Pena 13

2.8K 39 0
                                    

Seng Tiong-gak manggut-manggut, kemudian berjalan menuju ke luar.

Tang Cuan memahami maksud Susioknya, dia pun mengikuti di belakang Seng Tiong-gak keluar dari ruangan itu.

Mereka berdua langsung berjalan menuju ke halaman gedung tingkat ketiga.

Pada waktu itu, mereka berdua sama-sama tidak berbicara lagi, tapi jalan pemikiran mereka berdua adalah sama, dengan sepasang mata yang tajam mereka mengawasi situasi di sekeliling tempat itu.

Para anggota Kay-pang bertugas dengan disiplin yang tinggi, sewaktu mereka berdua masuk ke ruang tengah gedung ketiga, dari balik ruangan segera muncul seorang pengemis setengah umur yang segera menyapa.

"Seng-ya, Tang-ya kalian berdua sedang jalan-jalan?"

"Hati kami lagi kesal, ingin sekali berjalan-jalan di kebun bunga belakang sana," jawab Seng Tiong-gak.

"Silakan, kebun bunga di belakang sana tidak terlalu besar, tapi sangat indah, perlu aku menjadi petunjuk jalan untuk kalian berdua?"

"Tidak usah, silakan kau urusi tugasmu sendiri."

Pengemis setengah umur itu segera menjura dan berlalu dari situ.

Sambil berjalan sambil bercakap-cakap, dengan telitinya Seng Tiong-gak serta Tang Cuan lalu mengitari pula kebun itu satu kali, setelah itu baru mereka kembali ke gedung di lapisan ke dua.

Waktu itu Pek Bwe sudah lama menantikan kedatangan mereka berdua.

"Loya-cu!" Seng Tiong-gak segera berbisik, "kami rasa kita tak boleh hanya mengandalkan kekuatan dari pihak Kay-pang saja untuk melindungi keselamatan kita, maka aku dan Tang Cuan telah memperhatikan situasi di dalam gedung ini, sehingga bila terjadi sesuatu peristiwa, kita pun tak usah menghadapinya dengan panik."

"Yaa, kita memang harus berhati-hati."

"Cara kerja anggota Kay-pang memang amat disiplin, ketika kami memasuki gedung ketiga sana, telah berjumpa salah seorang di antaranya, cuma sayang gedung itu terlampau besar sedang mereka yang bertugas cuma enam orang saja, suatu jumlah yang terlampau kecil."

"Aaai..... harus disalahkan aku yang terlalu bertindak gegabah," keluh Pek Bwe sambil menghela napas panjang.

Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu urusan yang penting, sambil bangkit berdiri katanya lagi.

"Tiong-gak, kau mengatakan dalam gedung ketiga telah berjumpa orang anggota Kay-pang?"

"Satu orang!"

"Hanya satu orang?"

"Ya, aku hanya melihat satu orang."

Pek Bwe termenung beberapa saat lalu katanya lagi.

"Beri tahukan kepadaku, macam apakah orang itu?"

"Pek Loya-cu, maksudmu, anggota Kay-pang tersebut pun amat mencurigakan?"

"Aku kuatir dia bukanlah anggota Kay-pang........."

Kemudian sambil memandang sekejap ke arah Tang Cuan, ia melanjutkan :

"Kau tinggal di sini, aku dan Tiong-gak akan memeriksa sebentar keadaan di sana."

Begitu selesai berkata, ia telah bergerak lebih dulu.

Seng Tiong-gak merasa masalah ini amat serius sekali, buru-buru dia menyusul di belakangnya.

Memandang bayangan punggung kedua orang itu berlalu, Tang Cuan merasakan hatinya amat sedih, terbayang sebelum gurunya meninggal dulu, segala sesuatunya Suhulah yang memikul tanggung jawab itu, sedang Suheng-te sekalian kecuali berlatih silat, boleh dibilang tiada persoalan lain yang dipikirkan lagi.

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang