Pena 12

2.6K 50 0
                                    

"Sebetulnya persoalan apakah itu?"

"Kalau dibicarakan, sesungguhnya bukan suatu persoalan yang aneh, dia hanya suruh aku duduk bersemedi belaka."

"Duduk bersemedi? Kenapa tidak boleh memberitahukan soal ini kepada orang lain?"

"Kata ibu angkatku, persoalan ini lebih-lebih tak boleh diberitahukan kepada empek Koay dan empek Ouyang."

"Oooh......! Kecuali mengajarkan duduk bersemedi, pelajaran apa pula yang telah diajarkan ibu angkatmu kepadamu?"

"Ia mengajar kepadaku membaca, menulis, dan mengenal tulisan, oleh sebab itu aku mengenal banyak sekali tulisan."

"Apakah kau pun banyak membaca buku?" tanya Cu Siau-hong setelah termenung sebentar.

"Aku tak pernah membaca buku, semua huruf yang kukenal adalah huruf tunggal, ibu angkatku menulisnya di atas tanah, mengajar aku membaca dan menirukan tulisan itu, kemudian menghapusnya kembali."

"Oooh........! kenapa ia tidak memberikan buku untuk kau baca?"

"Ibu angkatku tak ingin orang lain mengetahui kalau aku mengenal banyak tulisan, ia pun tak ingin membiarkan orang lain tahu kalau ia telah mewariskan semacam ilmu bersemedi kepadaku."

"Nona Bei-giok, apa yang aneh dan rahasianya persoalan ini? Aku benar-benar tidak habis mengerti."

"Selama ini aku tak pernah memikirkan persoalan tersebut."

"Tak pernah memikirkannya?"

"Cu-kongcu, apa lagi yang musti dipikirkan? Perkataan yang diberitahukan ibu angkatku kepadaku, apakah aku tidak harus mempercayainya?"

"Memang harus dipercayai!"

"Kalau memang kau harus dipercayai, maka tidak seharusnya aku pikirkan kembali persoalan itu, bukankah demikian?"

"Betul juga perkataanmu!" Cu Siau-hong manggut-manggut.

"Tapi sekarang, aku telah memberitahukan persoalan ini kepadamu, demi ibu angkatku, aku mohon kepadamu agar jangan memberitahukan lagi persoalan ini kepada orang lain."

"Baik! Aku berjanji."

"Masih ada persoalan lain yang hendak kau katakan kepadaku?"

"Tidak ada!"

"Apakah kau masih tetap menyuruhku keluar dari sini?"

"Benar."

Ouyang Bei-giok tertawa, senyuman itu tampak agak bimbang, agak memedihkan hati.

Pelan-pelan ia memutar badanya, dan keluar dari situ.

Cu Siau-hong dapat menangkap mengalir keluarnya rasa sedih dari balik bayangan punggung nona itu, hampir saja Cu Siau-hong hendak buka suara untuk memanggilnya kembali.

Tapi ketika kata-kata tersebut sampai di tepi bibirnya, dengan cepat ia telah menelannya kembali.

Pelan-pelan bayangan punggung Ouyang Bei-giok lenyap dari mulut gua tersebut.

Cu Siau-hong menghela napas panjang, pelan-pelan ia duduk kembali, mengambil ransum dan memakannya.

Ketika memeriksa cuaca, maka ia tahu kalau dirinya masih harus menunggu selama beberapa jam lagi.

Meskipun hanya beberapa jam, namun dalam perasaan Cu Siau-hong, waktu itu seakan-akan berjalan dengan lama, lama sekali.

Menanti memang merupakan pekerjaan yang paling membosankan, untuk membunuh waktu, Cu Siau-hong berjalan berputar-putar mengitari sekeliling hiolo batu tersebut.

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Where stories live. Discover now