CHAPTER 51

596 92 17
                                    

"Ayah dan Ibu sangat mencintaimu, Nak."

"Apa Ayah dan Ibu akan selalu bersamaku?"

"Tentu saja, Nak."

"Selamanya?"

"Yah, selamanya."

...

DOR ...!

"Ayah ... jangan sakiti Ayah, BERHENTI! Tolong berhenti ... Ibu ... Ayah ... tidak bergerak lagi ...."

"TIDAK! BERHENTIII! Aku mohon ... BERHENTI!"

"Menjauh dari sana!" 

"JANGAN SAKITI IBUU!" 

"Anakku, menjauhlah ... Ibu mohon ...."

"Ibu ... apa yang terjadi, apa kita sudah membuat kesalahan? Mengapa mereka membunuh Ayah? Mengapa mereka menyakitimu? Siapa mereka?" 

"Sayang ... pergi dari sini sekarang."

"Tapi aku ingin bersama Ayah dan Ibu."

"Ibu mohon ...."

"Tidak, bukankah Ayah dan Ibu sudah berjanji, kita akan bersama selamanya? Kenapa Ibu menyuruhku pergi, dan Ayah ...."

"Ayahmu sudah pergi ...."

...

"Sebenarnya apa yang terjadi denganku? Tidak, dengan perasaanku. Selama beberapa minggu ini aku selalu merasa terganggu dengan perasaanku sendiri."

"Apa yang terjadi?" 

"Aku selalu merindukanmu tapi, rasanya sangat berbeda. Akhir-akhir ini aku merindukanmu hingga ingin menangis, terkadang aku juga merasa marah karena tidak bisa berhenti merindukanmu, apa aku ... menyukaimu?"

"Aku juga merasakan hal yang sama seperti Anda, jantungku akan berdegup lebih cepat dari biasanya, aku akan merasakan kesedihan ketika sedang merindukan Anda, dan terkadang aku juga merasa marah jika sangat merindukan Anda, dan setelah aku memahaminya, akhirnya aku tahu, jika perasaan tidak nyaman ini karena aku menyukai Anda." 

"Aku jatuh cinta padamu, aku menyukaimu, Tin."

"Apa kita akan selalu bersama?"

"Yah, mari selalu bersama dalam waktu yang lama."

...

 "Kau hanya memiliki dua pilihan, menyerahkan Pavel atau dirimu sendiri sebagai jaminan."

"Tin akan menyerahkan nyawanya padaku untuk menggantikan nyawa ibumu."

 "Tidak ada jalan lain lagi. Kau akan segera bertemu nyonya Naret, dan kehidupanmu akan kembali membaik, bukankah kau sangat merindukannya?"

"Nyawamu akan menghentikan perseteruan kita."

"Bukan ini yang aku inginkan ... bukan ini yang aku mau ... tolong jangan pergi dariku, Pa ... jangan seperti ini, Papa ...."

...

Air mata Tin menitik begitu saja, saat kenangan demi kenangan dari masa lalu hadir di dalam mimpinya, ia kembali melihat tubuh ayahnya yang tergeletak di atas lantai berlumuran darah, berganti dengan bayangan dirinya yang berada di dalam pelukan hangat Pavel, ia juga bisa mendengar manisnya ungkapan cinta dari pria itu, saling mengucap janji jika mereka akan hidup bersama dalam waktu yang lama, sebelum kenangan indah itu kembali berganti dengan satu kesepakatan. Ia akan menyerahkan nyawanya demi menyelamatkan nyawa orang-orang yang ia kasihi. Semua hadir dan terasa mencengkram jiwanya hingga menguasai separuh dari emosi yang mengacaukan pikirannya. Terbangun dengan napas yang tersendat-sendat dan mata yang terbuka lebar, cukup lega karena mendapati Pavel yang masih terlelap di dalam pelukannya.

For HIMWhere stories live. Discover now