Short Version

53.8K 2K 56
                                    

Dia mengangsurkan sebuah kotak terakota padaku. Tertulis jelas rangkaian lima huruf yang tersusun merujuk pada sebuah merk pakaian terkenal yang tersebar diberbagai belahan dunia. Ku buka kotak tersebut, lalu mengeluarkan sebuah mini black dress dengan belahan dada rendah tapi masih dalam batas wajar hingga tidak terlalu mengekspose tubuh bagian atasku. Panjangnya tepat di atas lutut, sangat pas sekali dengan postur tubuhku yang tidak terlalu tinggi.

"Kamu coba aja dulu. Kalau tetep nggak suka bisa pakai yang lain."

"Ini kamu yang milih?"

"Begitulah," sambil mengangkat bahu.

Aku masuk ke dalam kamar mandi, mengganti dress hijau emerald-ku dengan gaun pilihan Banyu. Taste fashionnya boleh juga. Tidak ada alasan untuk tidak menyukai dress sederhana tapi cukup berkelas ini. Memang siapa sih yang meragukan brand sekelas Prada? Setelah berputar beberapa kali untuk memastikan aku nyaman mengenakannya di depan banyak orang, ku langkahkan kaki keluar.

Dia sudah berdiri di sana. Didepan jendela kaca raksasa yang membingkai pemandangan hamparan laut yang hampir berhasil menenggelamkan senja. Ketukan derap langkah membuatnya yang semula berdiri memunggungiku berbalik. Aku berdiri di hadapannya dengan jarak tak terlalu dekat. Dia menatapku lekat, dari atas sampai bawah, atau sebaliknya dan terus berulang sampai dua kali. Apa, aku kelihatan aneh dengan gaun ini?

Banyu mendekat. Matanya menatapku lekat sekali. Tapi satu hal yang aku sadari. Ini, semacam tatapan yang tidak biasa. Tatapan penuh gairah yang menggebu-gebu. Bahkan hanya dengan melihat mata berkabutnya saja gairan seolah sudah tersulut ke segala penjuru arah ruangan ini. Dan aku tahu akan berakhir seperti apa kami. Dadaku berdegup kencang. Getaran-getaran aneh itu menjalar seperti sebuah aliran listrik yang menyengat tubuhku saat dia membenturkan punggungku ke dinding kaca. Dia mengunci dua tanganku pada sisi kanan dan kiri kepala. Dan jemari kami saling bertaut dengat mata yang saling menatap penuh minat.

Dia melumat bibirku rakus. Menyesapnya dengan kuat berkali-kali hingga bunyi kecapan tidak terelakkan. Tanganku meremas kuat jemarinya saat ledakan itu seolah menghancurkan kesadaranku. Aku mabuk dengan setiap sentuhannya. Lidahnya menelusup, mengeksplore apapun yang ada didalam mulutku. Tangannya kini sudah berpindah. Memeluk erat pinggangku, sedang yang satunya lagi merayap dibalik gaun tipis yang ku kenakan. Bulu kudukku meremang saat dia mengelus pelan paha, lalu meremas pantatku saat ciuman kami semakin panas.

Desahan itu terus memenuhi kamar. Bahkan tangannya sudah berani menurunkan resleting hingga yang tersisa hanyalah sepasang pakaian dalam berwarna merah darah. Banyu mengendus leherku, menggigitnya ringan. Aku menjerit kaget saat dia mengangkat tubuhku dalam gendongannya hingga secara refleks membuat kakiku melingkar erat di pinggangnya. Dengan naluri, dia membawaku ke ranjang bahkan dengan ciuman yang tidak kunjung selesai.

Pelan dia membaringkanku, membuka kancing kemejanya dengan tidak sabar saat keberanian dalam diriku terkumpul. Ku buka ikat pinggangnya dengan tangan bergetar. Banyu tertegun, memperhatikanku dengan tatapan yang sungguh sangat sulit diartikan. Apa, aku kelihatan begitu agresif? Nyaliku menciut, ku urungkan niat saat dia diam tidak merespon. Tapi itu hanya sebentar karena pada akhirnya dia kembali membimbing tanganku. Aku tidak tahu ungkapan apa yang sanggup untuk mengibaratkan perasaanku yang sudah campur aduk ini.

Kami saling bergelung satu sama lain tanpa sehelai benangpun.

~~~

Spesial Note : *ketawasetan*

Nunggu full version? Sama dong hihihi...

Unforgettable MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang