T U J U H B E L A S

7.5K 236 7
                                    

Gaia punya rutinitas baru selama 3 bulan akhir. Setelah pulang sekolah gadis itu akan mampir sebentar untuk berkunjung menemui Daren. Ia akan bercerita sedikit tentang harinya yang cukup melelahkan, tetang kesepiannya yang tak berujung, tentang ia yang berusaha untuk mencari circle sehat yang mau menampungnya. Gaia juga bercerita tentang ia yang berusaha untuk keluar dari zona nyaman dan mengesampingkan sisi antisosial-nya yang terkadang membuatnya lelah.

"Aku kok tiba-tiba pengen renang ya. Sebenarnya mau renang di apartemen, tapi kan biasanya di sana rame, terus nanti dilihatin orang."

Perempuan itu mengambil susu kotak yang sudah dibelinya tadi, mulai meminumnya agar rasa haus cepat tergantikan. Ia akan bercerita panjang kali ini.

"Aku ngerasa Om Skala aneh akhir-akhir ini." Gaia menerawang mengingat percakapannya dengan Skala tadi pagi. Ayah dari kekasihnya itu bahkan rela menemuinya sendiri diantara jadwal Skala yang cukup padat.

"Om Skala wanti-wanti aku buat selalu cek rem mobil sebelum pergi, terus bilang nggak boleh makan apapun yang nggak dimasak sendiri." Gia terdiam sejenak untuk meringis pelan. "Kayaknya Om Skala nggak tau kalau aku nggak bisa masak deh."

"Tapi akhir-akhir ini aku ngerasa ada yang aneh. Kayak ada yang pencet bel terus ternyata pas aku buka nggak ada orang, chat aneh dari nomer yang beda tiap hari, terus seminggu ini aku ngerasa nggak tenang, aku kayak ngerasa diikutin tapi nggak tau siapa. Makannya aku mau di sini aja. Nggak tau kenapa walau kamu nggak sadar kayak gini aku tetep ngerasa aman kalau ada di sini. Deket kamu."

Gaia termenung sejenak. Lelah juga bercerita panjang lebar tapi tak mendapat tanggapan. Ia menatap wajah teduh Daren dalam diam. Wajah pucat pasi, hidung tinggi, alis tebal, rahang yang kokoh. Seolah tak ada cela meski berat badan kekasihnya turun.

"Om Skala kemarin nyuruh aku buat belajar satu jenis bela diri. Aku awalnya bingung tapi kata Om Skala ini demi keselamatan aku juga soalnya sekarang kan nggak ada lagi yang jagain aku kalau bukan aku sendiri."

Gaia menghembuskan napas berat. Ketakutan selalu menyelimutinya akhir-akhir ini. Ditambah kesibukan Skala terpecah karena masalah perusahaan yang sedang krisis sehingga membuatnya tak sempat mengusut pelaku yang menyabotase mobilnya. Jadi gadis itu harus tetap waspada. Kata Skala ia bisa saja dijadikan sasaran empuk lantaran sudah menjadi kelemahan terbesar dari pewaris perusahaan Aldevara, menjadi kelemahan Daren.

"Keluargamu banyak musuh ya ternyata?"

Waktu berkunjungnya sudah mulai habis. Gaia memutuskan untuk pergi setelah mengecup singkat pucuk hidung Daren. "Aku pulang dulu, semoga besok aku udah liat kamu sadar."

Setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan Daren.

✧✧✧

Tiga bulan tanpa Daren benar-benar mengubah hidupnya. Ia bergerak leluasa meski dalam pengawasan Skala. Pria tua itu mewanti-wanti agar ia tidak terluka. Skala juga bercerita tentang keadaan Geo, ayah Gaia.

Ketika Daren mengamuk dan akan mengancam membunuh siapa saja yang menghalangi Daren bertemu Gaia, Skala langsung mewanti-wanti agar Geo tidak berulah dan 'menculik' anaknya sendiri dari tangan Daren. 
Skala tau betul tabiat seorang Daren karena jika pria tua itu berada di posisi anaknya, ia akan melakukan hal yang sama. Mereka itu 11 12. Sama-sama sinting!

"Geo baik-baik aja. Dia sehat, sekarang ada di Amerika. Perusahaan Geo yang di Amerika lagi ada masalah, sekitar satu tahun lagi dia akan pulang," kata Skala saat itu. Gaia lega. Paling tidak ia sudah mengetahui keadaan ayahnya.

Dan sekarang, hati Gaia mendadak resah. Ia orang yang sensitif, mengenai perasaan tak nyaman seperti ini membuatnya lebih waspada. Matanya tak sengaja berisi tatap dengan pria jangkung dengan pakaian serba hitam. 

Darenio [ON GOING]Where stories live. Discover now