CHAPTER 56

543 78 16
                                    

"Apa kau memang selalu mengundang orang asing di kamarmu tanpa sepengetahuan Daddy?"

Sailub geram saat tidak berhasil menemukan tubuh penyusup yang sudah berani masuk di dalam Paviliun milik Thana, dan hanya ceceran darah yang berakhir di tepi jurang, yakin jika seseorang itu mungkin terjatuh di dalam sana tanpa sempat mengetahui jika penyusup yang ia maksud itu ternyata Pavel.

"Apa maksud Daddy?"

"Ini yang kedua kalinya," balas Sailub, menarik rantai yang mencengkram leher Thana hingga merapat pada tubuhnya, "kau pernah menyembunyikan seseorang di ruanganmu sebelumnya, 'kan?"

Thana kembali mencoba mengingat kejadian itu.

"Saat penyerangan di Ghost Hole, kau bersama seseorang waktu itu, 'kan?"

Tin. Yah, seseorang yang di maksud oleh Sailub waktu itu adalah Tin. Ia sengaja memberikan kata sandi kepada Tin agar pria itu bisa keluar dari penjara bawah tanah tanpa ketahuan oleh orang-orang Sailub.

"Aku minta maaf."

"Kau selalu meminta maaf meski sudah tahu akan berakhir seperti apa dirimu jika sudah membuat kesalahan."

"Daddy bisa melakukan apa pun," balas Thana yang sudah terlihat pasrah, sebab perdebatan mereka tidak pernah berakhir ia yang akan baik-baik saja.

"Aku mulai muak," keluh Sailub mencengkram kedua pipi Thana kuat.

"Daddy bisa membunuhku jika merasa muak."

"Apa?"

"Bukankah Daddy terus melakukan semua ini hanya karena ingin membunuhku secara perlahan?"

Rahang Sailub mengeras sambil menatap Thana penuh amarah, begitu juga dengan cengkraman tangannya yang semakin kuat hingga membuat mulut Thana meneteskan darah segar akibat luka di dalam mulutnya.

"Tidak masalah, jika aku mati di tangan Daddy. Mati di tangan orang yang kita cintai, itu terdengar sangat romantis, bukan?"

"Dasar bodoh!"

Sailub mendorong tubuh Thana hingga terpental di atas tempat tidur, semakin marah karena ucapan pria kecil itu.

"Apa kau pikir aku akan membunuhmu dengan mudah?"

"Maka lakukanlah dengan perlahan ...."

"TUTUP MULUTMU!" bentak Sailub semakin murka.

Mencekik leher Thana sedang tangan lainnya mencengkram kedua tangan dan menjadikannya satu sebelum mengikatnya di besi pembatas tempat tidurnya, membungkam mulut Thana dengan sedotan ekstrim hingga membuat kedua mata pria itu terbeliak sebab merasa lidahnya ditarik keluar dari tenggorokannya. Namun, tidak bisa merontah meski merasa akan kehabisan napas, dan hanya menerima gigitan yang kembali menyakiti bibirnya.

"Beraninya kau mengatakan itu," desis Sailub, menatap Thana yang terbatuk-batuk sebelum menarik kancing kemejanya dan menindihnya.

Merobek kemeja yang di pakai Thana dengan sangat kasar. Tatapan dingin penuh gairah bercampur amarah, seperti itulah saat Sailub menghisap keras dan menggigit permukaan leher Thana sebelum kembali melumat bibir yang sepenuhnya lebam pria itu, menyelusupkan lidahnya di antara rongga yang perih. Sailub benar-benar berubah menjadi sangat tamak dan beringas.

"Kau akan terus bersamaku seumur hidupmu, Thana Vorarit."

"Untuk apa?" tanya Thana dengan napas tersendat, "jika pada akhirnya aku juga akan mati karena perlakuanmu ... emmhh ...."

Sailub mulai mengontrol cumbuan, menjadikan petualangan gembira untuk dirinya sendiri tanpa peduli akan kesakitan Thana yang mulai kehabisan napas sambil sesegukan, kehabisan tenaga saat paha-pahanya tertanam di atas pembaringan yang kini terjalin kuat pada paha-paha maskulin yang kuat dan keras milik Sailub.

For HIMWhere stories live. Discover now