E M P A T B E L A S

8.7K 295 8
                                    

halo

seperti biasa, pencet bintang dulu

terima kasih

happy reading

。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

[E M P A T B E L A S]

Debu langsung beterbangan kala pintu dibuka. Ruangan besar dengan fasilitas lengkap langsung terpampang sempurna. Mereka langsung disuguhkan dengan ruangan bercat dominan hitam dan silver.

Daren berjalan santai menuju rak sepatu, ia mengambil sandal rumahan, menyerahkan benda itu kepada Gaia agar lebih santai. Ia tersenyum kecil kala mendapati gadisnya yang kebesaran mengenakan sandalnya. Tampak lucu seolah tak puas membuatnya mati-matian menahan diri untuk tidak menerkamnya.

"Bagus juga ruangannya. Kenapa kamu nggak tinggal di sini aja?" tanya Gaia sembari menaruh sepatu di rak.

Daren yang tengah menghidupkan robot pembersih menoleh sejenak. "Dulu aku sewain, soalnya Daddy sering blokir ATM aku kalau langgar aturan. Jadi biar tetep bisa jajan, aku sewain aja apartemen ini."

Gaia mendengarkan dengan seksama, ia lalu mengangguk mengerti. Gadis itu membantu Daren untuk mengganti pewangi ruangan yang sudah habis.

"Terus orang yang sewa kemana?"

"Udah lulus kuliah. Sekarang pindah ke Amerika," jawab Daren dengan lengan yang masih fokus mengusap debu di tiap jendela.

"Kenapa nggak disewain lagi?"

"Udah nggak minat. Soalnya kalau Daddy blokir ATM aku masih punya kartu dari kakek."

Gaia mengangguk lagi. Ia juga jadi tau kalau Daren mempunyai kakek yang begitu kaya. Sebelumnya setiap kali mereka berinteraksi, tak pernah sekalipun membahas mengenai kakek Daren. Pria tua itu seakan dilindungi dan tak ada yang berani membeberkan kisahnya.

Daren membuka gorden yang langsung menunjukkan hamparan kota dari ketinggian belasan meter. Langit tampak menggelap, di bawahnya terpampang indah lampu tiap gedung yang tiada habisnya.

"Udah selesai?" tanya Daren pada Gaia yang masih sibuk mengelap permukaan meja dapur yang langsung terhubung dengan ruang tengah.

Gaia menggeleng pelan, ia semangat sekali membersihkan debu yang lumayan tebal. Sembari menunggu gadisnya asik beberes, ia pamit untuk menuju basement, mengambil kaleng minum yang sempat dibelinya tadi.

Setelah mengambil dua kaleng soda, ia segera berjalan menuju apartemennya. Ia melirik sinis ke arah pria berpakaian serba hitam-sama sepertinya-yang tengah sama-sama menunggu pintu lift terbuka. Daren tak pernah suka bertatapan dengan orang yang tak dikenal, dan sejak tadi pria serba hitam itu menatapnya lekat.
"Sorry?" tegur Daren pada akhirnya kala merasa semakin risih ketika hanya mereka yang berada di lift, dengan mata pria itu yang tak kunjung lepas memperhatikannya. "Bisa biasa aja ngeliatin gue-nya?"

Pria serba hitam itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu perlahan mengalihkan pandang. "Maaf, lo mirip temen gue soalnya. Tapi sekarang dia udah meninggal. Kecelakaan, gara-gara rem blong."

Daren hanya diam, ia merasa apa yang dikatakan pria pakaian hitam itu tidak penting dan siapa yang peduli?

Tanpa pikir panjang ia segera masuk ke dalam apartemen setelah tiba di lantai 12. Ia menatap gadisnya yang sudah terlentang di atas sofa panjang, kemeja biru gadis itu sudah ditanggalkan, menyisakan kaos putih crop dengan sedikit debu yang menempel.

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang