ch 9

16.9K 1.6K 72
                                    

JANGAN LUPA VOTE..



Seorang maid datang dengan membawa dot dan sebuah pacifier, mata Alvias berbinar-binar menatap dot itu.

"Di sini tidak ada bayi, untuk siapa dot dan pacifier itu?" Joseph. Kepala keluarga De Orlando membuka suara, memecah keheningan.

Maid itu sedikit menundukkan kepalanya. "Izin menjawab. Susu ini milik tuan muda Al."

Jawaban yang di berikan maid, membuat semua orang terheran-heran.

Maid itu memberikan dot dan pacifier nya kepada Edgar, lalu kembali ke belakang.

Edgar memasukkan nipple buatan itu pada mulut Alvias, yang sudah terbuka menunggu susunya sedari tadi. Alvias menerimanya dengan baik, ia menghisap susu itu dengan rakus.

"Hah? Yang benar saja, dia sudah berusia 18 tahun dan masih menggunakan itu? Menggelikan." Alex berbicara dengan nada sinis, membuat Rezvan ingin sekali meninjau wajah pongah pamannya itu. Dengan putra kandungannya sendiri dia berbicara se sinis itu? Untungnya Alvias tidak menghiraukan keributan yang mereka buat, dia sibuk meminum susu nya.

Edgar membuka suara, tanpa mengalihkan pandangannya dari Alvias. "Little space atau sindrom peter pan, dimana seseorang akan bersifat kekanak-kanakan padahal usianya sudah dewasa.

Seseorang yang mengidap sindrom peter pan bukan tanpa sebab, mereka cenderung memiliki trauma di masa lalu...masa kecil yang kurang bahagia dan orang yang memiliki masalah kesehatan pada mentalnya. Perilaku kekanak-kanakan yang di lakukan oleh para pengidap, merupakan bentuk coping mechanism (sistem pertahanan diri) dari stres atau suatu hal yang dapat mentrigger sisi little nya.."

Melirik semua anggota keluarga nya, melalui ekor mata.

"Dan kalian telah melakukan kesalahan fatal, dengan selalu menekannya, memberikan dia kekerasan verbal maupun nonverbal. Sekarang lihat? Kalian berhasil, mentalnya rusak."

Edgar menjelaskan dengan gamblang, kesel dia sama abang tolol nya yang tega menyiksa darah daging nya sendiri, hanya karena kejadian masa lalu, yang anak itu sendiripun tidak tahu.

Dan semuanya bertambah parah, setelah datangnya anak yang di adopsi oleh Tiffany.

"Dari mana kau mengetahui itu, Ed? Memang dasarnya saja anak sialan itu ingin mencari perhatian."

Edgar berdiri dari duduknya. "Aku seorang psikolog, jika kau lupa bang." Ucapan tajam Edgar membuat semuanya bungkam. Ah benar, mereka melupakan hal itu, Edgar seorang psikolog.

Mereka termenung, apa mereka benar-benar sudah keterlaluan?Mereka selalu menyiksa Alvias dan menyalahkan anak itu karena kejadian di masa lalu. Tidak memikirkan karena perbuatan mereka menyebabkan mental Alvias terganggu.

Edgar meninggalkan ruang tamu dengan Alvias yang tertidur di gendong nya, di ikuti oleh Liona di belakang.

Carlos tertawa sinis melihat mereka yang membisu, "Berani sekali para bajingan seperti kalian menginjakkan kaki di mansion ku, kalian lupa dengan apa yang aku katakan terakhir kali? Aku benar-benar akan menghancurkan seluruh keluarga kalian jika kembali menyakiti putra ku."

Carlos menatap Alex yang juga sedang menatapnya. "Dan terimakasih untuk tuan Alex atas persetujuan nya." Carlos menyeringai melihat Alex yang menegang.

Tiffany yang sedari tadi diam, mulai membuka suara. Dengan pede nya dia berkata, "Kak, kau tidak bisa mengambil hak asuh anak itu, karena kami orang tua kandungnya,"

"Orang tua yang menyiksa anak nya, hingga mentalnya rusak, iya." Timpal Carlos, membuat mereka semua benar-benar tidak bisa berkata-kata.

"Soal putra kalian itu, dia memang pantas mendapatkan nya. Dan ini baru permulaan, berdoa saja semoga putra kecilku tidak mempunyai dendam pada kalian, dan akan membalaskan nya suatu saat nanti."

destroying the grooveWhere stories live. Discover now