ch 7

16.7K 1.4K 16
                                    

"Udah lebih baik?"

Pipi Alvias bersemu samar, walaupun wajah itu tetap sama, datar tanpa ekspresi.

Alvias semakin menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher gadis itu, menyembunyikan rasa malunya karena menangis di hadapan orang asing.

"Maaf." Cicit Alvias.

Gadis itu terkekeh geli, "Gapapa. Kita juga manusia, jadi wajar bisa nangis kapan aja,"

"Kalo cape istirahat, jangan terlalu maksain diri, ujung-ujungnya nanti malah lo yang sakit." Lanjut gadis itu menasehati.

"Hn." Dan hanya di balas gumanan tak jelas oleh sang empu yang di nasehati.

"Arkhh! lo lucuu banget sii!" Kembali memeluk tubuh kecil itu dengan erat.

"Se-sak."

"Hehe sorry,"

Dengan kikuk gadis itu melepaskan pelukannya, berdehem pelan, mengulurkan tangannya ke hadapan Alvias yang masih menundukkan kepalanya dalam, menahan malu.

"Ekhem .., kenalin nama gue Amora,"

"Amora Tiara Lavendra." Kembali gadis itu menambahkan

Alvias tersentak, refleks kepalanya menoleh kesamping, menatap dalam mata gadis itu."Amora Tiara Lavendra, ya? Mengapa dia tidak sesuai dengan deskripsi di Novel?"

Amora Tiara Lavendra, Antagonis ke dua dari Novel key ours. Gadis itu mempunyai pribadi yang kasar, cuek terhadap sekitar, dan perkataan pedasnya yang selalu sukses membuat orang merasa sakit hati saat mendengarnya.

Amora selalu membully Protagonis wanita, alasannya tidak pernah di jelaskan di Novel. Amora adalah putri tunggal keluarga Lavendra.

Amora mati di pertengahan cerita karena Protagonis pria yang sudah jengah ketika melihat pujaan hatinya selalu di bully tanpa alasan yang jelas, Protagonis pria diam-diam memerintahkan beberapa anggota geng nya untuk membunuh Amora.

Dan karena meninggalnya Amora, keluarga Lavendra kehilangan putri tunggal sekaligus pewaris satu-satunya, membuat keluarga itu bangkrut.

Tak lama setelah meninggalnya Amora, ibu dan ayah gadis itu juga ikut menyusul putri satu-satunya mereka, dengan meminum sebuah racun.

"Lo ngelamun," Mencolek hidung kecil Alvias, membuat sang empunya tersadar dari lamunannya, "Hayo lagi mikirin apa? Parah banget gue ngajak kenalan di cuekin, orangnya malah asik ngelamun sendiri."

Gadis itu menukik kan alisnya tajam dan mengerucut kan bibirnya lucu. Membuat Alvias tanpa sadar tersenyum tipis, sangat tipis. Entahlah, dia merasa nyaman saat berada di dekat gadis ini. Seperti sudah mengenal lama.

Alvias membalas jabatan tangan gadis itu, "Alvias." Singkatnya, membuat Amora melongo.

"Udah, gitu aja?"

Alvias menatap Amora bingung, Memangnya bagaimana lagi?

Melihat ke terdiaman Alvias membuat Amora hanya bisa menghela nafas kasar.

Amora merogoh handphone di dalam tasnya, melihat jam di lockscreen handphone nya sudah menunjukkan pukul 19:57. Berarti sudah lebih dari dua jam ia menemani pemuda ini di taman.

"Bisa-bisanya gue lupa waktu, untung udah izin sama buna bakalan pulang telat." Batin gadis itu tak habis pikir

Amora mengedarkan pandangannya, suasana di taman sangat sepi, di tambah hari sudah mulai gelap, taman itu hanya di sinari oleh lampu kecil temaram.

Kembali menatap Alvias di sampingnya.

"Lo gak pulang?" Tanya Amora.

"Engg- OH ASTAGA!" Alvias berteriak keras membuat Amora terkejut.

destroying the grooveWhere stories live. Discover now