D U A P U L U H L I M A

7.1K 204 17
                                    

pencet BINTANG dulu dong

udah?

。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

"D-daren ...."

"Iya sayang?"

"Aku udah kotor."

Daren tanpa sadar mengeraskan rahang. Ia berusaha untuk mendekati gadisnya perlahan. Dengan hati-hati, Daren merapikan surai Gaia yang berantakan, lelaki itu telaten menyisir rambut Gaia menggunakan sela-sela jari. Merasa tidak ada perlawanan, Daren akhirnya memberanikan diri untuk menyentuh jemari kecil gadisnya, meski Gaia tidak seorang gadis lagi tapi bagi Daren itu tak akan merubah apapun. Gaia tetap akan menjadinya gadisnya.

"Aku menjijikkan."

Lelaki itu hanya mendengarkan, jemarinya beralih untuk merangkum pipi Gaia hingga pandangan keduanya saling menyatu. Ditatapnya mata coklat nan sebab itu dengan dalam. Tanpa sadar Daren ikut berkaca-kaca, matanya memanas.

Kesedihan yang ditanggung Gaia sudah cukup berat. Dan pria itu justru datang dan akan semakin menambah beban di pundak Gaia.

"Kotor," lirih gadisnya.

Daren menggeleng kuat. Tidak kuasa menatap mata gadisnya, Daren merengkuh tubuh kecil Gaia ke dalam dada bidangnya. Mengusap lembut surai lembut itu sembari mengucapkan kata-kata penenang meski tak berefek apapun.

"Aku udah kotor. Aku kotor Daren ...."

"Nggak, nggak ada yang kotor."

Dalam pelukan, Gaia menggeleng tegas, menolak dengan jelas opini Daren yang hanya berisi kalimat bualan.

"Aku udah mandi 5 kali sehari, t-tapi aku masih kotor Daren. Pengen mati aja. Aku mau mati, temani aku Daren. Temenin aku mati."

Gaia kini mulai menangis histeris. Meraung-raung sembari meracau tidak jelas, mengucapkan kata 'kotor' berulang kali.

Meski dahulu ia jarang mendapati gadisnya tersenyum, tapi tidak sekalipun Daren senang kala melihat Gaia menangis. Hatinya ikut terluka mendapati perempuan paling dicintainya mengalami penyakit mental seperti ini.

"AKU MAU MATI!" teriak Gaia tiba-tiba sembari berontak dari pelukan Daren.

Gaia menatap sekeliling dengan gelisah, mencari celah yang dapat digunakan untuk bunuh diri. Tapi karena tak mendapat benda tajam, gadis itu berlari menuju tembok dan mulai membenturkan kepalanya dengan kencang.

Jelas Daren panik bukan main. Ia menarik Gaia dan mengunci pergelangan tangan perempuan itu agar tidak bisa bergerak leluasa.

"PERGI! AKU MAU MATI! SEMUANYA MENJIJIKKAN! MATI!"

Gaia terus memberontak, kakinya yang terbebas ia gunakan untuk menendang-nendang benda keras seperti meja hingga kebiruan tercetak jelas dikakinya.

Dengan mata berlinang perempuan itu berucap lirih. "Aku mau mati, bunuh aku Daren ... bunuh aku."

"Please Gaia. Jangan kayak gini. Stop nendang-nendang meja. Sayang ... jangan kayak gini. Aku nggak tahan lihatnya," ucap Daren dengan mata memerah yang sudah siap mengeluarkan tangis.

Daren mengangkat tubuh sang perempuan lalu diarahkannya ke atas tempat tidur. Tak ingin mendapat perlawanan, Daren mengurung Gaia di bawahnya. Pria itu mengusap peluh yang membanjiri tubuh Gaia. Merasa sudah tidak ada perlawanan, Daren pun bangkit dan duduk di tepi ranjang.

"Kamu nggak jijik?"

Alis lelaki itu mengkerut tidak suka, ia membantu Gaia untuk duduk dan menyandar di kepala ranjang. Tangannya kemudian merangkum wajah Gaia yang kian mengurus.

Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang