Pena 26

1.4K 35 3
                                    

Perempuan itu memang amat sibuk, memasang lilin merah, mengatur ruangan, dalam waktu singkat dia telah mendandani ruangan itu hingga tampak amat meriah.

Di dalam kamar terdapat sebuah pembaringan besar untuk dua orang, waktu itu Ti Thian-hua sedang duduk di situ.

Dalam pada itu Ngo-tok-giok-li telah sadarkan pula oleh semburan obat penawar dari Ti Thian-hua, tapi dia pun sudah menotok kembali jalan darah sepasang lengan dan sepasang kaki gadis tersebut.

Menghadapi seorang tokoh sakti dari Ngo-tok-bun yang pandai mempergunakan racun, mau tak mau Ti Thian-hua harus selalu waspada.

Ngo-tok-giok-li berbaring di atas sebuah pembaringan kayu, setelah racunnya dipunahkan, pelan-pelan ia membuka kembali sepasang matanya.

Begitu sadar dari pingsannya, gadis itu segera menjerit keras,

"Hey, apa yang hendak kau lakukan atas diriku?"

Dia hendak bangkit untuk duduk, sayang jalan darahnya tertotok sehingga anggota badannya tak mau menuruti perintahnya.

Melihat tingkah laku gadis itu, Ti Thian-hua segera tersenyum, katanya pelan :

"Kau baik-baik saja, sama sekali tidak mengalami luka atau cedera apa pun...."

"Kau telah menotok jalan darahku?" seru Ngo-tok-giok-li sambil menghembuskan napas panjang.

"Benar!" pemuda itu manggut-manggut.

"Mengapa kau harus mencelakaiku dengan cara seperti ini?"

"Aku hendak meminang nona untuk menjadi istriku, padahal sewaktu kau masih tak sadar tadi, bila aku ingin menggagahi tubuhmu, hal tersebut dapat kulakukan secara mudah sekali."

Ngo-tok-giok-li mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap tubuh sendiri, setelah mengetahui bahwa pakaiannya masih lengkap dan utuh, dia baru menghela napas panjang.

"Sekalipun kau ingin meminang diriku, bukan dengan cara ini kau meminang seseorang," katanya, "hayo cepat lepaskan aku, mari kita bicarakan secara baik-baik."

"Nona, tampaknya kau pun seseorang yang pandai juga mempergunakan akal....." kata Ti Thian-hua sambil tertawa.

Ngo-tok-giok-li menggigit bibirnya menahan emosi, lalu berkata :

"Mengapa kau berkata demikian?"

"Ilmu melepaskan racun dari Ngo-tok-bun tiada keduanya di kolong langit, konon bisa membunuh dari jarak beberapa kaki tanpa terasa, dalam hal ini aku cukup memahaminya."

"Jadi kalau begitu, kau merasa sangat takut kepadaku?"

Ti Thian-hua segera tertawa.

"Dari pada dikatakan takut, lebih tepat kalau dikatakan aku amat menyukaimu........."

"Hmm! Menyukai aku?" dengus si gadis sinis, "kita baru bertemu untuk pertama kalinya, berbicara pun baru tiga empat patah kata, tidakkah kau merasa bahwa ucapanmu itu terlalu cepat diutarakan keluar?"

"Nona, di dunia ini terdapat orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, pernahkah nona mendengar tentang hal ini?"

"Aku mah pernah mendengar tentang soal itu, cuma itu menunjukkan dua orang yang terlibat dalam satu kejadian, tapi di dalam hal-hal ini, aku toh sama sekali tidak tertarik kepadamu."

"Dalam masalah cinta, kadang kala memang harus disertai dengan sedikit paksaan, nona coba bayangkan sediri setelah aku berhasil mendapatkan dirimu, apalagi yang dapat dilakukan?"

"Tidak, tidak bisa, kau tak boleh bersikap demikian kepadaku....."

"Mengapa tak boleh?" tukas Ti Thian-hua sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "nona, bagiku hal ini adalah suatu kesempatan yang sangat baik, coba pikirkan sendiri mana mungkin aku akan melepaskan dirimu dengan begitu saja?"

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang