambil melangkahkan kakinya menuju rak buku yang sangat besar.

"Buku apa ya?" tanya Mozza menatap buku satu persatu sambil mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuknya.

"Nah, yang ini." matanya berbinar ketika menemukan buku yang menurutnya pas untuk dibaca.

"Yah, gak sampai." gumamnya kecewa menatap sekeliling perpustakaan berharap ada bangku yang bisa ia pakai untuk mengambil buku.

Matanya berbinar melihat kursi yang ada di dekat jendela, Mozza bergegas menghampiri kursi tersebut.

Saat ingin mengambil kursi, seseorang sudah duduk di kursi tadi sambil membaca buku.

"Kamu ngapain duduk disini, aku tadi mau ngambil kursi ini tau." Mozza menatap cowok itu dengan cemberut.

"Kamu denger gak sih, aku mau minjam kursinya." ujar Mozza lagi sambil menatap cowok ini dengan kesal.

Cowok itu menutup bukunya dengan kasar dan menatap Mozza yang sedang berkacak pinggang.

"Lo ngomong apa?" tanya cowok itu sambil melepaskan earphonenya.

"Sini." Mozza menarik tangan cowok itu menuju rak buku yang tersedia buku yang  ingin ia ambil.

Rasain, biarin saja cowok ini marah. Siapa suruh dia bikin Mozza kesal, Mozza akan memberikan pelajaran pada cowok ini dengan menyuruhnya mengambil buku.

Awalnya dia tidak ingin merepotkan orang hanya karna masalah sepele, tetapi cowok ini bikin dia kesal sudah menduduki kursi yang ingin Mozza ambil.

"Ambilin." Mozza menunjuk kearah buku yang terlalu tinggi untuknya.

"Tangan lo mana?" tanya cowok itu sambil menaikkan satu alisnya.

"Ini." Mozza menaikkan kedua tangannya menunjukkan tangannya dihadapan cowok itu.

"Gunain." sahut cowok itu dan berjalan meninggalkan Mozza.

"Nyebelin." gumam Mozza menatap cowok itu.

Mozza menatap buku yang ingin ia ambil, dan kembali menatap cowok tadi yang sudah membaca bukunya.

Otak gadis itu memiliki ide, Mozza cekikikan membayangkannya dan berjalan menuju cowok itu.

Dengan perlahan Mozza berjalan menuju cowok itu dan merebut buku yang dibacanya, dan berlari menuju keluar perpustakaan sambil tertawa melihat wajah dingin cowok yang melihat dirinya.

Mozza berhenti di lorong yang sepi, ia mengatur deru nafasnya dan menatap kebelakang takut cowok tadi mengejarnya.

"Syukur." ujar Mozza bernafas lega dan berjalan menuju taman belakang.

Mozza membaca judul buku tersebut, ternyata buku mitologi. ia membolak-balik lembar-lembaran buku tersebut penasaran dengan isi buku ini.

"Kayaknya seru nih." gumam Mozza sambil tersenyum senang, ia berjalan menuju bangku kosong taman belakang sekolah.

Ia mulai membaca buku tersebut membuka halaman pertama sampai selanjutnya, saat ia membaca buku tersebut dengan serius sebuah tepukan pada bahunya membuat Mozza dengan terkejut menoleh kearah sang pelaku.

"Kena." ujar orang tersebut menatap Mozza, Mozza mengelus dadanya melihat Sakya yang sedang tertawa melihat wajah terkejut Mozza.

"Lo gue cariin dari tadi." kesal Sakya sambil duduk di sebelah bangku taman yang kosong.

"Sakya bikin kaget aja." Mozza masih merasa  terkejut, ia kira tadi cowok yang ia isengin ternyata Sakya.

"Lagian lo serius amat." ujar Sakya sambil menatap kedepan.

"Lo baca apa sih?" tanya Sakya melirik kearah buku yang ada disebelah Mozza.

"Baca ini." balas Mozza sambil menunjukkan buku tersebut dihadapan Sakya.

"Oh, buku mitologi." sahut Sakya menganggukkan kepalanya.

"Tumben baca itu?" Sakya menatap Mozza yang sedang tertawa kecil.

"Pengen aja." ujar Mozza dan menggoyangkan kedua kakinya, bangku taman sekolah ini cukup tinggi bagi Mozza yang memiliki tubuh yang mungil.

"Huft, ngingatin gue sama 'dia' nih buku." sambung Sakya dan mengembalikan buku tersebut dipangkuan Mozza.

"Emangnya belum ada kemajuan?" tanya Mozza penasaran dan digelengi oleh Sakya.

"Gimana ada kemajuan, gue selalu diusir sama tuh cowok. Nyerah gue." balas Sakya dan memejamkan matanya.

"Kamu jangan nyerah gitu dong." ujar Mozza menyemangati Sakya.

"Udah ah, gue mau ngantin. Lapar." Sakya beranjak dari duduknya dan Mozza juga ikut berdiri dari duduknya.

"Mozza ikut." Mozza sedikit berlari mengejar langkah sakya, mereka berjalan berdampingan di lorong koridor yang sepi.

Tidak ada obrolan yang keluar dari kedua mulut mereka seperti biasa, mereka hanya diam menikmati perjalanan menuju kantin.

Mozza menatap buku yang ia genggam, dan mengingat wajah dingin cowok tadi.
Ia melototkan matanya menyadari cowok tadi adalah cowok yang disukai Sakya, Mozza melihat wajah Sakya yang berjalan disampingnya.

Tidak-tidak dia akan mengembalikan buku ini pada pemiliknya. Tidak mau namanya tercoreng dimata calon pacar temannya, Mozza harus memperbaiki citra namanya.

Ya, itu harus. Tetapi dia tidak tau nama cowok tersebut siapa, ingin menanyakan hal tersebut pada Sakya takut mood cewek itu akan hancur karna hal ini.

Mozza menghela nafasnya, ia akan mengembalikan buku ini pada pemiliknya jika ia melihat cowok itu lagi. Nanti, yah dia akan mengembalikan buku ini nanti. Tidak tau kapan dia akan bertemu cowok itu lagi.

*****

Jangan lupa votementnya yah, jangan pelit-pelit untuk tekan bintang. See you.

'~naylechy.

Min, 24 Jan 2021

Bukan Keju Mozzarella [Revisi]Where stories live. Discover now