T I G P U L U H L I M A

4.3K 211 27
                                    

Bunyi nyaring yang berasal dari ponsel membuat pria berkemeja hitam itu terbangun dari mimpi. Efek terlalu lelah sampai tak sempat untuk melepas kain yang menempel di tubuhnya. Mata yang nampak lelah itu mulai terbuka, semburat merah nampak di setiap sisi bagain putih. Daren mengeluh, merenggangkan ototnya. Baru satu jam ia tidur setelah melakukan perjalanan panjang dan akhirnya tertidur dalam kondisi tidak layak di atas sofa.

Layar ponselnya menyala, menampilkan nomor yang sudah begitu dihapalnya, masih dengan mata yang berusaha memfokuskan pandangan, Daren menarik icon hijau ke atas, menempelkan benda pipih itu ke telinga tanpa merubah posisi tengkurap. 

Sudut bibir pria itu tertarik ke atas. Bawahannya menelpon, tepat waktu setelah perintah dikatakan, dan itu tandanya berita baik yang harusnya Daren dengar kan?

Sebenarnya Daren ingin memberi sedikit 'lelucon' sendiri, tapi lantaran baru beberapa bulan ia keluar penjara dan tentu akan sangat repot bila Daren harus berurusan dengan polisi lagi, pria itu memutuskan menyuruh bawahannya yang sudah jelas setia untuk memberikan sedikit 'lelucon'.

"Gimana gimana? Beres?"

"Bos, lo nggak pernah bilang kalau dia jago bela diri."

"Iya, tapi gimana? Nggak gagal kan?"

"Nggak gagal, Bos. Awalnya cara paling ampuh buat orang depresi kan diperkosa ya? Tapi nggak jadi, ngeri juga bayanginnya."

"Kenapa?"

"Gue lihat riwayat hidupnya dulu kan, Bos. Ni orang ternyata pernah juara satu boxing tingkat nasional, Bos."

"Ya bodo amat, gue cuma mau tau akhirnya. Lo apaian dia?"

"Nanti juga Bos tau. Sorry Bos, gue harus buru-buru pergi. Bentar lagi wartawan bakal datang buat meliput berita. Pantau TV terus aja."

"Lah bangsat, kenapa nggak bilang sekarang aja."

Daren mengumpat, daya baterainya telah habis. Ia lupa mengisi daya semalam. Dilemparnya benda pipih itu tanpa perlu repot-repot mengisi daya. Ia menghela napas kasar. Tenang, ia tidak butuh apapun selain kabar baik dari bawahannya. Jadi mungkin sekarang Daren harus bernapas lega, semua sudah selesai kan? 

Rasa lapar menyergapnya, seolah satu porsi makanan yang dikonsumsi dua jam yang lalu tidak berefek apapun. Ia kemudian berjalan lunglai menuju dapur, terdiam lama di depan kulkas yang masih terisi penuh, ia kemudian mengambil roti tawar alih-alih mengambil makanan yang lebih berat dan berasa lain. Mengunyah makanan rasa hambar itu, ia kemudian mendesah kesal. Tidak tenang. Ia harus pastikan dahulu, Leana sudah mendapat ganjaran yang ia mau atau belum.

Masih pukul 4 pagi dan Daren belum tidur dengan porsi layak. Pria itu kemudian membawa tubuhnya ke dalam kamar, melepas tiap helai kain yang melekat pada tubuhnya. Mengganti kemeja hitam lusuh dengan kaos putih polos, mengganti celana kain hitamnya dengan celana pendek warna coklat muda. Ia kemudian menjatuhkan diri, sedikit membanting tubuh di atas kasur empuk dengan posisi tengkurap. 

"Sialan!" desis Daren kesal. Ia tak bisa tidur, perasaan tak nyama terus menggerogotinya. Hormon serotonin dalam tubuhnya menyurut, membuat kantuk yang tadi singgah mendadak hilang, diganti dengan perasaan cemas. 

Diambilnya dua butir kapsul dalam tabung yang selalu ada di dalam nakas. Ia menegaknya, tanpa air minum, memaksa dua pil itu melewati tenggorokannya, membuat lidah itu terasa pahit. Daren memejamkan mata, menahan getir yang tak kunjung hilang. Lalu mata itu akhirnya benar-benar tertutup karena efek dari kapsul tadi baru bekerja.

Daren terlelap. Hingga ia benar-benar lupa untuk bangun tepat waktu.

✧✧✧

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang