Pena 14

2.7K 39 0
                                    

"Itu pun lebih baik," kata Seng Tiong-gak, "dengan dipergunakannya senjata rahasia beracun itu, berarti terungkaplah asal-usul mereka, asal kita melakukan pelacakan dari jarum ekor kala tersebut, rasanya tak sulit untuk menemukan sumber mereka."

Pek Bwe menghela napas panjang.

"Apa yang berhasil diraih sekarang hanya bisa dianggap sebagai suatu titik terang, sampai kini masih belum memungkinkan buat kita untuk melakukan pelacakan tersebut, lebih baik kita menunggu kesempatan yang lain," katanya.

"Ada lagi yang harus kita tunggu?" tanya Pek Hong.

"Menunggu sampai tibanya Pangcu dari Kay-pang. Dewasa ini kekuatan Bu-khek-bun telah mengalami kerugian yang parah, untuk sesaat tak mungkin kekuatan kita dapat pulih seperti sedia kala, jika ingin melakukan penyelidikan atas masalah ini, kita harus menggantungkan bantuan dari Kay-pang, itulah sebabnya persoalan ini kita rundingkan kembali setelah kedatangan Pangcu dari Kay-pang nanti."

"Bagaimana dengan Siau-hong?" tanya Pek Hong lagi.

"Jangan terlampau menguatirkan Siau-hong, bocah ini cerdas dan hebat, aku percaya dia masih sanggup untuk mengatasi pelbagai perubahan situasi.........."

Ditatapnya Seng Tiong-gak dan Tang Cuan sekejap, kemudian ujarnya lebih jauh :

"Kita semua harus beristirahat secukupnya, kita harus baik-baik menjaga kondisi badan, sebab dalam keadaan seperti ini, setiap saat mungkin akan terjadi perubahan, musuh pun setiap saat bisa menyerbu kemari dalam jumlah besar, kita tak bisa hanya mengantungkan diri pada kekuatan dari Kay-pang saja, tempat ini hanya sebuah kantor cabang, tak mungkin ada banyak jago lihay yang bisa membantu kita."

"Terima kasih atas petunjuk Cianpwe," Seng Tiong-gak dan Tang Cuan segera menjura.

"Nah, sekarang kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat! Kalau tidur, pertingkat kewaspadaan masing-masing, kita tak akan mampu untuk menahan pukulan macam apa pun."

Seng Tiong-gak dan Tang Cuan manggut-manggut, kemudian segera melangkah keluar dari ruangan.

Dengan demikian dalam ruangan pun tinggal Pek Bwe dan Pek Hong dua orang.

Menanti Seng Tiong-gak berdua telah berlalu, Pek Bwe baru berbisik :

"Nak, antara kau dengan Ling-kang apakah tersimpan suatu rahasia?"

"Tidak ada! Ayah, apa maksudmu mengajukan pertanyaan tersebut?"

"Tiada maksud lain, aku hanya ingin memahami duduk perkara yang sebenarnya dari peristiwa ini, sebab hal tersebut akan sangat membantu kita semua."

Pek Hong termenung dan berpikir sejenak, kemudian katanya :

"Bila kutelusuri kembali kejadian yang berlangsung beberapa tahun belakangan ini, agaknya Ling-kang memang pernah melangsungkan suatu pertemuan rahasia dengan seseorang, cuma ia tak pernah menyinggung persoalan itu kepadaku."

Setelah berhenti sejenak, dengan penuh kesedihan ia menambahkan.

"Padahal tak lama lagi anak-anak bakal lulus dari perguruan, sungguh tak nyana peristiwa tragis telah berlangsung lebih duluan."

Pek Bwe tertawa, katanya :

"Hong-ji! Walaupun Ling-kang telah menyerahkan jabatan ciangbunjin kepada Tang Cuan, namun hal mana hanya terbatas pada masalah tugas umum, sedangkan kau masih tetap memikul tanggung jawab yang berat untuk membalaskan dendam bagi kematian Ling-kang."

"Aku tahu Ayah, kalau aku tidak berhasrat untuk berbuat demikian, mana mungkin aku bisa hidup sampai sekarang?"

"Baik, kau pun pergilah beristirahat, aku pun akan beristirahat sebentar."

Pena Wasiat (Juen Jui Pi)Where stories live. Discover now