Pena 40

3.4K 48 1
                                    

SOAL ini aku tahu, tapi yang membunuh kita kan bukan Cu cengcu?" seru loji cepat.
"Inilah yang dinamakan siasat melimpahkan bencana kepada orang lain, mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya secara sempurna, lagi pula dengan cepat kabar berita ini akan tersiar sampai ke puncak Sin li hong di bukit Wu san."
"Padahal Cu cengcu tidak berniat untuk membunuh kita, persoalan ini harus diusahakan agarjangan sampai diketahui Popo, kita harus berusaha sedapat mungkin agar siasat keji mereka ini jangan sampai bisa terlaksana. . ."
Sang Lotoa segera, tertawa getir, katanya: "Sekarang, sekalipun mereka bersedia melepaskan kita, kita pun tak akan sempat untuk mengirim kabar tersebut ke atas pun-cak Sin li-hong, karena nyawa kita berdua sudah tinggal beberapa kentongan lagi"
Cu Siau-hong yang ikut mendengarkan pembicaraan tersebut segera merasa kalau ia tak bisa berpeluk tangan belaka, maka sambil maju dua langkah ke depan selanya:
"Saudara berdua, bilamana kalian percaya dengan aku, tak ada salahnya kalau ki-ta rundingkan bersama persoalan ini".
"Dirundingkan bersama?" tanya sang lotoa.
"Benar, misalnya racun keji yang mengidap dalam tubuh kalian berdua, mungkin kami dapat membantu
kalian untuk memunah-kannya, ,atau bila kalian berdua masih ada persoalan yang tak bisa diselesaikan, kami
pun bersedia untuk membantu kalian untuk menyelssaikannya, cuma dibalik kesemua nya ini masih
ada sebuah syarat yang pa-ling penting ......"
"Syarat apa?"
"Berbicara terus terang saja, hanya sepatah kata bohong saja, kemungkinan besar akan membengkalaikan urusan besar dan mencelakai kalian berdua, meski itupun bakal mempengaruhi kami juag."
Lo toa dari Wu san siang sat itu termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya:
'Aku adalah Sim Ciong, tiga puluh tahun telah ditaklukkan oleh Wu san popo dan ditugaskan menjaga istananya dipuncak Sin li-hong, selama puluhun tahun terakhir ini kehidupan kami selalu tenteram dan penuh kedamaian. bukan saja kami telah melupakan- ilmu silat, jadi orangpun agak malas, tapi kami masih tetap berambisi besar, kami masih mengira dunia persilatan setelah tiga pu-luh tahun kemudian masih tetap merupakan dunianya kami "
Cu Siau tong mendehem pelan menukas pembicaraan Sim Ciong yang belum selesai, kemudian katanya:
"Sim lotoa lebih baik kita tak usah memperbincangkan persoalan semacam itu, aku hanya ingin tahu kenapa secara tiba-tiba kalian meninggalkan istana Sin li hu dan datang ke kota Siang yang untuk membunuh kami...?"
Sim Cong tertawa getir:
"Sebenarnya hal ini berdasarkan maksud baik popo, ketika ia menyaksikan kami su-dah hampirtiga puluh tahun lamanya hidup terpencil diatas puncak bukit tanpa meninggalkan barang selangkah pun, maka beliaupun menitahkan kepada kami berdua agar berlibur selama tiga bulan dengan berpesiar ke bawah bukit, sungguh tak disangka kami telah berjumpa dengan seorang sahabat karib kami yang secara diam-diam telah meracuni arak yang kita minum, dalam keadaan begitulah kami dipaksa untuk datang kemari membunuh kau, soal pertama, kami dua bersaudara masih mempunyai kesombongan dan kejumawaan seperti tiga puluh tahun berselang, kami merasa tiada persoalan sulit yang tak bisa kami selesaikan, Kedua, kehidupan kamipun sudah terancam maka permintaan merekapun lantas kami luluskan"
'Oooh .....kiranya begitu, jadi kalian berdua hanya diperalat orang saja ......"kata Cu Siau hong.
'Tapi kenyataan sekarang, ilmu silat yang dimiliki dua orang saudara kecil ini terlalu hebat sehingga membuat tujuan kami tak bisa tercapai, tapi yang paling penting lagi adalah kami telah memikirkan persoalan ini dengan seksama, makin dipikir kami merasakan kesemuanya semakin tidak beres, tiga puluh tahun hidup terpencil dibukit Wu san membuat hawa pembunuh kami telah lama punah, ambisi kami juga terken-dali, kami paham akan keadaan yang sesungguhnya, kami rasa sekalipun harus mati keracunan juga tidak seharusnya tanpa sebab datang kemari mencari dirimu"
"Kalian berdua bisa mempunyai ingatan mulia, hal ini sungguh membuat aku merasa berterima kasih seka li"
"Setelah bertarung melawan dua orang pembantu cengcu, kami baru merasa bahwa sebenarnya kami dua bersaudara telah diti-pu orang, sebenarnya cara semacam ini merupakan suatu cara pembunuhan secara halus"
"Oooh . . "
"Mungkin mereka sudah tahu kalau kami bukan tandingan dari cengcu, maka merekapun lantas menyusun rencana dengan mengorbankan nyawa kami berdua agar bisa memancing kedatangan Wu-san-popo!'
Walaupun Cu Siau-hong tidak tahu siapakah gerangan manusia yang bernawa Wu san popo itu, tapi menyakstkan sikap menghormat yang terpancar keluar dari wa-jah Sim Ciong, dapat diduga kalau orang itu pasti seorang jagoan yang luar biasa.
Maka dia lantas berkata kembali:
"Wu-san-popo adalah seorang Bu-lim cianpwe, masa dia bisa ditipu secara gampang"
"Rencana mereka telah diatur secara teliti dan sempurna, seandainya kami berdua tidak berhasil membongkar rahasia mereka secara kebetulan, kemungkinan be-sar nyawa kami berdua benar-benar telah terluka ditangan cengcu, bila sampai demikian, berarti apa yang mereka harap -pasti akan tercapai pula dengan sendirinya."
"Masih untung kalian berhasil membong-kar rencana keji mereka tepat pada waktu-nya.~
'Kini rahasia tersebut sudah dapat diketahui, cuma kami tak mampu untuk mengi-rim kembali kabar tersebut ke bukit Wu-san'
"Apakah racun yang bersarang ditubuh kalian berdua masih mungkin ditolong!"
"Bila dapat berjumpa dengan popo, aku percaya dia masih sanggup untuk memunah-kan pengaruh racun yang mengendon dalam tubuh kami, persoalannya skarang adalah kami sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk dapat berjumpa lagi dengannya"
"Sim lotoa mempunyai usul bagaimana? Asal kami dapat melakukannya, pasti akan kami lakukan sedapat mungkin"
"Kami sih sudah pasti mati, tapi sampai matipun kami tak akan membuat rencana mereka berhasil dicapai sebagaimana yang diharapkan."
"Tapi bagaimana pula caranya untuk merusak rencana mereka itu dan jangan sampai membuat Wu san popo menaruh kesalah pahaman terhadap kami?"
Dengan suara rendah Sim Ciong berkata:
"Lohu akan memberitahukan sebuah rahasia kepadamu, dikemudian hari bila kalian bertemu dengan popo maka katakanlah kepadanya, dia pasti akan mempercayai perkataanmu"
"Aku akan mendengarkan dengan seksama"
Dengan suara yang sangat lirih Sim Ciong segera memberitahukan suatu rahasia, sedemikian rendahnya suara itu sehingga hanya Cu Siau hong seorang yang dapat mendengar.
Selesai mendengarkan rahasia tersbut, Cu Siau hong segera manggut-manggut, katanya: "Aku telah mengingatnya baik-baik"
Mendadak Sim Ciong mempertinggi suara-nya, berseru kembali:
"Cu cengcu, kau kelewat muda, sedangkan lohu sudah tua sekali, diantara kita terdapat suatu perbedaan umur yang amat besar sekali, lohu tidak memahami asal usulmu, juga tidak memahami watakmu, tapi stelah bertarung dengan kedua orang kiam-tong mu tadi, kamipun dapat menyimpulkan satu hal."
"Soal apa ?"
"Kalian semua adalah jago-jago muda yang rata-rata berkepandaian sempurna kalau pelayannya, saja sudah begitu lihay, apalagi majikannya ini membuktikan juga kalau ilmu silat yang sudah diturunkan ge-nerasi selanjutnya makin lama telah berubah makin lihay, membuat orang merasakan suatu perubahan yang luar biasa ....
Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan:
"Cuma anak muda biasanya memang mengidap satu penyakit yang sama, yakni jumawa, tekebur dan tinggi hati'
"Oooh. . ."
'Kalian jangan memandang rendah kemampuan Sin li hu, kepandaian silat yang dimiliki Wu san popo sudah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, dua belas orang dayangnya saja sudah memiliki kepandaian yang lihay, bila suatu ketika sampai terjadi bentrokan, maka akibatnya pasti akan mengerikan sekali."
"Kami pasti akan melaksanakan semua tindakan dengan berhati-hati dan seksama"
"Hanya berhati-ahti dan seksama masih belum cukup, yang paling penting adalah sikap merendah dan sabar" kata Sim Ciong.
"Wu san popo adalah seorang yang berwatak berangasan, setelah peristiwa ini menyangkut diri kami, maka cepat atau lambat mereka pasti akan mencari pula kalian semua, entah persoalan tersebut ada sangkut pautnya dengan kalian atau tidak, didalam perjumpaan yang pertama kali, soal damprat mendamprat, tegur menegur sudah pasti akan berlangsung, saat itu bila kau Cu Cengcu tak bisa bersabar diri maka kedua belah pihak pasti akan menjadi bentrokan langsung"
Setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh:
"Padahal senjata tajam tak bermata, bila suatu pertarungan sampai terjadi, maka korbanpun pasti akan saling berjatuhan, pada hakekatnya keadaan semacam itu tak akan memberi kesempatan kepada kalian untuk menerangkan duduk persoalan sampaijelas."
"Terima kasih banyak atss petunjukmu, aku pasti akan menghadapi mereka dengan berhati-hati"
"Bukan hanya kau, yang penting kaupun harus mengendalikan anak buahmu secara ketat, jangan sampai merusak suasana karena suatu keributan yang tak ada harganya."
Cu Siau-hong manggut-manggut:
"Semua nasehatmu pasti akan kuingat selalu"
"Baik, kalau begitu kami akan mohon diri lebih dulu"
'Bagaimana dengan racun keji yang me-nyerang ditubuh kalian?"
"Tidak menjadi soal, asal kalian ingat saja sekalipun Wu-san-siang-sat harus mengor-bankan dua lembar nyawa, asal dia meng-hindarkan bentrokan antara kelompokmu dengan Wu-san popo, hal ini sudah lebih dari cu ku p"
Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya sambil berseru: "Loji, mari kita pergi!"
Kedua orang itu segera menggerakkan tubuhnya dan di dalam beberapa kali lompatan saja, bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kegelapan sana..
Memandang bayangan punggung Wu‐san siang sat hingga menjauh, Cu Siau hong berseru: "Ong Peng, Tan Heng!"
Dua orang itu segera mengiakan sambil emnjura:
"Silahkan kongcu memberikan perintah!"
'Pernah kau mendengarkan tentang manusia yang bernama Wu san popo?"
"Pernah, dia mempunyai nama besaryangamattersohor,tapi sangatjarang berkelana di dalam dunia persilatan"
"Oooh, dia termasuk orang baik atau orangjahat?" "Soal ini aku tak berani membicarakannya secara pasti" "Maksudmu?"
"Dia jarang sekali munculkan diri dalam dunia persilatan, kamipun belum pernah mendengar dia telah melakuan sesuatu perbuatan jahat, tapi merekapun tak pernah mengadakan hubungan dengan orang persilatan, orang‐orang Wu san sin‐li selamanya bekerja sendirian."
"Mereka hidup mengasingkan diri di tempat yang terpencil dan jarang bergaul dengan jago persilatan, belum tentu mereka adalah orangjahat"
"Tapi merekapun tidak bisa terhitung o‐rang baik, sekalipun sudah puluhan tahun lamanya berada dalam dunia persilatan, namun belum pernah kami dengar Wu san popo pernah melakukan suatu perbuatan amal yang baik dan menguntungkan orang.."
"Ehmm, aku sudah mergerti sekarang"
Dia lantas berpaling ke arah Seng Hong dan Hoa wan, kemudian melanjutkan: "Dapatkah kalian mencarikan sebuah perahu untuk kita?'
"Dapat" sahut Seng Hong.
"Cuma perahu itu jangan ada ciri atau suatu tanda tertentu"
"Baik!"
Cu Siau hong manggut‐manggut, ujarnya lagi sambil tertawa:
"Apakah kalian pun bisa menyelam didalam air?.."
"Aku dan Hoa wan sudah pernah melatihnya, tapi ilmu menyelam dari Su engjauh lebih tinggi daripada kepandaian kami"
"Kalau memang demikian, hal ini lebih baik lagi, aku pikir kita seharusnya tinggal untuk sementara waktu diatas perahu'
Ong Peng tidak mengerti ilmu dalam air, maka begitu mendengar mereka hendak tinggal diatas perahu, hatinya kontan saja menjadi keder, buru-buru serunya.
"Kongcu, bukankah kau sedang melacaki jejak musuh?"
"Organisasi mereka terlalu rapat, bukan suatu pekerjaan yang gampang buat kita untuk melacaki mereka, maka dari itu kita harus berusaha mencari akal agar mereka-lah yang datang mencari kita lebih dahulu~' "Kongcu, mereka sudah munculkan bebe-rapa orangjagonya, asal kita memperguna-kan sedikittindakan..
."
"Maksudmu kita menyiksa mereka agar mau mengaku?"
"Benar, ada sementara orang memang tak akan melelehkan air mata sebelum melihat peti mati"
"Sekarang adalah saatnya buat kita untuk mencari nama, itulah sebabnya kita harus melakukan beberapa macam pekerjaan besar yang bisa menggetarkan hati orang, ada ka-lanya tindakan yang kelewat keji malah tak akan mendatangkan hasil apa-apa, sekali-pun kita telah mencincangnya secara kejam, belum tentu mereka bersedia untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya kepada kita"
"Kenapa?.."
"Sebab pada hakekatnya mereka sendiri-pun tidak tahu"
"Oooh, kongcu, kita ...."Cu Siau hong menghela napas panjang, sambungnya:
"Hingga sekarang, musuh yang kita jumpai agaknya cuma Keng si hengte (dua bersaudara dari keluarga Keng) serta nona didalam perahu, manusia-manusia macam begi-nilah baru terhitung manusia, mungkin dari mulut mereka bertiga kita bisa mengorek sedikit keterangan yang berguna sedangkan terhadap lainnya, sekalipun kita pergunakan cara yang paling kejipun jangan harap bisa mendapatkan rahasia apa-apa, malahan siksaan yang kelewat kejam kemungkinan besar dapat membuat kita terperangkap ke-dalam suatu jebakan yang mengerikan"
"Kongcu, hamba masih merasa kurang mengerti' kata Ong Peng, "sekalipun mereka benar-benar tidak tahu duduknya persoalan, rasanya toh mereka juga tak akan bisa menyeret kita masuk perangkap"
"Sedikit banyak tentu saja mereka tahu akan keadaan yang sesungguhnya, tapi yang diketahuinya adalah rencana yang telah mereka susun sebelumnya, rencana yang telah disusun biasanya akan dibare-ngi dengan suatu persiapan yang seksama juga, andaikata kita mendengar akan hal tersebut, serta merta kita akan
mempercayainya!"
"Sebenarnya hal ini pun bukan sesuatu persoalan yang menyulitkan, asal kita menyiksa berapa orang bersamaan waktunya, kemudian mencocokkan pengakuan yang satu dengan pengakuan yang lain, bukankah semua persoalan akan menjadi jelas dengan sendirinya?"
"Tapi kalau rencana tersebut telah disu-sun jauh hari sebelumnya, tentu saja jawaban mereka sama semua"
Ong Peng segera terbungkam dalam seri-bu bahasa, sedang wajahnya pun menunjukkan perasaan kagum.
Ketika ia mencoba untuk mendalami kembali perkataan dari Cu Siau hong itu, maka segera dirasakan kalau apa yang dikatakan memang benar dan masuk diakal, buktinya sekalipun mereka sudah beberapa kali ben¬trok dengan musuh-musuh tangguh, tapi hingga sekarang masih belum jelas mengetahui asal usul musuhnya.
Sementara dia masih termenung, Cu Siau hong telah mengulapkan taagannya sambil berseru: "Seng Hong, pergilah!"
Seng Hong mengiakan dan segera membalikkkan badan berlalu dari tempat tersebut. Dengan suara rendah Cu Siau hong segera berkata:
"Ong Peng, kau dan Hoa Wan mengikuti dibelakangnya!"
"Kalau hamba pun ikut pergi, bukankah tak ada orang yang akan melayani kongcu?' seru Hoa Wan. "Saudara Hoa boleh pergi saja, biar kami yang melayani kongcu" seru Lik Hoo cepat.
Dengan langkah cepat Ong Peng dan Hoa Wan segera berlalu dari tempat tersebut.
Sepeninggalan mereka, dengan suata gerakan cepat Cu Siau hong segera menyelinap dibalik pepohonan yang gelap kemudian sambil tertawa katanya:
"Lik Hoo, Ui Bwee, Ang Bo tan, kalian semua adalah jago-jago kawakan dari dunia persilatan, bagaimana ceritanya sehingga bisa dipecundangi orang ?"
"Kalau dibicaraken sebenarnya memang agak menakutkan, musuh-musuh kita bukan saja amat misterius, lagipula merupakan ja-go-jago yang lihay semua, walaupun kami telah bersikap cukup berhati-hati, toh ke-na terjebak pula oleh siasat mereka"
"Aku ingin sekali mengetahui kisah pengalaman kalian?"
"Seorang kakek yang tidak menyolok datang dan menghampiri kami kearah berja-lan lewat disisi kami, tapi saat itu juga kami mengendus semacam bau harum yang a-neh sekali, menanti kami menyadari ada sesuatu yang tak beres, tahu-tahu kami telah kehilangan kemampuan untuk menguasahi diri"
Agak terkesiap juga hati Cu Siau hong setelah mendengar perkataan itu, serunya ke-mudian: "Waktu itu, apakah kalian masih tetap sadar?"
Walaupun kesadaran kami tidak hilang sama sekali, tapi segala sesuatunya seperti sudah berada dalam kendali orang lain, pa-ling tidak kami telah kehilangan tujuh de-lapan bagian dari kesadaran kami sendiri, saat itu kami hanya tahu menuruti perkataan orang saja"
"Menuruti perintah orang? Kalau toh kesadaran kalian telah hilang, darimana pula kalian masih bisa tahu mendengarkan perintah orang serta melaksanakannya?"
"Yaa, walaupun kami telah kehilangan kesadarannya, tapi dalam hati kami justru terdapat semacam kekuatan yang seakan-akan memberi perintah kepada kami untuk ber-buat ini itu"
Sekali lagi Cu Siau-hong merasakan hatinya tergetar keras.
"Semacam kekuatan yang memerintah ka-lian? Kekuatan macam apakah itu?" serunya lagi.
"Kami merasa kekuatan itu seakan-akan berasal dari semacam bauan harum yang sa-ngat aneh, bau-bauan harum itu membuat kami menurutinya meski dalam keadaan tak sadar.
"Masih ingatkah kalian bau-bauan harum semacam apakah itu?".
"Sam-moay. dapatkah kau mengingat-nya?" tanya Ui Bwee sambil berpaling ke -arah saudaranya. "Seperti semacam bau-bauan harum yang sangat lembut, macam bau bunga kui...' jawab Ang Bo-tan. "Seperti bau bunga Kui?"
"Tidak salah?"
"'Mungkin tak salah"
"Waktu itu kesadaranmu sudah mulai ka-bur, sekalipun masih ada sedikit ingatan, rasanya juga tak mungkin bisa mengingat-nya terlalu jelas"
"Tentang soal ini, budakjuga tak berani berdebat dengan kongcu, waktu itu meski-pun kesadaran kami seperti kurang beres, tapi kemudian setelah kesadaran kami pulih kembali dan mencoba untuk memikirkan kembali semua kejadian yang telah berlangsung, dalam ingatan kami pun terasa begitu samar dan lamat¬lamat."
"Seandainya sekarang, secara tiba-tiba muncul kembali bau harum semacam itu dan kalian mengendusnya, apakah kalian masih sanggup untuk mengenalinya kembali?"
Soal itu, budak rasa masih sanggup un-tuk melakukanmya" jawab Lik Hoo ce-pat, sekalipun kesadaran kami telah hilang tapi ada satu hal yang masih terasa jelas di dalam benak kami, maka bau harum itu-lah merupakan satu-satunya yang masih tersedia dalam ingatan kami hingga kini"
"Kemungkinan besar obat yang digunakan adalalah semacam obat pemabuk dari kaum rendah, sekalipun bukan suatu perbuatan yang baik, tapi kalau di pergunakan akan mendatangkan kasiat yang besar sekali"
"Masih ada satu hal budak ingin bertanya pula kepada kongcu, dapatkah aku mengajukan?" "Coba kalian katakan"
'Terlalu banyak perbuatan busuk dan rendah dari dunia perstlatan yang kami bertiga ketahui, tapi setelah kami berjanji kepada kongcu untuk hidup sebagai ntanusia baru, maka banyak cara yang tak berani kami pergunakan secara sembarangan, untuk itu kami ingin memohon persetujuan dari kongcu lebih dahulu"
"Oooh, apa saja yang bisa kalian lakukan?"
"Melepaskan obat pemabuk, memasang paku beracun, semuanya dapat kami lakukan, hanya tak berani mempergunakannya"
'Aku tahu soal melepaskan obat pemabuk, tapi apa pula yang dimaksudkan sebagai memasang paku?"Lik Hoo, Ui Bwee dan Ang Bo tan segera menutupi mulut sendiri sambil tertawa cekikikan.
'Yang tidak tahu adalah tak tahu, apakah masih ada hal-hal yang tak boleh diketahui orang lain?" Seru Cu Siau hong kemudian ketika dilihatnya ketiga orang nona tersebut tertawa tertahan.
"Itu mah tidak, cuma setelah kuterangkan persoalannya nanti maka harap kongcu, jangan marah.'
Tak menjadi soal, katakan saja, paling tidak kalian toh harus meminta persetujuan kami paling dulu, bukam begitu ?"
"Padahal setelah dibicarakan sedikitpun tak ada yang aneh, kami hanya akan memasangkan semacam jarum beracun entah dipembaringannya atau pakaiannya saja, cara semacam itu kami namakan sebagai memasang paku"
"Aku belum pernah mendengartentang kepandaian semacam ini, kalau kalian sempat berjumpa dengan orang yang teliti maka sulit rasanya untuk turun tangan"
"Kongcu, sistim memasang paku merupa-kan suatu sistim yang jarang sekali dipergunakan dalam dunia persilatan, karena persiapannya terlalu rumit dan sulit"
"Tapi kami bertiga merupakan ahli-ahlinya, sewaktu kami masih berkelana dalam dunia persilatan dulu, banyak sekali jagoan persilatan yang berhasil kami pecundangi"
'Dapatkah kalian menerangkan dengan lebih jelas lagi?"
"Jimoay, kau paling lihay dalam permainan ini, coba kau terangkan yang sejelasnya kepada kongcu, seru Lik Hoo sambil berpa-ling ke arah Ui Bwee yang berada disisinya.
Ui Bwee manggut-manggut, katanya kemudian:
"Sesungguhnya cara ini sederhana sekali, kami menggunakan sebuah tabung besi yang kecil atau tabung bambu yang diisi dengan jarum beracun, kemudian diikat dengan tali yang ditariknya sampai ketempatjauh, di-sana ada seseorang yang mengendalikannya, maka bilamana ada orang yang hendak kita jadikan korban, cukup kita tarik tali tersebut, maka tali itu akan menggerakkan tom-bol rahasia diatas tabung, dan jarum beracun yang telah persiapkan pun segera akan memancar keluar dan melukai sasaran"
"Ooooh, rupanya begitu' Cu Siau hong manggut-manggut.
"Pegas yang kami pasang didalam tabung kecil itu biasanya tidak bertenaga kelewat besar, otomatisjarum beracunnya juga tak bisa dibidikkan kelewat jauh, tapi sistim semacam ini amat praktis dan seringkali membawa hasil yang tak terduga"
'Kongcu, jimoay sangat asli dalam permainan ini" kata Lik Hoo pula, ia bisa melukai orang tanpa disadari oleh korbannya sendiri"
Cu Siau hong hanya termenung tanpa berbicara ....'
Walaupun dia mengerti kalau Ui lo pangcu serta ketua Pay kau telah menyerahkan anak buahnya yang paling lihay kepadany dan membebaskannya untuk mempergunakan kekuatan tersebut kehendak hatinya, akan tetapi bagaimanapun juga dia adalah jagoan dari golongan lurus, kalau suruh dia berbuat demikian sebenarnya ia merasa sangsi untuk melaksanakanuya ...."
Ketika Lik Hoo menyaksikan sianak muda itu hanya membungkam diri dalam seribu bahasa, ia menghembuskan napas panjang lalu bertanya:
'Kongcu, apakah kau tidak setuju?'
Cu Siau hong menghela napas panjang.
"Baiklah", katanya kemudian, kalau toh kalian memiliki keahlian masing-masing, a-ku bersedia mengabulkan permintaan kali-an untuk berbuat sekehendak hati, toh da-lam organisasi kita ini tidak ada peraturan atau pantangan yang melarang kita berbuat sesuatu, Cuma kalian harus ingat, kebenaran harus tetap dijunjung, cara-cara semacam itu dilarang dipergunakan untuk menghadapi kawan-kawan dari golongan lurus, mengerti?"
"Tentang soal itu, budak sekalian yakin masih bisa melaksanakannya"
Cu Siau hong segera manggut-manggut.
Ke tiga orang nona itupun saling berpandangan sekejap, kemudian bersama-sama menjura seraya berkata: "Terima kasih banyak kongcu!"
Cu Siau hong tertawa.
"Aku meluluskan permintaan kalian, tapi syaratnya cukup ketat, aku harap kalian jangan sampai melakukan kesalahan"
"Budak sekalian pasti akan bertindak dengan berhati-hati sekali, bilamana sampai melakukan kesalahan, kami pun bersedia menerima hukuman"
'Menerima hukuman apa?""Hukuman apa saja yang hendak kongcu jatuhkan kepada kami, kami akan menerimanya. "Bail, itu kata kalian sendiri!."
Tiba-tiba. . . . dari kejauhan sana berku-mandang suara pekikan yang amat nyaring.
Dengan kening berkerut Cu Siau-hong segera berseru:
"Kalian berjaga-jagalah disini, jangan bergerak, aku akan pergi untuk melihat kea-daan"
Sambil berbicara, tubuhnya telah melejit ke udara dan meluncur ke depan dengan kecepatan tinggi. Dengan suara lirih Lik Hoo segera ber-seru:
"Ji-moay, sam moay, cepat menyebarkan diri dan perketat penjagaan"
Ui Bwee dan Ang Bo-tan segera mengiakan dengan cepat mereka membalikkan tubuhnya sambil bersiap siaga.
Sementara itu, Tan Hengjuga menarik napas, secara tiba-tiba tubuhnya langsung melambung lurus ke atas..
Tangan kanannya dengan cepat menyam-bar sebuah ranting pohon dan berjumpalitan, dalam sekejap mata dia telah menyembunyi-kan diri di balik dedaunan yang rimbun.
Baru saja Tan Heng menyembunyikan diri, sesosok bayangan manusia telah me-luncur datang dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Tahu-tahu seorang kakek berbaju putih keperak-perakan telah munculkan dari sana. Biasanya orang yang sering kali melakukan perjalanan malam, mereka lebih suka mengenakan pakaian berwarna hitam pekat, sebab dengan warna pakaian yang gelap maka jejaknya akan sulit diketahui orang lain, tapi orang ini justru dia mengenakan pa-kaian yang berwarna putih keperak- perakan, Sambil menganglat pedangnya Ui Bwee membentak keras:
''Berhenti !"
Suara bentakan tersebut diutarakan dengan suara yang sangat keras, ditengah kegelapan suara itu berkumandang sampai ke tempat kejauhan sana.
Kakek berbaju putih keperak perakan itu menghembuskan napas panjang, lalu menegur. 'Bocah perempuan, apakah kau sedang berbicara dengan lohu?'
'Benar.."
Kakek itu segera mendengus dingin, katanya lagi dengan suara sedingin salju:
"Kau benar-benar seorang budak ingusan yang tak tahu tingginya langit dan tebal-nya bumi, tahukah kau siapa lohu?"
"Tidak tahu"
Selama beberapa tahun ini Ui Bwe sekalian berdiam terus dibawah kebun raya Ban hoa wan sekian lama mereka tak per-nah melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan, maka terhadap kakek berbaju putih keperak-perakan inipun mereka merasa agak asing.
Terdengar kakek itu mendengus lagi.
"Hmmm. bahkan lohu saja tidak kalian kenali, itu berarti kalian benar-benar percuma melakukan perjalanan didalam dunia persilatan"
"Kami memang baru saja terjun kedalam dunia persilatan, jadi kamipun tak usah berbicara bohong untuk menipu dirimu"
"Selamanya bila lohu ingin membunuh orang maka aku selalu menegur lebih dulu sebelum membunuh", kata kakek berbaju pe‐rak itu dengan suara dingin, kalau toh kalian tidak kenal siapa gerangan dengan lohu, itu berarti kalian adalah prajurit tak bernama dari dunia persilatan, tampaknya lohupun harus berputar lidah lebih banyak lagi'
"Berputar lidah lagi?"
"Betul, lohu harus memberitahukan dulu kepada kalian siapa gerangan diriku ini dan bagaimana caraku untuk membunuh orang kemudian harus mendamprat kalian lagi sebelum turun tangan, bukankah harus berputar lidah lebih banyak?"
'Untuk membunuh harus berbuat begitu merepotkan, pada hakekatnya hal ini jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatan.
Lik Hoo berseru tertahan, lalu katanya:
"Setelah itu apa pula yang hendak kau lakukan?.'
"Setelah itu tentu saja lohu akan mengayunkan golokku untuk membunuh kalian"
"Baiklah!" kata Lik Hoo kemudian sambil tertawa, "kami akan pasangtelinga baik‐baik untuk mendengarkan ocehanmu lebih dulu."
Kakek berbaju perak itu mendehem pelIan, kemudian berkata:
"Dengarkanlah baik‐baik, lohu she Kian, bernama Hui seng, orang persilatan memberi julukan To ko bu seng (golok lewat tanpa suara)"
Mendengar ucapan tersebut Ui Bwee segera berpikir didalam hati:
"Tampaknya kakek ini suka sekali berbicara, apa salahnya kalau kugodanya dengan beberapa patah kata? Toh mengulur waktu bagi kami lebih bermanfaat daripada baginya.
Berpikir demikian, dia lantas berkata.
"Oooh, rupanya Kian locianpwe'
"Ehmmm!."
'Locianpwe, mengapa orang lain menyebutmu sebagai si golok lewat tanpa suara?."
Kian Hui seng tertawa terbahak-bahak.
''Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . bocah perempuan, pertanyaanmu sungguh menarik, kalau lohu tidak memberitahukan kepada kalian, mungkin kalian perempuan-perempuan muda yang baru terjun kedalam dunia persilatan tak akan mengetahui rahasia-rahasia tersebut"
"Betul, itulah sebabnya kami ingin sekali memohon petunjuk darimu!"
"Permainan golok lohu terlalu cepat, dimana golokku lewat korban pasti tewas, bahkan suarapun tak sempat dijeritkan, itulah sebabnya orang menyebut diriku sebagai Golok lewat tanpa suara."
"Ooooh, rupanya begitu"
"Sekarang, lohu sudah menerangkat asal usul yang sebenarnya'
"Kami telah mendengarkan dengan sangatjelas"
Nah sekarang, kalian pasang telinga ba-ik-baik, lohu hendak memberi pelajaran kepada kalian""Baiklah, kami telah memasang telinga, baik-baik untuk mendengarkan pelajaranmu itu" seru Lik Hoo sambil tertawa.
"Lohu sudah berusia lanjut, mempunyai nama besar dan kedudukan tinggi, sedangkan kalian tak lebih cuma beberapa orang bocah perempuan yang masih ingusan, berbicara terus terang, sekalipun umur kalian bertiga dijumlahkan menjadi satupun belum tentu bisa mencapai usia lohu, tapi kalian ternyata tak tahu diri, kalian berani bersikap kurang ajar kepada lohu.."
'Tidak, siapa bilang kami kurang ajar kepada kau orang tua? Kami toh selama ini sangat menaruh hormat kepadamu" sela Ang Bo tan dengan cepat.
Kian Hui seng menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, sahutnya setelah tertegun sebentar. "Itu kan sekarang, tadi apakah kalian bersikap menghormat kepada lohu?"
"Yaa benar, tadi kami tidak tahu siapa gerangan dirimu dan bagaimana harus menghormati dirimu, tapi sekarang kami sudah tahu, tentu saja kamipun bersikap menghormat kepadamu"
"Oooh ....masuk diakal juga perkataanmu itu'
"Maka dari itu, kau tak boleh membunuh kami" seru Ang Bo tan lagi dengan suara cepat.
Kian Hui seng berkerut kening, lalu ter-menung dan membungkam diri dalam seri-bu bahasa..
Sedang Lik Hoo diam-diem pun berpikir:
Bila kedatangan kakek ini adalah bermaksud untuk membunuh kami, sekalipun kami berbicara sampai robek mulutnya, belum tentu dia akan menyudahi persoalan ini dengan begitu saja, sebaliknya jika pihak lawan bukan pembunuh yang dikirim la-wan, kakek ini tak kehilangan pamornya sebagai seorang lelaki sejati, tampaknya aku harus menggunakan sedikit kepandaian untuk menjebaknya agar bisa diketahui dia berasal dari mana"
Berpikir demikian, dia lantas berkata:
"Kian locianpwe kau adalah seorang yang berbudi luhur dan berkedudukan terhormat, tentu saja apa yang kau bicarakan adalah kata-kata yang bisa diterima dengan akal sehat semua bukan?".
"Benar, lohu memang selalu mengutamakan soal cengli, soal pembicaraan yang bisa diterima dengan akal sehat"
"Yaa benar, selama locianpwe memberi pelajaran kepada kami, kami selalu menerima pelajaran dengan seksama, membantah sepatah kata saja tidak ..." sambung Ui Bwee.
"Tapi lohu sudah bilang hendak membunuh kalian, toh apa yang telah kuucapkan itu tak bisa diingkari dengan begitu saja"
"Kau hanya menyinggungnya sebentar" seru Ang Bo tan pula, ''rasanya kau takkan sungguh-sungguh membunuh diri kami bukan?"
"Soal ini .... apa yang lohu katakan selamanya bersungguh-sungguh dan tidak ber-sifat hanya berbicara saja?''
'Locianpwe, kau baru mengutamakan soal cengli, kau toh tahu bahwa kami tidak mempunyai kesalahan apa-apa yang bisa kau gunakan sebagai alasan guna membinasakan kami?' bantah Lik Hoo.
'Yaa, kecuali kalau kau memang bermak-sud mengesampingkan soal cengli" sambung Ui Bwee. "Selamanya lohu adalah seorang yang cengli, mana mungkin perbuatanku tidak berdasarkan cengli?"
"Kalau kau bicara diajak berbicara yang sebaik-baiknya maka hal ini lebih bagus toh usia kami bertiga bila dijumlahkan menjadi satu tak bisa melebihi usiamu? Yang paling penting lagi adalah kami bertiga sangat menghormati dirimu, coba bayangkan sendi-ri, masa kau hendak membunuh kami yang begitu menaruh hormat kepada mu?'
'Soal ini. . . soal ini, aaai, lohu benar-benar dibikin serba salah" "Sebetulnya kesulitan apakah yang sedang kau alami?"- tanya Lik Hoo.
"Kesulitan yang lohu alami mana boleh diketahui oleh kalian?"
"Justru karena kami tidak tahu, maka kami ingin memohon petunjuk darimu" Aaai... tapi lohu tak boleh memberitahukan soal ini kepada kalian."
Setiap lelaki sejati tentu mempunyai kelemahan, orang ini memang boleh dibilang seorang Kuncu sejati, oleh karena itu tiga orang nona tersebut segera menggunakan akal dan daya upaya untuk memaksa kakek itu menuju ketitik kelemahannya sendiri.
Terdengar Ang Bo tan menghela napas panjang, kemudian berkata:
"Locianpwe, apakah kau sedang melaksanakan perintah orang lain untuk datang membunuh kami?."
"Omong kosong, lohu bukan seorang manusia yang suka diperintah orang, apalagi diperintah orang untuk melakukan suatu pembunuhan"
"Sam moay" Ui Bwe segera menegur, orang lain toh seorang locianpwe yamg berkedudukan tinggi dan bernama besar dalam dunia per‐silatan, sebagai seorang yang tersohor dia dihormati banyak orang, masa dia sudi menuruti perintah orang lain"
"Yaa, benar" kata Kian Hui seng kemudian, "dalam dunia persilatan dewasa ini memangjarang sekali ada orang yang bisa memberi perintah kepada lohu."
"Betul juga perkataan itu! Kami merasa bahwa locianpwe bukan seorang manusia yang gampang menuruti perintah orang lain untuk melakukan suatu tugas"
"Benar"
"Locianpwe, selama melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, kami tiga bersaudara tak pernah
menjumpai seorang kakek yang begitu baik dan gagah seperti kau orang tua, sungguh beruntung pada malam
ini kami dapat menjumpainya, aku harap kau orang tua sudi memberi sedikit kenangan atau tanda mata kepada kami"
"Tanda mata? Tanda mata apa?"
"locianpwe, kalau soal itu mah kami merasa rikuh untuk mengemukakannya, lebih baik kau orangtua menentukannya sendiri"
"Lohu yang menentukan sendiri? Lohu bisa menentukan apa?"

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang