ch 4

22K 1.6K 45
                                    

Di sepanjang perjalanan, Alvias hanya diam. Rezvan sudah berkali-kali mengajak anak itu untuk berbicara. Tetapi di abaikan.

Tak berselang lama, mobil BMW i8 yang mereka tumpangi sudah memasuki arena mansion. Alvias menganga untuk sesaat tak percaya melihat bangunan megah di hadapannya. Dia menatap sayu ke samping dimana Rezvan berada.

"Tidak ingin keluar?"

Mata sayu itu berkedip lucu, kemudian merentangkan tangannya meminta di gendong.

Sepertinya, Alvias melupakan satu hal.

Rezvan mengulum senyumannya, dengan senang hati Rezvan menggendong Alvias ala koala. "Manja." Ejek nya.

Alvias kesal, mengigit keras leher Rezvan.

"Aaghh, kenapa menggigit ku adik?" Wajah Rezvan memerah, memperlihatkan ekspresi kesakitan.

Alvias tidak menjawab, malah semakin menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Rezvan.

Menghela nafas, Rezvan kembali melanjutkan langkahnya, mereka tiba di ruang tamu, Carlos sudah tiba lebih dulu. Rezvan duduk dengan Alvias yang masih di gendongan nya.

"Kenapa dengan Alvias, Van?" Tanya Carlos penasaran, karena biasanya Alvias selalu menolak jika di gendong atau di pangku.

Rezvan menggeser sedikit kepalanya, memperlihatkan lehernya yang kini tercetak jelas bekas gigitan. Melemparkan senyum mengejek.

Carlos mendatarkan wajahnya, perempatan imajiner muncul di dahinya. Anak ini.

Jika tidak ingat Rezvan adalah putra tunggalnya, ingin sekali Carlos menguliti anak itu. Tapi putranya itu pasti malah kesenangan.

Carlos bangkit, mengambil paksa Alvias dari gendongan Rezvan. Rezvan yang tidak mau kalah, semakin erat memeluk pinggang ramping Alvias. Terjadilah adegan tarik menarik.

Sedangkan yang di perebutkan, menatap keduanya datar. Capek dia tuh.

"Lepas."

"Tidak."

Jika di anime, pasti akan ada animasi mata mereka mengeluarkan kilatan seperti petir.

Alvias geram, memukul kepala Rezvan pelan dan menatap tajam Carlos. Membuat keduanya terdiam.

"Turun."

Rezvan cemberut, "Tadi menggigit, sekarang memukul."

"Salah mu." Sembur Alvias, mencoba turun tapi sulit! Rezvan malah semakin kuat menekan tubuh Alvias di pangkuannya.

"Adik, leher ku sakit, lihat..," menunjukkan lehernya. "Kau menggigit nya terlalu kencang." Lanjutnya sok imut dengan bibir mengerucut.

Carlos menatap jijik anaknya. Dan Alvias semakin menatap datar pemuda di hadapannya.

Carlos berdecih, menatap penuh permusuhan kepada putranya, "Menjijikkan." Berlalu pergi meninggalkan kedua pemuda itu di ruang tamu.

"Turun, Rezvan."

Ctakk!

Alvias mengelus dahinya yang baru saja di sentil oleh Rezvan.

"Yang sopan dengan yang lebih tua."

"Sadar ternyata, sudah tua." Guman Alvias yang masih bisa di dengar oleh Rezvan. Iyalah, orang masih berhadap-hadapan.

Tukk!

Kembali Rezvan menyentil dahi Alvias lebih kuat dari sebelumnya, hingga meninggalkan ruam merah.

"YAKK BAJINGAN!" Habis sudah kesabaran Alvias.

destroying the grooveOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz