BAB 7

65.3K 2.8K 123
                                    

"Atau kamu bisa mempertimbangkan cara lain untuk prosesnya. Dengan inseminasi, misalnya."

Tawaran Banyu seperti seseorang yang tengah meludah di wajahku, menginjak-injak harga diriku tanpa sisa. Bagi wanita normal sepertiku, wajar kalau aku menginginkan kehamilan secara alami. Bukan dengan bantuan medis semacam inseminasi ataupun bayi tabung. Meskipun cara pembuahan inseminasi terjadi di dalam rahim, tetap saja penyemprotan spermanya ke dalam lubang kewanitaanku menggunakan alat yang disebut keteter, bukan dengan proses alami yang melibatkan emosi dan perasaan kami berdua.

Aku lebih menyukai prinsip kepercayaan yang dianut oleh agama katholik, bahwa pernikahan tidak terpisahkan jika sudah ditandai dengan persetubuhan. Walau berbeda dengan keyakinan yang ku anut, setidaknya hubungan sexual yang berkesinambungan diantara seorang pria dan wanita sedikit banyak bisa menumbuhkan suatu perasaan ingin terus memiliki diantara keduanya. Kalau dari awal saja Banyu membangun sekat diantara kami, lalu bagaimana bisa kesempatan dapat terbuka lebar untukku memenangkan hatinya?

"Memangnya nggak ada opsi lain selain inseminasi buatan atau bayi tabung?"

Banyu menampakkan ekspresi terkejut. Dia menatapku lama, seolah sedang menggali sesuatu untuk meyakinkan pendengarannya melalui manik-manik mataku. Apa, ada yang salah dengan ucapanku tanpa aku sadari?

"Dengan kata lain kamu setuju menikah denganku?" Dan ternyata inilah pemicu dari keterkejutannya tersebut, kalimatku yang secara tidak langsung menyetujui tawarannya.

"Tergantung,"

"Maksud kamu?"

"Ya, tergantung lolos apa enggaknya kualifikasi kamu buat jadi suami aku," ku kibaskan rambut ke belakang dengan memasang tampang menantang. Ku lihat urat-urat di wajah Banyu mulai bermunculan, menandakan kepulan asap hitam tak kasat mata yang berasal dari kepalanya mirip seperti cerobong asap di kapel Vatikan sebentar lagi akan keluar. Ucapanku berhasil mempermainkan emosi Banyu, melukai harga dirinya sebagai seorang lelaki. Setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini, jangan mengira hanya dengan menjetikkan jari saja bisa memperoleh apa yang dia inginkan. Aku ingin melihat perjuangan dan seberapa seriusnya Banyu terhadap pernikahan ini meski dengan embel-embel karena tuntutan keadaan.

"Jangan bilang kamu punya syarat khusus yang harus aku penuhi."

"Cepat tanggap juga ternyata otak kamu itu," aku bertepuk tangan, lalu berjalan mendekati Banyu. Harus ku akui, terkadang tinggi badanku menjadi kendala paling menyebalkan ketika harus berinteraksi dengan lawan bicara yang memiliki tinggi di atas rata-rata.

"Apa itu?" Tuntunya tidak sabar. Sisa-sisa emosi masih bisa ku rasakan dari aura wajahnya yang menegang. Itu terlihat jelas dari cara Banyu yang menatapku seperti seekor predator yang tengah memburu mangsanya.

"Aku nggak akan ngasih syarat itu sekaligus, sambil jalan aku akan memikirkannya. Tapi, untuk yang satu ini akan ku jadikan syarat mutlak pertama yang harus kamu penuhi kalau ingin rencana pernikahan kita tetap berlanjut," aku melipat tangan di depan dada, mempertontonkan gaya sok bossy di hadapan Banyu yang kalau diperhatikan dandananya tidak serapi pagi hari saat dia baru memulai aktifitasnya di kantor. Dua lengan bajunya terlipat sebatas siku, dan salah satu ujung kemejanya menjuntai keluar.

"Jangan berbelit-belit, Ris. Bilang saja itu apa!"

"Aku ingin proses kehamilan secara alami. Tidak ada inseminasi, ataupun bayi tabung," tolakku tegas. Dia terhenyak setelah beberapa saat bungkam. Sedangkan aku masih ingin menikmati mata itu, mata yang sudah sangat lama ku rindukan tapi tidak pernah ku jumpai lagi setelah bertahun-tahun. Mata yang terbingkai indah menyerupai bulan purnama di atas langit malam yang menjadi satu-satunya penerang diantara cahaya kecil lainnya di muka bumi. Sungguh! Mata inilah yang menjadi jendela yang mendatangkan angin-angin cinta bertiup secara berlahan menyusup ke dalam relung hatiku sampai aku terjebak dalam pusarannya yang menggulung jiwaku sampai hampir dua dekade. Dahsyat sekali bukan akibat yang harus ku tanggung?

Unforgettable MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang