ch 18

9.4K 757 69
                                    

JANGAN LUPA VOTE.

HAPPY READING!



Sebuah mobil dan motor terparkir bersamaan di halaman depan mansion De Orlando. Dari mobil keluar sosok jangkung —Edgar, pria itu berlari meninggalkan kembarannya tanpa menunggu Liona yang kesusahan membuka helmnya.

Edgar berdiri mematung melihat keadaan mansion yang sudah porak-poranda.

Liona menepuk bahu Edgar, membuat pria itu menatapnya.

"Semuanya hancur." Ucap Edgar menatap kosong kembarannya.

"Fokus Ed! Kita di sini untuk Alvias."

"Lalu bagaimana dengan daddy, kakak dan keponakan kita, Na? Seburuk-buruknya mereka, mereka tetap keluarga kita."

Liona memutar bola matanya malas. "Terserah, aku akan mencari Alvias sendiri." Melengos pergi meninggalkan Edgar.

"Na, tunggu!"

Edgar menahan pergelangan tangan Liona, membuat wanita itu menghentikan langkahnya.

"Maafkan aku, ayo kita cari Alvias bersama-sama." Ajak pria itu. Wajahnya terlihat kusut.

Liona menghela nafas kasar. Sebenarnya dia juga khawatir dengan keluarganya, namun setelah dia mengetahui sebuah rahasia, yang selama ini keluarga nya sembunyikan. Dia benar-benar kecewa.

Bodohnya dia dan kembarannya yang tidak tahu menahu soal rahasia itu, ternyata ikut terlibat.

"Ed, berjanji padaku setelah ini kau jangan memikirkan keluarga kita lagi. Ingat kebusukan wanita itu, dan pengkhianatan nya kepada keluarga kita."

Edgar mengangguk ragu-ragu. Kedua twins itu berjalan hati-hati memasuki mansion yang sudah hancur berantakan.

Pemandangan di mansion De Orlando berubah menjadi sangat mengerikan, banyak mayat penjaga dan maid yang tergeletak di mana-mana, darah terciprat hingga ke dinding, pecahan kaca di lantai berserakan hingga kedua twins itu harus berhati-hati ketika berjalan, jika tidak hati-hati kaki mereka bisa terluka karena menginjak pecahan kaca.

"Sepertinya lift masih berfungsi."

Jari wanita itu menekan tombol lift berkali-kali. Hingga pintu lift terbuka. Wanita itu menoleh pada Edgar di belakangnya.

"Disini atau ikut aku ke atas, Ed?" Tanya Liona.

"Ikut."

Edgar berlari kecil, masuk lebih dulu ke dalam lift, membuat Liona geleng-geleng kepala. Ada-ada saja tingkah kembarannya.

Waktu dia berlari kecilnya itu loh, cuu banget.

Liona ikut memasuki lift, jarinya menekan tombol tiga untuk naik ke lantai tiga.

Setelah tiba di lantai tiga, pintu lift terbuka. Dan lagi-lagi pemandangan pertama yang mereka lihat adalah mayat-mayat para bodyguard dan maid.

Dengan hati-hati, Edgar dan Liona keluar dari lift.

"Benar-benar pembantaian." Gumam Liona. Matanya menatap sekeliling yang benar-benar sudah berantakan.

"Na, kita cari satu persatu ke seluruh ruangan. Siapa tau Alvias ada di salah satu ruangan itu." Perintah Edgar langsung di angguki oleh Liona.

Mereka tidak tahu saja, jika sang Atma yang tengah mereka cari, saat ini telah kembali kepada keluarga kandungnya.

Keduanya berjalan berlawanan arah, satu persatu pintu ruangan di buka. Namun nihil, mereka tidak menemukan keberadaan Alvias maupun salah satu dari keluarga mereka.

destroying the grooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang