ch 13

11.8K 1K 18
                                    

Jangan lupa vote, biar Vy makin semangat buat lanjut nulis.

HAPPY READING \(๑╹◡╹๑)ノ♬



Alvias mengerjapkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil matanya. Alvias memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Berapa lama dia tertidur? Kenapa tubuhnya terasa berat sekali?

Alvias terdiam menatap sekelilingnya yang berwarna serba putih dengan aroma obat-obatan yang begitu khas. Ah ... lagi-lagi dia terbangun di rumah sakit. Sebenarnya, seberapa lemah tubuh ini?

Alvias berusaha untuk bangkit, namun tubuhnya terasa berat dan sangat sulit untuk di gerakkan. Jadinya dia hanya berbaring dan menatap kosong plafon rumah sakit.

Alvias benci keadaannya yang lemah seperti ini. Tubuh ini, Alvias tidak menyukainya. Apa dia mati lagi saja?

'Singkirkan pemikiran konyol mu itu, Bub.' Suara Shi menggema di dalam pikirannya.

Alvias tersentak kecil, saat akan membalas perkataan Shi. Tiba-tiba pintu terbuka, dan masuk seorang perawat wanita.

Tanpa ada sapaan atau sejenisnya, perawat itu berjalan ke arah brankar Alvias dengan gelagat aneh. Shi di alam bawah sadar Alvias merasa ada yang tidak beres dengan perawat wanita itu.

Alvias ingin mengatakan sesuatu, tetapi tenggorokan nya kering hingga membuatnya kesulitan untuk berbicara.

Perawat itu menyiapkan sebuah suntikan, lalu menyuntikan semua cairan itu kedalam infus, "M-maaf, tuan muda." Setelahnya pergi meninggalkan Alvias.

Alvias dengan bersusah payah, berusaha melepaskan infusnya. Sudah dia duga, perawat itu memasukan cairan aneh pada infusnya.

Brughh

Alvias jatuh dari atas brankar, tubuhnya seperti terbakar dan dicabik-cabik. Alvias memuntahkan seteguk darah dari mulutnya.

'Al, biarkan aku yang mengambil alih!'

Telinga Alvias berdengung, pandangannya mulai memburam, nafasnya tercekat dan kembali memuntahkan darah.

'AL! KAU MENDENGAR KU? ALVIAS!' Shi berteriak dengan panik saat Alvias mulai kehilangan kesadarannya.

'BRENGSEK! AKU AKAN MEMBUNUH JALANG ITU. AL JANGAN TUTUP MATAMU! IZINKAN AKU KELUAR! AL!'

Shi bimbang, apa dia harus memaksa keluar? Tapi hal itu akan semakin membuat Alvias kesakitan, saat jiwa nya di paksa tertidur di alam bawah sadarnya dan di gantikan oleh kepribadian nya yang lain. 'Damn it!'

"ASTAGA ALVIAS! APA YANG TERJADI!"

Carlos. Pria itu menghampiri Alvias lalu membaringkan tubuhnya di atas brankar, lagi-lagi dia menemukan Alvias dalam keadaan kacau.

Alvias terbatuk-batuk, darah masuk ke dalam hidungnya. Tenggorokan nya panas.

"APA YANG KALIAN LIHAT? CEPAT PANGGIL DOKTER SIALAN!"

Carlos berteriak murka, membuat para bawahannya bergetar ketakutan dan berlarian mencari dokter.

"Al, dengar suara papa? Bernafas lewat mulut saja, tarik nafas pelan-pelan lalu hembuskan." Pria itu dengan telaten membersihkan wajah Alvias yang di penuhi oleh darah dengan tisu.

"In—kkgh."

Suara Alvias tercekat di tenggorokan, jadi dia hanya mampu memberi kode pada Carlos melalu ekor mata yang melihat bergantian antara kantong infus dan tangannya.

Carlos yang paham, segera mencabut selang infus yang masih tertancap pada punggung tangan Alvias, walaupun sempat terjatuh dari brankar, infus itu tidak terlepas.

"Sialan, dimana Dokter nya."

***

Beralih ke tempat lain, di lorong sepi rumah sakit. Terdapat dua Atma yang saling berhadapan.

"Apa yang ingin kau katakan? Cepat sedikit, kau membuang-buang waktu ku."

Si gadis hanya menundukkan kepalanya, tidak berniat menjawab pertanyaan dari lawan bicaranya.

Pemuda itu —Rezvan— berdecak kesal, dengan sengaja menyenggol bahu gadis di depannya hingga terjatuh. Si gadis mulai terisak, tetapi Rezvan memilih abai dan melanjutkan langkahnya.

"K-kak, kaki key .. hiks kaki key sakit."

Gadis itu —Keyla— sengaja menghadang Rezvan dengan dalih ada sesuatu hal penting yang ingin di bicarakan. Akan tetapi setelah Rezvan menunggu beberapa saat, gadis itu tidak membuka suaranya. Rezvan yang jengah, dengan sengaja menyenggol bahu keyla dan akan pergi meninggalkan gadis itu. Tetapi perasaan Rezvan tidak sekuat itu mendorong nya hingga membuat gadis itu terjatuh.

"Hiks kak Van jahat, bantu key berdiri dulu. Hiks, kaki key sakit. Ke key bilangin Daddy, hiks. Kak Rezvan nakalin key." Kedua mata gadis itu berlinang air mata, menatap Rezvan dengan mata berkaca-kaca nya berharap Rezvan iba.

Rezvan berbalik, wajah pemuda itu menggelap. Berjongkok di hadapan Keyla lalu mencengkeram kuat dagu gadis itu hingga memerah. "Tutup mulutmu jalang, bisa saja sekarang juga aku membunuh mu! Dari semua masalah ini, kau yang memulainya. Jika terjadi sesuatu pada Alvias, kau yang lebih dulu aku cari."

Rezvan menghempaskan wajah gadis itu, hingga tertoleh ke samping. Kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Keyla yang masih cosplay menjadi suster ngesot.

Tanpa pemuda itu sadari, diam-diam gadis itu tersenyum miring menatap punggungnya yang semakin menjauh.

"Apa yang menjadi milikku, selamanya akan terus menjadi milikku. Batu penghalang seperti dirinya memang pantas di singkirkan."

***

Kembali ke sisi Carlos, wajah pria itu menggelap saat mendengar penjelasan dari Dokter beberapa saat yang lalu.

"Sebelumnya saya minta maaf tuan. Tuan muda Alvias terkena racun VX (Venomous agent X). VX adalah racun yang paling kuat dari semua jenis racun saraf. Bahkan bila dibandingkan dengan sarin atau GB, VX dianggap jauh lebih mematikan ketika masuk lewat penyerapan kulit dan juga bila dihirup—

Semua racun saraf (termasuk VX -red) bekerja dengan cara mencegah berfungsinya enzim yang mengatur fungsi 'berhenti' pada kelenjar dan otot tubuh. Tanpa ada fungsi berhenti maka seluruh kelenjar dan otot terus menerus terstimulasi," dokter itu sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya, namun melihat tatapan tidak mengenakan dari Carlos, dengan keringat sebiji jagung dia melanjutkan ucapannya.

"Pada tahap keracunan awal gejala yang bisa muncul mulai dari pusing, sesak dada, mual, berkeringat, hingga penglihatan yang kabur. Lama-kelamaan karena seseorang yang terpapar akan meninggal karena kelelahan sulit untuk bernapas."

Kedua tangan Carlos mengepal kuat di sisi tubuh. "Apa ada penawar untuk racun itu?" Carlos bertanya dengan gelisah.

"Ada obat penawar racun VX, hanya saja penanganannya perlu diberikan dengan cepat. Paparan terhadap 0,01 gram atau kurang dari setetes VX saja sudah cukup mematikan untuk orang dewasa. Dan tuan muda Alvias menerima banyak sekali cairan berbahaya itu."

Carlos menendang sofa hingga terlempar jauh dari tempatnya, pria itu menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Carlos berusaha menahan diri agar tidak terbawa emosi, keselamatan Alvias yang paling utama saat ini. Tetapi ingatkan Carlos untuk membunuh bajingan yang telah bermain-main dengan permata nya dan bodyguard yang tidak becus menjaga Alvias juga tentunya.

Terlihat Carlos sedang menelfon seseorang, dan memerintahkan nya untuk segera ke rumah sakit tempat Alvias di rawat.

Tanpa tahu jika Alvias sudah sadar dan pupil matanya tergantikan menjadi semerah darah. Kedua netra kelamnya menyiratkan niat membunuh yang sangat kuat.

_______________________

destroying the grooveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang