S A T U

19.5K 535 17
                                    

🎶: Natalie Taylor - Surrender

"Hubungan kita ini seperti duri yang menancap di kaki. Semakin kita berjalan, semakin sakit yang dirasakan."

🦋

[S A T U ]

Bulan Desember. Tidak jauh-jauh dari kata hujan, mendung, dan semilir angin yang siap menembus tulang bagi siapa saja yang melintas. Seperti saat ini, hari menunjukkan pukul 12 siang tapi langit sudah murung kembali. Awan-awan hitam berkumpul, mengepung langit, bersama-sama menumpahkan tangis.

Di tengah derasnya hujan yang mengguyur ibu kota, tampak kediaman mewah yang sejujurnya lebih terlihat menyeramkan. Cat gelap lebih mendominasi, halamannya luas, banyak ditanami pohon-pohon besar seperti rumah hantu milik noni belanda. Suasana kian mencekam ketika gonggongan anjing ganas terus saja berteriak, minta dilepaskan dari krangkeng.

Tapi, seramnya suasana rumah itu tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan pemilik rumah. Badannya tinggi dengan otot standar yang menempel. Alisnya tebal, satu sisinya sengaja di potong menyilang.

"Tau kesalahan lo apa?" tanyanya dengan suara rendah nan dingin.

Daren, nama pria itu. Ia tengah memberi makan anjing kesayangannya yang terlihat gagah dan galak. Pria itu berbalik menatap gadis di belakangnya. Sesekali pria itu menyuruh anjingnya diam setiap kali menggonggong.

Sedangkan gadis bernama Gaia hanya bisa menunduk dalam. Tak berani menatap mata Daren yang siap menusuknya kapan saja.

"Maaf ... aku tadi nggak izin mau kerja kelompok," ujarnya sembari memilin ujung rok selututnya, ia takut.

"Terus?"

"Mm ... maaf aku juga nggak bilang kalau kerja kelompoknya ada cowok juga."

Pria itu langsung menyorot dengan wajah tak suka. Ia mengenakan kaus hitam tanpa lengan, kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Tato kecil berbentuk naga menyembul dengan gagah di lengan yang tak tertutup kain. Rambutnya sengaja di tata berantakan, semakin menambah kesan urakan.

"Oke dimaafin," ujar Daren tanpa beban.

Daren mendudukkan diri di samping Gaia. Ibu jari pria itu digunakan untuk menarik dagu Gaia agar menghadap penuh ke arahnya.

"Serius?" tanya Gaia setengah tak percaya. Pasalnya memang aneh, teramat aneh. Biasanya Daren akan berteriak murka setelah ia melakukan kesalahan, atau paling tidak membanting benda apa saja yang dilihatnya.

"Iya. Aku udah urusin selingkuhan kamu."

"Daren, aku nggak selingkuh. Dia cuma temen sekelasku. Kita cuma kerja kelompok. Lagian di sana rame-rame," jelas Gaia.

Gadis itu mulai punya filling tak enak. Hatinya risau. Ada yang tidak beres ketika Daren hanya meresponnya singkat. Pria itu bahkan hanya mengangguk sembari tersenyum tipis, lebih terlihat seperti menyeringai.

"Kamu udah selingkuh Gea. Kerja kelompok itu cuma alasan aja," ujarnya dengan santai.

Gaia jelas menggeleng kuat. Tapi bibirnya terkunci, tak lagi ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Daren tidak akan percaya walau ia mengucapkan fakta.

Dengan amat ragu sekaligus dilanda ketakutan ia bertanya kepada pria di sampingnya ini. "Kamu ... kamu nggak ngelakuin apa-apa kan?" Ia sudah mundur menjauhi Daren yang tengah menahan tawa setelah mendengar pertanyaan itu.

"Mana mungkin aku diem aja?"

Gaia semakin menjauhkan diri dari Daren. Ia beranjak dari duduknya berniat pergi meninggalkan Daren yang masih tertawa kecil seperti orang gila.

Darenio [ON GOING]Where stories live. Discover now