A week in Hwasun 6

585 47 0
                                    



Takdir dan keberuntungan,

Dua kata ajaib yang mengubah kehidupan seseorang,

Terkadang takdir bukanlah keberuntungan untuk seseorang pada awalnya,

Namun keberuntungan merupakan takdir yang harus disyukuri,

Bolehkah aku menyebut peruntunganku sebagai sebuah takdir yang membahagiakan?

Karena aku benar benar ingin mengubah keberuntungan ini menjadi takdir hidupku selamanya.

BAB VI

***

"Apa dia kekasih anda Mr?"

Lili menyuarakan pemikirannya pertama kali membuatku tersenyum dan memandangnya senang, baru kali ini Lili tertarik dengan kehidupan pribadiku.

"Bukan, dia mantan kekasihku. Lebih tepatnya mantan wanita yang akan kunikahi di masa lampau."

Liliyana hanya memandangku dan menganggukkan kepalanya seadanya. Tidak ada sedikitpun wajah khas wanita yang senang dengan kondisi pria yang ingin diincarnya. Lili benar benar membuatku gila, apa dia benar benar tidak tertarik padaku?

"Lili, apa kau benar benar tak tertarik padaku? Bukannya aku terlalu percaya diri atau ingin menyombongkan diriku. Tetapi setiap wanita yang melihatku pasti akan berusaha semaksimal mugkin untuk membuatku bertekuk lutut, apakah aku benar benar tidak masuk dalam kriteria lelaki idamanmu sedikitpun?" tanyaku frustasi akibat reaksi yang Lili berikan.

Lili tersenyum memandangku hingga membuatku sedikit malu.

"Maafkan aku Mr.Lee, aku tidak bermaksud membuatmu merasa begitu. Aku hanya membatasi hatiku. Mencoba menata kembali hatiku yang sudah hancur berkeping keping. Kurasa aku sudah tidak sanggup lagi jika harus membuka hatiku dan menerima cinta dari orang lain. Aku terlalu takut untuk dikecewakan dan ditinggal sendirian lagi."

"Kau tidak perlu takut. Aku berjanji padamu. Jika kau benar benar mau membuka hatimu untukku, maka akan kubuat kau menjadi wanita paling bahagia didunia. Aku akan membantumu melupakan trauma dan ketakutanmu atas hal yang terjadi padamu sebelumnya, kumohon percayalah padaku Li." ucapku menggenggam tangan Liliyana dan mencoba meyakinkannya.

"Ada apa dengan anda Mr? Kita baru saja bertemu beberapa bulan yang lalu. Kita memang banyak menghabiskan waktu bersama dikantor. Namun itu hanya sebatas pekerjaan. Kau juga terlihat sedikit acuh padaku, lantas kenapa saat berada disini kau mengungkapkan perasaanmu?"

Nada suara Lili kali ini lebih tegas dan sedikit menunjukkan kekhawatirannya. Apakah Lili takut aku hanya akan memanfaatkannya?

"Apakah kau takut jika aku memanfaatkanmu untuk suatu hal?" tanyaku selidik.

Namun tetap memandang Lili dengan berani. Lili mengangkat wajahnya dan memandangku dengan tatapan menyeledik.

"Lantas apa yang bisa kutakutkan selain itu Mr? Anda adalah pria yang tampan, kaya dan memiliki jabatan yang diimpikan semua orang. Apakah mungkin orang sesempurna anda mengejar gadis yang terlalu biasa sepertiku? Gadis yang tidak mempunyai orientasi atas dirinya sendiri, gadis yang hanya menjalani hidup seperti robot, yang tidak mempunyai tujuan hidup sama sekali. Katakan Mr, apa yang kau suka dariku? Mengapa kau menyukaiku? Apa motifmu sebenarnya?"

Lili memandangku berani, mengeluarkan semua pemikirannya tanpa sedikitpun memberikanku kesempatan untuk bicara.

Aku memeluk Lili dengan erat, sangat erat hingga kurasa ia bisa mendengar debar jantungku. Aku memandangnya dan mendekatkan wajahku padanya, aku menciumnya penuh emosi berharap dengan ciuman ini Lili dapat benar benar merasakan perasaanku.

A week in Hwasun [completed] √ Where stories live. Discover now