CHAPTER 24

682 84 11
                                    

"Baiklah, aku akan mengantarmu," ucap Tin.

Pavel menatap Tin dengan kedua mata berkaca, rahangnya mengatup keras dengan napas yang semakin sesak. Bahkan sampai akhir pun Tin masih tidak mengatakan apa pun, pria itu juga tidak terlihat berusaha untuk membujuk dan membuat perasaannya jauh lebih baik seperti apa yang selalu ia lakukan. Apa berada di Sleepy selama dua hari bisa membuat semua perasaan Tin jadi berubah?

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Pavel berjalan keluar pondok dengan Tin yang masih mengikuti langkahnya. Dan setelah mobil melaju tinggalkan kawasan rumah Benz, suasana di antara mereka pun tidak ada yang berubah. Hening masih menyelimuti, baik Tin ataupun Pavel, tidak ada yang bersuara. Tidak peduli dengan rasa bosan dan lelah karena jauhnya perjalan. Bahkan saat mobil berhenti di sebuah persinggahan untuk beristirahat setelah menempuh dua jam perjalan, masih tidak merubah situasi di antara mereka.

Pavel yang masih merasa marah atas apa yang sudah terjadi lebih memilih untuk tetap duduk diam di dalam mobil, sedang Tin yang sejak tadi tidak mendapatkan respon apa pun dari Pavel, memilih keluar dari mobil untuk mengurangi rasa lelah di tubuhnya sambil menghisap beberapa batang rokok dengan pikiran yang semakin kacau tidak karuan. Keterdiaman Pavel adalah hal yang sangat menyakitkan baginya, dan mengapa otaknya menjadi lumpuh karena tidak tahu harus melakukan apa untuk membuat pria itu mau berbicara lagi padanya.

Beberapa menit berlalu, setelah di rasa cukup. Tin kembali masuk ke dalam mobil dan duduk terdiam hingga beberapa detik. Pria itu menarik napas kuat sebelum melepaskannya dengan perlahan, bahkan ia terus melakukan itu hingga berulang kali, dan saat ia merasa jauh lebih baik, Tin mengalihkan pandangan ke arah Pavel yang masih duduk menyenderkan tubuhnya sambil memejam, padahal ia tidak tidur.

"Apa kau tidak lapar?" tanya Tin lembut, meraih telapak tangan Pavel, mengecupnya lembut sebelum di genggamnya erat, "bagaimana jika kita makan dulu?" sambungnya.

Sedang Pavel masih diam dan tidak meresponnya sedikit pun. Hingga beberapa menit berlalu saat Tin merasa jika sudah tidak bisa melakukan apa pun lagi untuk membuat Pavel bersedia berbicara dengannya. Pria itu membuatnya tidak memiliki pilihan lagi sekarang selain menceritakan semua yang sudah terjadi dengannya dan juga keluarganya di Sleepy. Ia juga berharap, dengan menceritakan semuanya kepada Pavel bisa membuat perasaannya jauh lebih baik.

"Sekomplotan orang tidak di kenal telah menyerang rumah dan menghancurkan perkebunan milik keluargaku di Sleepy," ucap Tin dengan nada setenang mungkin. 

Pavel yang sejak tadi hanya diam tak berbicara bahkan tak mau menatapnya sedikitpun mulai bereaksi. Pria itu membuka kedua matanya secara perlahan, dan membalikkan badan menghadap ke arah Tin yang terlihat lebih tenang, meski kesedihan terlihat jelas matanya.

"Tidak hanya menghancurkan perkebunan dan peternakan, mereka juga menculik Paman, Bibi, dan Vee," sambung Tin yang terlihat berusaha keras menahan sesuatu yang membuatnya napasnya semakin sesak.

"Lalu? Kau berhasil menemukan mereka?" tanya Pavel penuh harap sambil terus menggenggam telapak tangan Tin.

Tin kembali menarik napas kuat dan dalam sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku hanya menemukan mayat Paman Meirion di Ghost Hole," balas Tin dengan suara yang bergetar.

"Oh Tuhan, aku turut berduka. Lalu bagaimana dengan Bibi Britt dan Vee?"

"Aku dan Benz ...." Tin merasa kesulitan untuk melanjutkan kalimatnya kali ini, dan hanya bisa tertunduk sambil berusaha keras agar tidak menangis, sebab sejak kejadian itu Tin tidak pernah mengeluarkan air mata sedikit pun, meski rasa sakit menyiksanya.

Melihat itu, Pavel lekas mendekat dan menangkup wajah Tin sebelum mengusapnya lembut, ia tahu jika pria itu akan menangis. Bahkan tanpa mengatakan apa pun lagi, Pavel sudah bisa menebak jika mereka masih belum mengetahui keberadaan nyonya Britt dan Vee saat ini. Dan pertanyaan lain yang ada di dalam kepala Pavel sekarang adalah, siapa kelurga Meirion sebenarnya, dan mengapa mereka bisa di serang oleh sekomplotan orang tidak di kenal, kesalahan apa yang sudah mereka lakukan hingga anggota keluarganya sampai diculik bahkan di bunuh. Apa mereka salah satu marga yang tergabung dalam komplotan mafia atau gangster? Jika memang itu benar, mungkin ia tidak perlu mempertanyakan lagi, kenapa kekasihnya bisa memiliki barang-barang ilegal itu di pondoknya.

For HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang