CHAPTER 8

671 71 5
                                    

"Mari berhubungan seks," sambung Pavel melangkah mendekati Cliodhna dengan parlahan.

Pavel yang terlihat sangat serius dengan permintaannya benar-benar tidak memberikan Cliodhna kesempatan untuk berbicara banyak. Ia meraih pinggang wanita itu dan di tariknya hingga menempel pada tubuhnya, bersamaan dengan jemarinya yang mulai membuka kancing kemeja wanita itu satu demi satu secara perlahan.

"Pew ...."

"Tenanglah, aku akan melakukannya selembut mungkin," potong Pavel yang tak memiliki niat sedikit pun untuk menghentikan aksinya, meski sudah melihat kepanikan di wajah Cliodhna yang mulai memucat, terlebih saat lengan Pavel semakin erat melingkar di pinggangnya seolah tidak ingin memberikannya kesempatan untuk pergi.

"T-tapi ...."

"Kau tidak menginginkannya?" tanya Pavel dengan senyum menawannya yang menggoda hingga membuat Tin yang melihatnya semakin sesak napas. Padahal jika di pikir lagi, bukankah ia sudah sangat terbiasa melihat adegan seperti itu, adegan di mana Pavel mencumbu, mencuim, dan memeluk wanita yang berbeda-beda di hadapannya, tapi ada apa dengan hatinya sekarang yang diam-diam merasakan sakit saat melihat itu.

Lalu bagaimana dengan Cliodhna yang jelas merasakan hembusan napas beraroma mint keluar dari mulut Pavel yang semakin dekat dan terasa hangat menggelitik wajahnya. Jantungnya berdetak tak karuan dan lebih cepat dari biasanya. Ada rasa bahagia, sekaligus gugup dan takut yang bercampur aduk menjadi satu hingga merasa ada ribuan kupu-kupu di dalam perutnya. Bisa berada di dalam pelukan Pavel adalah hal yang sangat ia sukai tapi, tidak dalam situasi seperti sekarang. Bagaimana bisa Pavel memiliki pemikiran dan keinginan untuk menidurinya di tempat itu, tepat di hadapan bodyguard-nya, lalu bagaimana jika nyonya Naret melihat itu.

Cliodhna semakin panik, terlebih saat Pavel berhasil membuka semua kancing kemejanya. Mulai menghirup aroma segar dan manis di ceruk lehernya begitu juga dengan tangan lainnya yang mulai mengusap lembut bahu polosnya, ia bahkan bisa merasakan sensasi luar biasa yang membuat sekujur tubuhnya merinding tapi, bukan itu yang ia harapkan, bukan perlakuan semacam itu yang ia inginkan dari Pavel. Ia menyanyangi dan menyukai pria itu tapi, bukan berarti ia akan menyerahkan tubuhnya begitu saja, terlebih ia masih perawan dan selama ini ia tidak pernah mendapat perlakuan intim dari orang lain seperti yang sedang di lakukan Pavel padanya sekarang.

"Tolong ... berhenti," pinta Cliodhna dengan suara bergetar, hingga membuat Pavel yang tengah bermain di ceruk lehernya menyadari jika saat ini Cliodhna sedang menangis.

Pavel yang sadar jika sudah melakukan sesuatu yang membuat Cliodhna ketakutan lekas menghentikan aksinya, pria itu menangkup wajah pucat Cliodhna dengan kedua ibu jarinya yang mengusap air mata wanita itu. Merasa sangat menyesal karena tidak mampu mengontrol amarah dan kekesalan hatinya, ia juga tidak pernah bermaksud melakukan hal tidak senonoh seperti itu kepada Cliodhna, terlebih ia sangat menyayangi wanita itu tapi, entah mengapa saat ini ia benar-benar sangat marah hingga tidak bisa berpikir jernih lagi.

"Bukan ini yang aku inginkan," ucap Cliodhna terisak. Hingga dalam waktu beberapa detik saja, tubuhnya sudah berada di dalam pelukan erat Pavel.

Tin yang melihat semuanya, merasa jika tidak seharusnya dia di sana. Memang apa yang ia harapkan, apa yang akan terjadi jika ia terus di sana? Apa semua akan berubah seperti apa yang ia inginkan? Mustahil, ia tidak memiliki hak untuk menghentikan itu. Hingga ia akhirnya memilih untuk pergi tanpa sepengetahuan Pavel yang lekas membuka jas yang ia kenakan untuk menutupi sebagian tubuh Cliodhna yang kini polos atas ulahnya sendiri.

"Maafkan aku," bisik Pavel berusaha meredakan tangis Cliodhna dengan terus memeluknya erat. "Aku juga tidak menginginkan ini," sambungnya.

Sedang di sebuah ruang keluarga.

For HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang