Pena 39

3.1K 50 0
                                    

TENTANG masalah seperti itu, kami kaum perempuan selamanya tak pernah tahu menahu, sahut Lok  hujin.
"Oooh... kalau begitu, kami harus menunggu sampai kedatangan Lok tayjin?"
"Benar! bila persoalan yang hendak dibicarakan cengcu adalah masalah urusan dinas lebih baik tunggu saja sampai kepulangan suamiku"
"Hujin! kapankah LokTayjin pergi meninggalkan tempat ini?" "Cu cengcu, pertanyaanmu aku rasa kurang tepat'. 'Pertanyaan yang kelewat berlebihan !"
"Betul, jelek‐jelek suamiku adalah seorang wakil panglima pembesar kerajaan, tapi kau mengajukan pertanyaan dengan se‐enaknya sendiri, apakah cara semacam ini tidak kelewat tekebur?"
"Hujin, harap kau maklum, setelah aku berani datang kemari berarti aku tak takut menghadapi kesulitan" "Jadi Cu cengcu hendak main gertak"
''Bukan begitu, aku sedang mengajukan satu persoalan secara bersungguh-sungguh kepada hujin, dan aku harap hujin bersedia memberi jawaban yang sebaik-baiknya atas pertanyaanku ini"
"Telah kukatakan, selamanya aku tak akan mencampuri urusan dinas suamiku, bila Cu cengcu ingin mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, lebih baik nantikan saja sampai suamiku pulang"
Cu Siau hong segera tertawa.
"Hujin, sayang sekali aku tak bisa menunggu terlalu lama disini "
"Lantas apa yang hendak kau lakukan?""Terpaksa aku akan menggeledah perahu"
"Kau bilang apa?" Lok hujin segera tertegun dibuatnya.
Menyaksikan gerak gerik perempuan itu, Cu siau hong segera berpikir dalam hati-nya: "Pandai benar perempuan ini berlagak, dan lagi dia sangat pandai menguasahi diri" Berpikir demikian, dia lantas tertawa dingin, katanya lagi:
"Hujin, aku rasa inilah satu-satunya cara yang bisa kulakukan"
"Kau benar-benar menggemaskan sekali, apa kau lupa tempat apakah ini? Begitu berani kau berbuat lancang disini"
"Hujin, sudah kukatakan, setelah kami berani datang kemari berarti kami tak akan kuatir menghadapi akibat apapun"
"Kau benar-benar manusia tak tahu diri, sebenarnya apa maksud tujuanmu?" Lok hujin tampak sangat gusar.
Cu Siau hong sama sekali tidak mengggubris seruan orang, dia berpaling dan ben-taknya keras: "Geledah!"
Ong Peng, Tan Heng ditambah Hoa Wan segera menyerbu masuk ke dalam ruangan perahu. "Berhenti mau apa kalian?" bentak Lok-hujin.
'Kalian boleh pergi" Cu Siau long mengulapkan tangannya, "Seng Hong, halangi hujin ini"
Seng Hong mengiakan, dia segera maju dua langkah dan menghadang di hadapan Lok hujin, ujarnya:
"Hujin, bila kau ingin kesana, maka. hanya ada satu cara yang bisa kau lakukan yakni mengandalkan ilmu silatmu untuk menerjang lewat"
"Kau adalah penyamun?"
"Anggap saja begitu nyonya! Hamba hanya tahu melaksanakan perintah majikan-ku, apapun yang mau nyonya bicarakan, silahkan langsung dibicarakan dengan maji-kan kami"
"Aku sedikit tidak habis mengerti, sebenarnya kalian datang dari mana dan apa yang kalian cari ditempat ini?"
"Nyonya, bagimu hanya ada satu cara yang bisa kau lakukan untuk mencegah mereka, menyerbu ke dalam ruangan" kata Cu Siau hongtiba-tiba.
"Baimana caranya?"
"Gunakan ilmu silatmu!"
"Ooooh apakah selain cara ini sudah tiada cara yang lain lagi?"
"Tidak ada, bila nyonya enggan turun tangan, maka terpaksa biarkan saja mereka melakukan penggeledahan'
"Cu kongcu, sungguh tak disangka seorang yang nampaknya lemah lembut dan terpelajar, ternyata tak lebih hanya seorang pen-tolan penyamun yang tak tahu aturan"
Diam-diam Cu Siau hong berpikir dalam hatinya:
"Mungkinkah mereka sudah melakukan persiapan yang matang? Kalau tidak mengapa ia nampak begitu tenang?"
Rupanya Ong Peng, Tan Heng serta Hoa Wan telah menyerbu masuk ke ruang perahu. Tapi Lok hujin tidak mencoba untuk menghalanginya, demixian pula lelaki yang mengaku sebagai congkoan tersebut, diapun tetap berdiri tak bergerak.
Dengan pedang terhunus Seng Hong berdiri tegak didepan pintu ruangan sambil berjaga-jaga. "Nyonya Lok aku merasa keheranan?" tanya Cu Siau hong kemudian dengan suara nyengir. "Heran apa?"
'Sudah jelas nona memiliki kepandaian silat yang hebat, mengapa kau tidak mencoba untuk menghalangi kami?"'
"Kalian pencoleng yang tak tahu diri, sudah berani berbuat kekerasan, sekarang masih berani berbicara seenaknya"
"Mungkinkah perempuan ini benar-benartidak pandai bersilat."
'Ketika menengok ke arahnya, tampak sepasang mata perempuan itu berkaca-kaca, seperti seorang yang hampir menangis.
Air mata telah menutupi sinar matanya.
Dengan perasaan apa boleh buat pelan-pelan ia duduk diatas kursi. Dua orang dayangnya tatap berdiri disamping Lok hujin.
Kenyataan yang terpapar didepan mata sekarang membuat Cu Siau hong mulai ragu dengan dugaan sendiri.
Mungkinkah perempuan ini benar-benar nyonya wakil panglima? Kalau memang de-mikian, gara-gara yang dibuatnya ini cukup besar.
Sementara dalam hatinya berpikir, diluar dia berkata dengan suara pelan:
'Nyonya, persoalan yang terpenting adalah aku tidak percaya kalau kau adalah- Nyonya Lok yang sesungguhnya"
Lok hujin menjadi naik pitam, teriaknya:
"Kau benar-benar pandai sekali ngaco belo, mungkin didunia ini penuh dengan orang yang menyaru orang lain, tapi mana mungkin ada orang yang kesudian menyaru sebagai bini orang lain?"
"Nyonya Lok Hu ciang sampai kapan baru akan kembali?" "Sebelum hari menjadi gelap nanti"
Cu Siau-hong segera manggut-manggut:
"Baik" katanya, "sebelum malam tiba nanti, mungkin kami juga sudah meninggalkan tempat ini, itu berarti tak akan bersua muka dengan Lok Hu-ciang ''
"Hmmm! kalian sudah tahu kalau dia tak berada diatas perahu, oleb karena itu baru berani membuat onar disini!"
"Perkataan hujin kelewat berat, sekalipun Lok Hu-ciang berada disini, bila kami ingin datang, kami tetap akan datang."
"Kalau begitu kalian adalah manusia yang tidak takut langit, tidak takut bumi dan tidak mengenal artinya hukum?"
"Ucapan Hujin kembali kelewat serius"
Tiba-tiba Lok hujin bangkit berdiri, tampaknya dia seperti hendak mengumbar hawa amarahnya, tapi setelah memandang seke-jap ke arah Cu Siau-hong tiba-tiba nyonya itu duduk kembali dan menghela napas pa nja ng.
'Aaaai Cu cengcu, sesungguhnya apa yang kalian kehendaki?''
Mencari orang!"
"Siapa yang kalian cari! Suamiku atau aku sendiri?'
"Semua bukan!"
'Tolong katakanlah kepadaku, sebenarnya apakah yang sedang kalian cari? Mengapa yang dicari adalah ka mi?'
''Kami datang mencari tiga orang nona, ada orang menyaksikan mereka digusur ke dalam perahu ini" Lok Hujin segera berpaling ke arah congkoannya dan memandang sekejap lalu bertanya.
"The congkoan, apakah diatas perahu kita ini terdapat tawanan yang tak dikenal?''
"Tidak ada!''
"Cu cengcu, perempuan macam apakah yang sedaag kalian cari? Semestinya dia tak akan membawa tawanan ketempat tinggalku ini, kali ini dia sedang melaksanakan tugas diluar, mungkin saja dapat melakukan suatu pelanggaran terhadap kebiasaan tersebut, cuma aku tidak mengetahui persoalan itu, semestinya The congkoan akan tahu dengan jelas"
Cu Siau hong memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, tapi ia tidak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan. Seandainya perempuan ini sedang berpura-pura maka peran yang dibawakan olehnya ini betul¬betul dibawakan secara sempurna.
Lok hujin segera menghembuskan napas panjang, kembali ujar nya lebih jauh:
"Bila Cu cengca tidak percaya, silahkan saja melakukan penggeledahan yang seksama, bila dapat menjumpai ketiga oraug tawanan itu, kalian boleh membawanya pergi, terus terang saja akupun akan turut
berterima kasih bila hal ini bisa kalian lakukan, sebab aku tidak senang melihat suamiku membawa tawanan perempuan ke atas perahu ini, Cuma Cu cengcu, bila kau tidak berhasil menemukan tawanan yang aku maksudkan itu, bagaimanapun juga kau mesti memberikan suatu pertanggungan jawab kepadaku"
"Soal ini aku. . .".
Tiba-tiba dia saksikan Ong Peng datang dengan langkah cepat sambil berseru:
"Menjumpai cengcu!" Walaupun dia berusaha keras untuk menpertahankan ketenangan hatinya, tapi toh tak bisa menutupi rasa kaget dan tercengang yang menghiasi wajahnya.
Sambil berkerut kening Cu Siau hong segera bertanya:
''Sudah ditemukan?"
Ong Peng maju selangkah, ke depan lalu bisiknya dengan suara lirih:
Tan Heng dan Hoa Wan telah jatuh tak sadarkan diri didalam ruang perahu.
'Oooh, telah terjadi peristiwa itu'
'Bagaimana terjadinya?" tanya pemuda itu.
'Agaknya mereka sudah terkena sejenis obat pemabuk yang amat lihay.'
''Ooooh.... apakah kalian mengendus bau harum yang menusuk hidung"
''Tidak, hamba tidak mengendus bau apa-apa!'
"'Kalau obat pemabuk yang mereka endus maka seharusnya kalau menyiarkan bau harum"
"Benar, hambapun berpendapat demikian, seandainya obat yang dipakai maka sudah sewajarnya kalau membawa bau obat, tapi kami benar-benar tidak berhasil mengendus bau apa-apa"
Cu Siau hong manggut-manggut, sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lok hujin, kemudian katanya: "Hujin, apa maksudnya ini?"
"Aku tidak mengerti apa yang sedang kau maksudkan?"
"Hujin,jangan bergurau, sekalipun ingin bermain sandiwara juga ada batas-batasnya, bila kau bersikeras berbuat demikian terus, itu berarti kau memaksa aku untuk turun tangan.
"Hmm, seorang lelaki sejati, seorang manusia gagah, bisanya cuma menganiaya kaum wanita yang lemah, terhitung enghi-ong hohan macam apakah dirimu?''..
Cu Siau hong segera tertawa.
"Hujin", katanya: "bila kalian tidak mempergunakan obat pemabuk, hampir saja aku kena kalian kelabuhi" 'Apa maksud perkataanmu itu?.
"Sayang sekali kau masih belum cukup untuk bersabar terus, sehingga apa yang telah kalian lakukan selama ini akhirnya musnah berantakan kembali."
Mendadak dia maju ke depan dan mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kiri Lok hujin dengan kecepatan luar biasa.
Lok hujin tertegun, teriaknya.
"Hei, apa‐apaam kau ini? Apakah kau tidak mengerti bahwa antara lelaki dan wanita ada batas‐batasnya?"
"Aku tidak mengerti, cuma aku tahu nyawa hujin paling tidak jauh lebih berharga daripada nyawa beberapa orang saudaraku'
"Kau penyamun terkutuk, berani benar menyakiti nyonya seorang pembesar?"
'Lepaskan mereka! Kalau tidakjangan salahkan kalau aku tak akan mengenal ampun' hardik Cu Siau hong'
sembari berkata tenaga dalamnya segera dikerahkan keluar, kelima jari tangannya pun mencengkeram semakin keras.
Ketika Lok Hujin merasakan tenaga cengkeramannya semakin menghebat terpaksa, diapun harus mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan.
Tapi dengan begitu rahasianyapun segera terbongkar semua.
Sambil tertawa dingin Cu Siau hong segera menambahi tenaga cenglcramannya dengan tiga bagian, lalu jengeknya:
"Hujin, akhirnya kau menunjukkan juga wujud aslimu'.
Begitu salah bertindak, Lok hujin segera sadar kalau dia tak bisa berlagak lagi, maka sambil menghela napas panjang katanya:
"Lepaskan aku, mari kita berbicara secara baik‐baik"
"Ong Peng perhatikan congkoan itu dan hujin harap kau turunkan perintah untuk melepaskan kalian berdua, aku jamin hujin pasti tak akan mengalami cedera apa‐apa'
Sambil berkata tiada hentinya dia menambahi tenaga cengkeramannya pada tangan kanannya.
Lok hujin segera merasakan tulangnya amat sakit bagaikan mau retak saja, terpaksa dia mengerahkan tenaga dalamnya lagi untuk melawan rasa sakit tersebut.
Walaupun dia menggertak gigi untuk menahan diri, agar dia tidak berteriak kesakitan, tapi toh saking sakitnya dia sampai mengucurkan air mata.
Cu Siau hong menghembuskan napas panjang, pelan-pelan katanya:
"Hujin, bila kau tidak segera turunkan perintah,jangan salahkan kalau aku akan meremukkan tulang pergelangan tanganmu itu."
"Lepaskan aku, lepaskan aku, aku tak bisa mengambilkan keputusan untu kalian"
Oooh. .. itu berarti di atas perahu ini masih ada orang lain yang mempunyai kedudukan jauh lebih tinggi daripada kedudukan nona?"
Walaupun pertanyaan tersebut diucapkan dengan nada yang sangat ramah, tapi tenaga cengkeraman yang dipancarkan keluar lewat tangan kanannya bukannya berhenti, justru makin lama semakin bertambah berat.
Dia mengerti, dalam keadaan dan situasi seperti ini, ia tak boleh menunjukkan perasaan iba atau belas kasihan barang sedikitpun juga.
Inilah suatu rencana licik yang disusun secara sempurna dan teliti, bila salah sedi-kit atau teledor maka besar kemungkinan nya mereka akan terjebak didalam perang-kap musuh yang sangat lihay itu.
Lok hujin telah membungkukkan tubuhnya sambil menahan rasa sakit yang luar biasa. Penderitaan macam ini memang luar biasa sekali dan tidak mudah untuk ditahan oleh siapapun... Tapi nyatanya dia masih sanggup untuk menahannya dan tidak menjawab lagi pertanyaannya itu. Dengan suara dingin Cu Siau hong segera berseru:
"Hujin, kau benar-benar tidak bersedia untuk menjawab ...."
Pada saat itulah, mendadak salah seorang diantara kedua orang dayang tersebut ber-kata dengan suara dingin:
Cu cengcu, sekalipun dia kau bunuh juga percuma, sebab dia tak dapat mengambil keputusan apa-apa'
"Siapa yang dapat mengambil keputusan? Bila dia seorang lelaki sejati, sepantasnya kalau dia segera menampilkan diri"
Dayang itu segera tertawa dingin.
"Hmmmm, dia memang bukan seorang lelaki sejati' jengeknya. Cu Siau hong agak tertegun, kemudian serunya:
'Kalau begitu, orang itu adalah nona?"
"Benar, memang aku!"''Maaf, maaf, tolong tanya siapakah nama nona?'
'Walaupun Cu Siau hong merasakan suatu rasa tercengang dan diluar dugaan menghadapi perubahan tersebut, akan tetapi di atas wajahnya dia masih memperlihatkan sikap yang amat tenang.
Dayang itu tertawa hambar, lalu katanya dengan suara merdu: "Aku bernama Liu Yan!"
"None Liu, indah amat namamu itu. ."
Setelah berhenti sebentar, kemudian lanjutnya:
"Kalau begitu, Lok hujin ini adalah Lok hujin gadungan?'
"Itu mah tidak, dia adalah Lok hujin yang sesungguhnya dan kau dapat melihat hal ini dari tindak tanduk serta mimik wajahnya, seseorang yang menyaru muka dia tak akan bisa memperlihatkan sikap yang begini mantap dan serius"
Ehmmm, sungguh tidak kusangka kalau kalian pun bersekongkol juga dengan kaum pembesar."
'Kekuatan kami sudah menyebar luas di seantero dunia persilatan, tiada lubang yang tak dapat kami tembusi, setiap tempat yang berada di dunia ini kemungkinan besar terdapat pula mata‐mata kami, disana pula terdapat pembunuh‐pembunuh kami yang siap melaksanakan tugasnya".
"Kedengarannya memang menakutkan sekali'.
"Siapa tahu diantara anak buah yang Cu kongcu bawa terdapat pula salah seorang diantara mereka!" "Oooh... perkataan nona tampaknya ma‐kin lama semakin hebat dan menarik. .''.
Mendadak sikapnya berubah menjadi amat serius, lanjutnya lebih jauh:
"Nona Liu, perduli betapa besarkah daya pengaruh yang dimiliki organisasi kalian, aku tak akan merasa jeri atau takut, aku rasa sekarang, lebih baik nona mengambil keputusan lebih dulu atas persoalan yang berada didepan mata sekarang"
"Cu cengcu, dewasa ini ditangan kami telah berhasil mencengkeram tiga lembar nyawa orangmu, sedangkan kau berhasil men‐cengkeram seorang Lok hujin, bila kau sampai berani melukai istri seorang panglima perang, maka bagi seorang cengcu kecil seperti kau, hal ini sesungguhnya merupakan suatu peristiwa yang kurang baik"
'Nona Liu, bila aku menganggap kejadian ini merupakan suatu ancaman yang amat besar bagiku, maka pendapatmu itu keliru besar, nona Liu jangan lupa kalau disini masih ada kau, kecuali bila kau merasa memiliki kemampuan untuk menangkan diriku.."
"Setelah aku menampilkan diri, itu berarti persoalannya sudah tak ada sangkut pautnya lagi dengan Lok hujin, lepaskan dia, aku dapat melayanimu dengan baik, mau bertarung atau bertanding, akan kulayani semua kehendak hatimu"
Cu Siau hong termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian menjawab:
"Baik, kalau toh nona Liu bersedia untuk menampilkan diri, hal ini memangjauh lebih baik lagi."
Dia segera melancarkan dua buah totokan untuk menotok jalan darah Lok hujin, kemudian menarikan ke belakang dan diserahkan kepada Seng Hong sambil berkata:
"Jaga dia"
Seng Hong menerima tubuh Lok Hujin dan meletakkan disamping.
Liu Yan menyaksikan kejadian itu segera berubah muka, serunya keras‐keras: "Cu cengcu, apa maksudmu?"
"Kelicikan orang persilatan kelewat berbahaya, bagaimanapun juga aku mesti berhati‐hati dalam setiap tindakanku."
"Hmmm, manusia pengecut yang tak bernyali!" maki Liu Yan sambil tertawa dingin. Cu Siau hong mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak‐bahak.
'Haaahhh.... haaahhh.......haaahhh.... nona, sekarang kita boleh berbincang‐bincang lebihjauh!""Katakan"
'Lepaskan tiga orang anak buahku dan serahkan tiga bersaudara yang kalian tang-kap, aku jamin perahu ini tak akan kuusik barang sedikitpun juga!"
Mendadak Liu Yan menggetarkan sepasang lengannya, sebuah kain baju panjang yang dikenakan segera hancur berkeping-keping dan rontok ke bawah hingga tampaklah baju ringkasnya berwarna hitam.
Seng Hong serta Ong Peng yang menyaksikan kejadian itu jadi amat terperanjat, paras muka mereka sampai berubah hebat.
'Penampilan dari Liu Yan barusan menunjukkan kalau ilmu silat yang dimilikinya benar-benar luar biasa sekali.
Ternyata untuk menggetarkan sebuah pa-kaian yang dikenakan sehingga hancur menjadi berkeping-keping bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu mudah.
Hal itu membutuhkan suatu penyaluran tenaga dalam yang bisa dikerahkan menuruti kehendak hati sendiri, dan lagi dari -setiap bagian tubuhnya harus dapat mengerahkan tenaga yang paling kuat pada saat yang bersamaan, dengan begitu sebuah pakaian yang dipakai dapat hancur berkeping-keping tepat pada saat yang bersamaan.
Sepintas lalu, Liu Yan nampaknya baru berusia tujuh delapan belas tahunan, sungguh tak disangka ternya ia berhasil memi-liki kepandaian yang begitu sempurna.
Seng Hong, Ong Peng dan lain-lainnya menyadari bahwa mereka tak sanggup melakukan seperti apa yang dilakukan nona itu.
Tentu saja setiap orang mempunyai keis-timewaan yang berbeda-beda, kesempurnaan kepandaian yang dimilikipun berbeda, ada yang lebih sempurna didalam permainan pedang, yang lebih sempurna dalam permainan telapak tangan, ada pula yang le-bih sempurna didalam tenaga dalam atau pun ilmu pukulan.
Dan sekarang, penampilan dari Liu Yan itu menunjukkan akan kesempurnaan dibawah tenaga dalam.
Cu Siau hong merasa terkesiap juga setelah menyaksikan adegan tersebut, tapi ia sudah mampu untuk mengendalikan diri, wajahnya masih nampak tenang sekali, malah sambil tertawa hambar katanya:
"Nona, sempurna betul tenaga dalammu."
"Cu cengcu!" tegur Liu Yan kemudian, "kau bermaksud hendak turun tangan sendiri? Ataukah hendak menyuruh ke dua orang anak buahmu itu untuk mencoba lebih dulu."
"Tentu saja aku turun tangan sendiri, tapi sebelum itu, aku hendak menerangkan satu hal lebih dulu." "Mengulur waktu bagiku tak akan menimbulkan kerugian apa-apa, katakan saja"
"Pertarungan yang hendak kita langsungkan setelah ini hanya terbatas untuk menentukan menang kalah? Ataukah pertarungan untuk menentukan mati hidup masing-masing?"
"Kepalan tangan maupun sejata tak bermata, bila pertarungan sudah berlang-sung maka sukar untuk di
jamin tak bakal terluka atau mati, lagi pula kita bertarungtoh bukan cuma bermaksud untuk main-main saja?..
"Oooh... jadi maksud nona, begitu pertarungan dimulai maka kita akan saling menentukan mati hidup masi ng-masi ng?"
"Kalau toh partarungan sudah dimulai, tentu saja tak perlu ragu-ragu didalam me-lancarkan setiap serangan...."
Dia berpaling dan memandang sekejap dayang yang berada disisinya, kemudian menabahkan:
"Sampaikan perintahku, bila mereka berani melukai Lok hujin, maka cincang tiga orang yang kita tawan itu menjadi hancur berkeping-keping, kemudian lemparkan ke- dalam sungai sebagai umpan buaya!"
Dayang itu mengiakan dan segera membalikkan badan siap berlalu dari tem-pat itu.
Mendadak dengan suatu kecepatan luar biasa Seng Hong membalikkan badannya dan menghadangjalan pergi dayang tersebut, bentaknya:
"Nona, harap berhenti!"
Dayang itu sama sekali tidak takut menghadapi hadangan dari Seng Hong, sambil tertawa katanya: Saudara cilik, apakah kau sedang menggertak aku?"
'Tidak, aku kenal dengan nona, tapi pedangku tidak mengenal orang, lagi pula aku bersungguh-sungguh" Dayang itu segera tertawa dingin.
"Saudara cilik, aku lihat lebih baik kau menyingkir saja memberi jalan lewat bagiku."
"Mengapa?"
"Sebab nona Liu telah menurunkan perintah dan suaranya cukup keras, aku yakin orang yang berada di bawah geladakpun dapat mendengar perintah tersebut dengan jelas."

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang