CHAPTER 6

804 77 10
                                    

"Anda salah besar, Tuan muda. Bahkan aku yang sudah merasakannya terlebih dulu."

Tin mengusap rambut Pavel lembut dan kembali mengecup pucuk kepalanya saat merasa jika Pavel sudah tertidur sambil memeluknya. Meski demikian, ia masih tidak ingin melepaskan diri, entah karena perasaan nyaman atau merasa jika Pavel yang tidak akan membiarkannya pergi. Ia cukup mempedulikan hal itu untuk sekarang, sebab cara itu akan mempermudah semua jalan dan keinginannya untuk membuat Pavel tidak bisa hidup tanpanya, itulah tujuan utamanya.

 "Apa yang harus aku lakukan, Tuan muda? Anda selalu saja membuatku kesulitan," ucapnya menatap wajah pria yang tengah meringkuk di dalam pelukannya. 

Wajah yang terlihat cantik dan nyaris sempurna, memiliki tubuh yang tinggi, ramping dengan kulit putih bersih, meski Pavel adalah seorang pria tapi, mengapa ia selalu merasa jika Pavel jauh lebih menarik di bandingkan banyak wanita yang mengejarnya di luar sana. Bahkan ia mulai berpikir, apa karena Pavel hingga ia mengabaikan banyak wanita yang ingin berkencan dengannya, termasuk Vee. Gadis yang selalu ia kagumi dan sayangi sejak dulu.

"Mustahil," gumam Tin mulai bergerak dengan sangat hati-hati sambil memindahkan lengan Pavel yang sejak tadi melingkar di pinggangnya sebelum beranjak dari pembaringannya.

Ia tidak ingin berpikir terlalu banyak. Yang ia tahu, perasaan ingin selalu bersama Pavel hanya karena ia merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga pria itu dengan sangat baik, bukan karena ia menyukai ataupun tertarik padanya, itulah yang ia tekankan dalam hati dan pikirannya. Ia pria normal, begitu juga dengan Pavel. Dan ia rasa adalah hal yang wajar jika tak ingin melihat pria itu bersedih atapun menangis.

"Haruskah aku mengajak Vee untuk berkencan?" 

Tin yang sejak tadi terus berdebat dengan pikirannya sendiri, terlihat beranjak dari pinggiran tempat tidur dan mulai membersihkan semua kekacauan yang di buat oleh Pavel. Ia mulai membersihkan ruangan itu dan memindahkan semua barang-barang yang di buang Pavel secara sembarangan. Hingga beberapa menit berlalu, saat waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi, dan Pavel masih terlelap. Ia masih memiliki waktu sekitar dua jam lagi untuk mempersiapkan semuanya sebelum Pavel terbangun, sarapan, dan bersiap untuk ke kantor.

Tiga jam berlalu. Saat Pavel terbangun dari tidurnya, dan hal pertama yang ia lihat lewat kedua matanya yang masih mengantuk adalah sosok sang bodyguard yang tengah duduk di sofa sambil menatapnya. Dan entah mengapa ia selalu merasa tenang saat mendapati pria berwajah datar itu di sampingnya.

"Aku semakin yakin, jika kau benar-benar menyukaiku," ucap Pavel dengan suara serak, sedang seluruh tubuhnya masih terbungkus selimut, dan hanya menyisahkan kepalanya saja, hingga terlihat seperti seekor kepopompong.

"Selamat siang, Tuan muda." 

"Siang? Jadi sekarang sudah siang?"

"Ya, Tuan."

"Kenapa tak lekas membangunkanku?" Pavel lekas beranjak dari pembaringannya dan duduk sambil mengucek kedua matanya, tanpa berniat untuk turun dari tempat tidurnya.

"Anda tidur cukup nyenyak kali ini, aku tidak tega membangunkan Anda," balas Tin sebelum beranjak dari duduknya, "Anda bisa membersihkan diri, aku sudah menyiapkan semuanya," sambungnya.

"Hmm," angguk Pavel pelan, menatap punggung lebar Tin yang tengah berjalan menuju pintu kamarnya.

Ia juga tidak tampak heran ketika melihat keadaan kamarnya yang sudah sangat rapi seperti semula, melihat setelan jas, aksesoris, dan sepatu yang sudah di siapkan Tin untuk ia kenakan nanti. Pria itu memang selalu melakukan hal itu untuknya, hingga ia mulai berpikir apa sebaiknya Tin manjadi babysister-nya saja. Sebab pria itu lebih pantas menjadi seorang pengasuh.

For HIMWhere stories live. Discover now