D U A P U L U H S A T U

7.3K 208 8
                                    

Sedari tadi Daren memohon kepada semesta agar memberikan setitik belas kasih kepadanya. Ia tidak ingin muluk-muluk, hanya ingin Gaia selamat dan baik-baik saja. Dan bila Daren harus berakhir sekarang, pria itu tidak masalah yang penting Gaia tetap hidup.

Ia menatap tukang pukul ayahnya yang kini saling menghajar. Mereka memang mempunyai teknik serta strategi yang matang, tapi mereka kalah jumlah. Polisi pun tengah sibuk mengurus preman yang baru saja datang berjumlah puluhan.

Bangunan ini sukses dikepung puluhan preman yang sepertinya bergerak di bawah pimpinan Leo.

Skala menarik pisau dari dalam jasnya, ia menyerahkan benda itu pada Daren. "Cari Gaia, biar Daddy tanganin ini."

Meraih pisau tajam mengkilap itu, Daren lantas mengangguk sebelum akhirnya bergerak pincang. Ia sesekali menghindar agar tidak terkena pukulan. Sayup-sayup ia mendengar suara Skala yang bersanding dengan suara perkelahian.

"Jangan sampai mati. Kalau kamu mati Alana yang bakal bunuh Daddy!" teriak Skala yang hanya dibalas anggukan oleh putra semata wayangnya itu.

Daren berjalan menyusuri tiap-tiap ruang. Bangunan ini seperi tidak berpenghuni, penuh dengan sarang laba-laba dan debu tebal. Ia berjalan sesuai feeling saja. Membuka satu persatu pintu yang terlihat usang.

Sampai sekitar 20 meter dari tempat dimana perkelahian terjadi, Daren menemukan satu ruangan yang terlihat berbeda. Pintunya masih terlihat bagus dan layak bila disebut sebagai pintu. Cat berwarna hitam pekat dengan grafiti yang dicat pilok.

"Fuck! Lo cantik banget. Nggak heran Daren obsesi banget sama lo."

Sayup-sayup ia mendengar suara Leo dari balik ruangan.

Tidak salah lagi. Itu ada ruangan dimana Gaia berada. Rahang Daren sudah mengeras. Ia mengabaikan rasa sakit yang menyerbu ketika ia melangkah pun dengan tetesan darah dari lengannya yang mulai mengotori lantai.

Dengan sisa tenaga yang ada, ia membuka pintu yang tidak terkunci sama sekali. Pandangannya langsung tertuju pada Leo yang melakukan hal tidak senonoh pada Gaia.

Pria yang tadi tanpa busana itu langsung terperanjat. Ia langsung menarik selimut untuk menutupi bagian tubuh keduanya. Dari atas kasur ia dapat melihat tatapan Daren yang siap membunuhnya.

"Yah ketahuan ya?" kata Leo dengan wajah konyol. Pria itu meraih celana yang tergeletak di pinggir ranjang lalu memakainya di balik selimut.

Sedangkan Gaia, gadis itu sudah terkapar tak berdaya. Tidak sadarkan diri atau entah mati. Daren tidak tau, yang ia tau gadisnya telah hancur. 

Daren ... dia terlambat menyelamatkan gadisnya.

"Lo ada masalah apa sama Gea?" tanya Daren pelan tapi dingin. Genggaman pada gagang pisau mengerat hingga otot-ototnya tercetak jelas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Darenio [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang