CHAPTER 52

560 80 21
                                    

"Vee?" panggil nyonya Madeline saat mendapati Vee yang tengah berdiri di depan pintu kamar Pavel yang masih tertutup rapat.

"Ya, Ibu."

"Apa dia ... baik-baik saja?" tanya nyonya Madeline dengan ekspresi wajah yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran.

Vee menggelengkan kepalanya pelan. Sejak kepergian Tin satu minggu lalu, sekalipun Pavel tidak pernah terlihat keluar dari kamarnya lagi. Tin di bawah oleh Sailub malam itu, dan entah apa yang terjadi selanjutnya. Sebab sejak saat itu, mereka sudah tidak menemukan jejak Tin lagi, kemungkinan besar mereka sudah mengeksekusi dan menyeret tubuhnya mengelilingi sepanjang jalan Ghost Hole untuk memperlihatkan kepada semua penghuni Ghost Hole jika Krittin Tunner sudah tewas, yang itu berarti Tunner Families sudah tidak ada lagi, sebelum mayatnya di buang begitu saja di Gosht Hole.

Namun, di pagi hari mereka cukup di kejutkan oleh kabar dari Sami jika saat ini nyonya Naret dan nyonya Britt sedang berada di kliniknya untuk mendapatkan perawatan intensif karena luka parah di sekujur tubuh. Terlebih nyonya Britt yang kondisi tubuhnya cukup parah bahkan masih terbaring dan belum siuman hingga sekarang.

"Aku sungguh khawatir padanya." Nyonya Madeline mencengkram keranjang yang di penuhi buah bluebery liar yang ia petik dari pinggiran hutan yang menjalar di batang pinus. Kata Tin, Pavel sangat menyukai buah itu.

"Ibu bisa melihatnya," balas Vee dengan tangan terulur, memutar gagang pintu dan sedikit mendorongnya dengan perlahan.

Sangat bersedih saat mendapati Pavel yang masih terbaring memeluk bantal guling membelakangi pintu masuk kamarnya, guling yang dipakaikan kemeja milik Tin. Mereka merasa jika pria itu hanya akan bisa tertidur dengan cara seperti itu, bahkan tidak hanya bantal guling saja yang dipakaikan kemeja Tin tetapi, bantal kepalanya juga. Pria itu tidur sambil membenamkan wajahnya di permukaan bantal agar bisa menghirup aroma Tin. Semua baju milik Tin pun terlihat berserakan di mana-mana, begitu juga aroma parfum milik Tin yang ia semprotkan hingga memenuhi ruangan tersebut, seolah tidak ingin  menghirup aroma lain di dalam kamarnya selain aroma kekasihnya.

Pavel yang tidak bisa tidur tanpa pelukan Tin benar-benar melakukan hal gila itu, hingga mereka tidak perlu bertanya lagi bagaimana sakit dan pedihnya hati Pavel saat ini. Napasnya terdengar teratur dan halus tetapi, isakan panjang sesekali terdengar, pria itu menghabiskan waktunya untuk menangisi kepergian Tin.

"Nak, apa kau tidak lapar?" tanya nyonya Madeline dengan nada lembut.

Duduk di pinggiran ranjang sebelum meletakkan sekeranjang buah di atas nakas. Amati Pavel dengan kesedihan hati. Terlebih saat tidak ada sahutan, tidak ada pergerakan, dan hanya diam membisu seperti tubuh yang tidak memiliki raga.

"Nak, Ibu membawa sekeranjang buah bluebery untukmu, Ibu juga sudah membuatkanmu Sfogliatella dengan isian ricotta yang lembut kesukaanmu. Atau kau menginginkan Arancini? Ibu akan membuatkannya untukmu, katakan pada Ibu, Nak. Apa yang ingin kau makan?" sambung nyonya Madeline yang masih menunggu dengan sabar di sisi tempat tidur.

Vee masih menunggu di ambang pintu dengan air matanya yang sejak tadi menetes sambil terus mengutuk tanpa henti. Entah siapa yang harus di salahkan atas semua yang sudah terjadi. Bahkan sampai sekarang pun ia masih sangat bersedih dan menyesali keputusan Tin yang lebih memilih untuk menyerahkan nyawanya sebagai pertukaran tanpa membicarakannya terlebih dulu kepada mereka.

"Ibu ...." panggil Pavel dengan suara yang terdengar sengau karena terlalu banyak menangis. Tubuhnya masih tidak bergerak sedikit pun, seolah tidak ingin jauh dari aroma Tin di bantalnya.

"Yah, Nak?"

"Aku ... merindukannya."

Air mata nyonya Madeline luruh tanpa suara, tangannya terulur ke depan dan mengusap punggung Pavel yang kini sesegukan, menangis sambil membenamkan wajahnya di bantal. Ia benar-benar tidak berdaya, sakitnya begitu luar biasa hingga ia tidak bisa memikirkan bagaimana cara untuk menguatkan dirinya sendiri, tak bisa memikirkan cara untuk tetap hidup dan bernapas dengan baik seperti keinginan Tin, pria itu berhasil merubahnya menjadi seseorang yang paling menyedihkan.

For HIMWhere stories live. Discover now