CHAPTER 47

671 90 17
                                    

Usai melakukan ritual, mereka lanjut berendam ke dalam bathtub yang sudah di penuhi busa dan kelopak mawar merah. Sejak kembali ke pondok, Tin tidak pernah membiarkan Pavel untuk mandi seorang diri meski pria itu sebenarnya sudah bisa melakukannya sendiri, dan tidak hanya itu, Pavel juga tidak di perbolehkan melakukan aktifitas apa pun yang bisa memicu rasa lelah dan capek pada tubuhnya, hingga semua larangan Tin membuatnya merasa jika ia hanya di ijinkan untuk makan, buang air dan bernapas saja.

"Sami akan menghajarku jika mengetahui ini," ucap Tin, membersihkan busa yang masih tersisah di punggung Pavel dan mengusapnya dengan lembut.

"Apa yang sudah kau lakukan?"

"Membuatmu bekerja keras untuk memanjakannya," balas Tin dengan pandangan yang turun ke bawah, tepat pada kejantanannya yang masih saja mengeras dan itu cukup membuatnya lelah.

"Aku tidak bekerja keras untuk melakukannya."

"Tapi tetap saja itu membuatmu lelah."

Pavel menyandarkan tubuhnya di dada Tin yang lekas menyambutnya dengan pijatan lembut di dadanya, pijatan dan sentuhan yang cukup bisa membuat Pavel mengerang di tenggorokan, terlebih saat Tin mulai mengusap papilla-nya seolah tidak pernah merasa bosan sedang pria itu selalu melakukannya tiap malam, menghisap dan bermain di sana sesuka hatinya.

"Di banding harus melihatmu terus meringkuk di balik selimut sambil menahan birahi, aku pikir dengan sedikit mengeluarkannya akan membuatmu jauh lebih baik." 

Ah, tapi ini masih sangat kurang.

Tin kembali mengecup leher Pavel sebelum menghisap permukaan kulit lembut itu hingga meninggalkan bekas merah lagi di sana.

"Papa meninggalkan bukti baru lagi di sana?" tanya Pavel, padahal bekas memerah sudah hampir memenuhi area dada, perut, dan kedua paha bagian dalam.

"Aku tidak tahan lagi." Tin mulai merengek sambil memeluk tubuh Pavel, membiarkan Pavel menyentuh kejantanannya yang masih saja mengeras.

Pavel menghela napas pelan, "Ayolah, Ibu sudah menunggu kita," bujuknya menangkup wajah Tin, seolah ingin mengatakan "Bisakah kau bertahan sedikit lagi?" kepada pria yang mendadak jadi sangat manja itu.

Terlebih saat mereka mendengar suara mesin roda empat di halaman pondok, dan mereka bisa menebak jika ada tiga mobil yang terparkir di sana, itu berarti semua sudah datang untuk acara makan malam bersama di tepi danau, dan yang ada di dalam pikiran Pavel adalah mereka akan melakukan piknik lagi dengan di temani api unggun, red wine, daging sapi panggang lada hitam, camilan manis dan buah lainnya. Bahkan membayangkannya saja sudah membuat Pavel bersemangat hingga ingin bergegas keluar dari bathtup untuk bersiap keluar.

"Papa akan memakai baju itu, kan?" tanya Pavel menunjuk ke arah paperbag di atas tempat tidur.

"Tentu, jika Tii-rak yang memberikannya, aku akan menyukainya. Ini sangat ...." 

Tin berhenti berbicara saat mengeluarkan sepasang baju kaos berwarna merah muda dari dalam paperbag dengan motif cartoon anjing dan kucing. Terlihat menarik napas kuat sambil menatap baju sepasang itu yang memang terlihat manis jika di pakai oleh Pavel, karena kekasihnya memang memiliki wajah yang cantik tetapi, tidak dengannya. Bahkan hanya dengan melihat warnanya saja sudah membuatnya sakit kepala. Itulah alasannya kenapa ia tidak pernah menyukai warna apa pun selain hitam.

"Aku tidak pernah melihatmu memakai baju berwarna lain selain hitam, di lemari pun hanya di penuhi pakaian berwarna hitam. Dan malam ini aku menginginkanmu memakai kaos berwarna merah muda ini," ucap Pavel, mengambil selembar kaos yang sama untuk di pakainya terlebih dulu, dan itu memang terlihat sangat bagus untuknya.

For HIMWhere stories live. Discover now